(Identitas Tersembunyi) Inarah yang biasa di sapa Nara sudah dari dulu tak mengikuti jejak sang kakak dan sang adik yang masuk pondok pesantren, Nara memilih sekolah di SMA milik sang kakek.
Tak ada yang tau bahwa Nara adalah cucu dari pemilik SMA karena Nara memang tak menyombongkan diri, bahkan Nara yang penampilannya seperti anak pesantren justru menjadi hinaan oleh teman-teman sekolahnya dan jadi korban bullying.
Tapi itu hanya sesaat, ketika Nara sudah lelah berpura-pura menjadi lemah kini taring yang selama ini di sembunyikannya pun keluar juga bahkan membuat para bullying jadi ketakutan.
Ikuti ceritanya Nara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Bel pulang pun berbunyi, tadinya Nara memutuskan menunggu Mang Udin di warkop agar bisa minum coklat dingin yang jadi minuman favoritnya, namun entah mengapa moodnya sedang tak baik saat ini.
Nara pun memutuskan menunggu di dekat gerbang sekolah yang kebetulan disitu ada sebuah gazebo yang biasa digunakan anak-anak untuk menunggu jemputan, terlihat tinggal Nara sendiri yang belum pulang.
Cuaca siang ini sangat terik, beruntung Nara duduk di tempat teduh meski tetap merasa haus lalu Nara mengambil botol minum yang selalu ada di dalam tas, segera Nara meneguk air itu untuk menghilangkan rasa haus.
Sudah lima belas menit Nara menunggu Mang Udin, namun belum juga tampak mobil yang biasa di bawa Mang Udin, sepertinya begitu lama Mang Udin menyervis mobil pribadi keluarga mereka.
Untuk membuang rasa bosan dan kantuk, Nara membuka HP-nya memasuki aplikasi novel disitu ada novel buatan abinya memang jadi pundi-pundi uang semenjak abinya sempat bangkrut.
Novel yang paling top di tulis abinya tentang kisah cinta segitiga antara abinya dengan uminya serta saudara angkat uminya, yang berjudul MENCINTAI PRIA YANG SAMA bahkan Nara tak bosan ingin tau endingnya.
Terlalu asik membaca novel di aplikasi, Nara tak menyadari kalau ada seseorang mendekat lalu menutup kepala Nara dengan kain sehingga Nara tak bisa melihat apapun selain gelap dan Nara di tarik paksa.
"Siapa kalian?" tanya Nara tak suka dengan orang-orang yang telah melakukan hal tersebut padanya
Kedua tangan Nara di ikat ke belakang sehingga Nara tak bisa berbuat apa-apa, kakinya yang dari tadi menendang-nendang di udara kini juga sudah di pegang erat dan Nara juga merasakan kakinya sudah terikat.
"Lepasin aku, lepasin. Kalian mau apa?" teriak Nara yang tak bisa menebak siapa yang melakukan hal tersebut padanya
Apalagi orang-orang itu hanya diam tanpa menjawab, namun tangan mereka terus bergerak untuk menyakitinya. Lelah minta di lepaskan, Nara pun memilih diam dan akhirnya tubuhnya di angkat.
Nara merasakan tubuhnya di letakkan di suatu tempat, berapa menit kemudian kini Nara paham bahwa Nara di masukan ke dalam sebuah kendaraan dan jika yang di naikinya mobil itu.
Artinya Nara di letakkan di bagasi mobil, karena tempatnya berbaring sekarang sangat keras bukan empuk layaknya sofa di dalam mobil, jika saja Nara bisa melihat keadaannya pasti saat ini sangat menyedihkan.
"Ahhh" teriak Nara kesal karena tadi tak sempat melawan pada orang-orang yang telah menculiknya
"Siapa ya kira-kira yang melakukan ini?" batin Nara bertanya-tanya
Mobil itu mulai bergerak Nara bisa merasakan pergerakannya, Nara berharap ada yang melihat aksi penculikan padanya barusan dan menyelamatkannya, Nara juga berusaha melepaskan diri dari ikatan itu.
Namun tak merubah keadaan karena ikatan itu memang sangat kuat, bahkan justru tangannya yang terasa sakit saat ini. Davin yang baru keluar dengan motor sportnya melihat aksi penculikan di gerbang sekolah.
Sekilas jika melihat ciri-ciri pakaian seseorang itu yang di masukan ke bagasi seperti Nara, sadar jika itu Nara. Davin segera melajukan motor sportnya menyusul mobil yang membawa Nara.
Terjadilah aksi kejar-kejaran antara motor sport milik Davin dan mobil di depan yang di yakini Davin pemiliknya adalah Selina, apa yang akan Selina lakukan pada Nara? Hal itu membuat Davin khawatir.
"Gue harus bisa menyelamatkan Nara, kalau tidak. Gue gak akan memaafkan diri gue sendiri" batin Davin dengan mata fokus memperhatikan gerakan mobil Selina
Davin menambah laju motor sportnya ingin menyalip mobil Selina, tapi sayang mobil Selina justru berbelok ke kiri sehingga Davin terpaksa putar arah dan kembali mengejar mobil Selina yang ternyata telah hilang.
"Sial, kemana mereka pergi?" ucap Davin kesal
Disisi lain Selina yang mengetahui Davin akan menyalipnya sengaja Selina membelokkan mobilnya secara mendadak dan bersembunyi, ternyata berhasil untuk mengelabuhi Davin dan memastikan Davin pergi.
Selina keluar dari tempat persembunyiannya lalu perlahan melajukan mobilnya menuju hutan yang jarang di lewati orang-orang kecuali penduduk lokal, Selina memarkirkan mobilnya di antara pohon-pohon.
Dengan bantuan Sofia dan Salwa mereka mengangkat kembali tubuh Nara keluar dari bagasi mobil, kemudian di lemparkannya tubuh Nara secara sembarangan seperti karung beras.
"Aww" Nara meringis kesakitan
"Hallo Nara, apa kabar? Sepertinya loe masih baik-baik saja meski sudah gue bully terus-menerus, padahal gue berharap loe kayak di film-film yang lelah di bully terus bunuh diri. Sekarang loe nikmati aja ya, apa yang akan gue lakukan" kata Selina
Selina mengambil sebatang rokok di saku seragam sekolahnya lalu menghidupkannya dengan korek api, Selina juga menghisap rokok itu seperti sangat menikmati rokok yang ada di jari tangannya.
"Kak Selin mau apa? Kalau mau Kak Davin ambil sana, kalau suka dengan Kak Davin seharusnya Kak Selin berusaha dekati. Bukannya menindas orang-orang yang dekat dengan Kak Davin, dengan cara Kak Selin lakukan sekarang itu menandakan Kak Selin gak mampu"
Nara sebenarnya tak sedikitpun takut dengan Selina dan geng-nya, selama ini Nara tak melawan karena tak mau bermasalah di sekolah dan berujung Nara di pindahkan sekolah oleh abinya.
"Loe gak perlu nasehatin gue, Nara. Loe juga gak perlu tau apa yang akan gue lakukan sama loe, cukup nikmati saja" jawab Selina kemudian menusukkan ujung rokok ke kaki Nara
"Ahhhh......" teriak Nara kesakitan
"Rasain"
Selina tertawa bahagia melihat Nara merasa kesakitan, Selina terus menekan batang rokok yang ada di tangannya ke kaki Nara, sehingga membuat Nara semakin meringis kesakitan atas apa yang dilakukan oleh Selina.
"Rasakan ini, Nara. Loe sudah berani nantang gue berkali-kali, gimana apakah kamu bersedia untuk menjauhi Davin?" tanya Selina
"Hahaha, kenapa Kak Selin nyuruh aku yang menjauhi Kak Davin. Jelas-jelas selama ini yang mendekati aku Kak Davin, bukan aku yang mendekati Kak Davin. Wajar Kak Davin mau mendekati aku dan gak mau dekat-dekat dengan Kak Selin, cowok mana sih yang mau punya cewek psiko seperti Kak Selin"
Nara sengaja mengatakan itu semua sambil tertawa, Nara tak mau lagi terlihat lemah di mata Selina, orang seperti Selina jika kita merasa ketakutan tentu membuatnya merasa senang dan bukannya merasa iba.
Mendengar ucapan Nara membuat amarah Selina kian memuncak, Selina melampiaskan semuanya dan terus menyakiti Nara, berharap teriakan Nara kali ini membuat Selina tenang namun tak sama sekali membantunya.
"Ahhhhh....." teriak Nara kesekian kalinya ketika Selina terus menyakiti Nara