NovelToon NovelToon
Kisah Nyata - Harga Sebuah Kesetiaan

Kisah Nyata - Harga Sebuah Kesetiaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Beda Usia / Kontras Takdir / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Sad ending / Janda
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

HARGA SEBUAH KESETIAAN
100% diambil dari kisah nyata
Dewanga hanya ingin diterima. Setelah ditolak berkali-kali karena miskin, ia menikahi Tini—janda delapan tahun lebih tua—dengan harapan menemukan pelabuhan. Yang ia dapat adalah badai tanpa henti. Enam tahun pernikahan menjadi neraka: bentakan setiap hari, hinaan di meja makan, ancaman diusir dari rumah yang bukan miliknya.
Ia terperangkap. Ingin pergi, tapi Aini—putri kecilnya—adalah satu-satunya cahaya dalam kegelapan. Ketika cinta berubah menjadi penjara, dan kesetiaan menjadi racun, Dewanga harus memilih: bertahan hingga hancur, atau berani menyelamatkan dirinya dan anaknya.
Sebuah kisah yang memilukan tentang cinta yang salah, kesetiaan yang keliru, dan keberanian untuk memilih hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9: Penolakan Kedua

Enam bulan berlalu sejak penolakan dari keluarga Anis.

Dewanga kembali bekerja sebagai kuli bangunan. Setiap hari ia berusaha melupakan—mengubur rasa sakit itu dalam tumpukan batu bata, adukan semen, dan keringat yang mengucur deras.

Tapi di malam hari, ketika tubuhnya terbaring lelah di kasur tipis, kenangan itu selalu kembali. Wajah Anis. Kata-kata kasar Bapak Anis. Pintu yang dibanting di hadapannya.

"Harus move on," bisiknya pada diri sendiri. "Harus coba lagi."

Suatu sore, Dewanga mengantarkan material bangunan ke kampung sebelah. Di sana, ia bertemu Rina—gadis berusia dua puluh tahun yang bekerja membantu ibunya berjualan sayur di pasar.

Pertemuan pertama mereka sederhana.

Dewanga membeli sayur untuk Rini. Rina melayaninya dengan senyum ramah.

"Mas beli berapa?" tanya Rina sambil menimbang kangkung.

"Satu ikat aja, Mbak."

"Orang sini ya, Mas? Kok baru liat?"

"Bukan. Saya dari kampung sebelah. Lagi nganter material bangunan."

"Oh, kuli bangunan ya?" Rina bertanya tanpa nada meremehkan—hanya rasa ingin tahu biasa.

"Iya, Mbak."

Rina tersenyum. "Pasti capek ya, Mas. Kerja di bawah terik matahari gitu."

Dewanga sedikit terkejut. Baru kali ini ada yang bertanya dengan nada... peduli.

"Biasa aja, Mbak. Udah terbiasa."

Percakapan singkat itu berakhir. Tapi cukup membuat Dewanga merasa... dilihat.

Seminggu kemudian, Dewanga sengaja kembali ke pasar itu. Membeli sayur lagi dari lapak Rina.

"Mas lagi?" Rina tertawa kecil. "Kemarin beli kangkung, sekarang beli bayam. Suka sayur ya, Mas?"

Dewanga tersenyum canggung. "Iya... buat Ibu di rumah."

"Wah, bakti sama Ibu. Jarang lho cowok muda yang masih mikirin ibunya."

Dewanga merasa hangat di dada. "Ibu udah susah payah besarin saya, Mbak. Ini yang bisa saya lakuin."

Rina menatapnya lebih lama. Ada kekaguman kecil di matanya.

Sejak itu, Dewanga rutin datang—kadang beli sayur, kadang hanya mampir ngobrol sebentar.

Perlahan, mereka mulai dekat.

Dua bulan kemudian, Dewanga memberanikan diri.

"Rina... boleh gak... kita ngobrol lebih serius?"

Mereka duduk di warung kopi pinggir jalan. Rina terlihat gugup, tangannya meremas-remas ujung kerudungnya.

"Ada apa, Mas Dewa?"

Dewanga menarik napas panjang. "Rina, saya... saya suka sama kamu. Udah dari awal kita kenal. Saya tau saya cuma kuli bangunan, penghasilan pas-pasan, tapi saya serius. Saya mau... mau deketin kamu dengan niat baik."

Rina terdiam. Wajahnya memerah.

Lalu ia tersenyum—senyum yang membuat jantung Dewanga berharap.

"Mas Dewa... saya juga... saya juga senang sama Mas. Mas baik. Rajin. Perhatian sama Ibu."

Dewanga hampir tidak percaya. "Jadi... kamu mau?"

Rina mengangguk pelan. "Tapi... tapi nanti saya harus bilang dulu sama orangtua. Biar jelas."

"Tentu. Saya juga akan datang menemui orangtua kamu. Dengan cara yang benar."

Rina tersenyum lega. "Terima kasih, Mas Dewa."

Dan untuk pertama kalinya sejak penolakan Anis, Dewanga merasa... ada harapan.

Sebulan berlalu. Hubungan mereka berjalan baik—meski hanya bertemu sebentar di pasar atau ngobrol singkat di warung kopi.

Dewanga bekerja lebih semangat. Ia mulai menabung lagi—menyisihkan uang untuk rencana melamar Rina dengan lebih baik dari sebelumnya.

Tapi suatu sore, Rina datang dengan wajah pucat. Matanya sembab.

"Mas Dewa... kita harus ngobrol."

Dewanga langsung merasa ada yang tidak beres. "Kenapa, Rin? Ada apa?"

Rina menunduk, tangannya gemetar. "Saya... saya udah bilang ke orangtua tentang Mas."

"Terus?"

"Mereka... mereka gak setuju, Mas."

Dunia Dewanga seolah berhenti berputar.

"Kenapa? Aku... aku belum sempat ketemu mereka. Aku mau jelasin kalau aku serius—"

"Mereka udah tau, Mas. Tetangga cerita kalau Mas kerja sebagai kuli bangunan. Penghasilan gak tetap. Mereka bilang... bilang mereka gak mau anak mereka hidup susah."

Dewanga terdiam. Dadanya sesak.

"Tapi kamu... kamu gimana, Rin? Kamu mau apa?"

Rina menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Mas... saya sayang sama orangtua saya. Mereka udah tua. Saya anak tunggal. Saya gak bisa... saya gak bisa melawan mereka."

"Jadi... kamu pilih mereka?"

Rina menangis. "Maafin saya, Mas Dewa... maafin saya..."

Dewanga hanya duduk terpaku. Tidak menangis. Tidak marah.

Hanya... kosong.

Rina berdiri, masih terisak. "Mas... saya harap Mas bisa ngerti..."

"Aku ngerti." Suara Dewanga datar, dingin. "Aku ngerti kok. Aku emang gak cukup."

"Mas, bukan gitu—"

"Udah. Pergi aja. Terima kasih udah... udah kasih harapan sebentar."

Rina terdiam. Lalu ia berbalik, berjalan pergi dengan langkah gontai.

Dewanga duduk sendirian di warung kopi itu hingga malam tiba.

Tidak ada air mata kali ini.

Hanya kebencian pada dirinya sendiri yang semakin membesar.

1
Chanikya Fathima Endrajat
umur adeknya 20, dewa 22, telah bekerja 5 th sejak umur 17. wkt dewa kls 9, adiknya msh SD. setidaknya selisih umur mereka 3 th.
Seroja_layu
Astagfirullah nyebut Bu Nyebut
Dri Andri: nyata nya gitu kak
total 1 replies
Chanikya Fathima Endrajat
umur dewangga membingungkan, ketika ingin melamar anis umurnya br 19th, ketika falshback 10th yll, dewa sdh kls 9 (SMP) tdk mungkin umurnya wkt itu 9th kan thor
Dri Andri: ya saya salah maaf yaa...
karena kisah nya kisah nyata jadi saking takut salah pada alur intinya
alur di minta sama
peran, tempat di minta di random
maaf ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!