NovelToon NovelToon
Ketegaran Hati Aisyah

Ketegaran Hati Aisyah

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Pelakor / Dijodohkan Orang Tua / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: jannah sakinah

"Sayang, kita hanya dua raga yang Allah takdirkan bersama melalui perjodohan. Kalau saja aku nggak menerima perjodohan dari almarhum Papamu, kau pasti sudah bersama wanita yang sangat kau cintai. Mama mertua pasti juga akan sangat senang mempunyai menantu yang sudah lama ia idam-idamkan. Tidak sepertiku, wanita miskin yang berasal dari pinggiran kota. Aku bahkan tak mampu menandingi kesempurnaan wanita pilihan kalian. Sayang, biarkan aku berada di sisimu sampai nanti rasa lelah menghampiriku. Sayang, aku tulus mencintaimu dan akan selalu mencintaimu, hingga hembusan nafas terakhirku."

Kata hati terdalam Aisyah. Matanya berkaca-kaca memperhatikan suami dan mertuanya yang saat ini tengah bersama seorang wanita cantik yang tak lain adalah Ariella, Cinta pertama suaminya. Akankah Aisyah mampu bertahan dengan cintanya yang tulus, atau justru menyerah pada takdir?

Cerita ini 100% murni fiksi. Jika tidak sesuai selera, silakan di-skip dengan bijak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pekerjaan baru Aisyah

"Kau ini cerewet sekali! Lakukan saja apa yang membuatmu senang, asal hal itu nggak membuatmu lelah dan merasa terbebani. Yang harus kau ingat, jangan berharap aku akan menyentuhmu!"

Perkataan Adam terdengar tegas, namun hal itu mampu membuat kebun harapan di hati Aisyah berbunga-bunga.

"Baik, Mas. Aku senang Mas mengizinkanku untuk melakukan semua itu. Makasih ya Mas, semoga Allah memberikan banyak kebaikan kepada Mas," ucap Aisyah tersenyum tulus.

Doa yang ia ucapkan membuat Adam tertegun, hingga membuat suaminya itu tidak tau mau berekspresi seperti apa di hadapannya.

Aamiin, semoga Allah memberikannya lebih dulu kepadamu.

Adam tak sadar jika dia juga mendoakan Aisyah. Pria itu masih sibuk dengan isi pikirannya sendiri, hal itu itu pun tak luput dari perhatian Aisyah.

Ternyata suamiku sangat baik ya. Aku saja yang belum melihat sisinya yang ini, dan sekarang aku sudah melihatnya.

Aisyah tak bosan memperhatikan Adam, ia bahkan terus tersenyum tanpa merasa pegal di rahangnya.

"Mas." Panggil Aisyah mencoba mengajak Adam untuk berbicara lagi.

"Hm." Adam menyahuti panggilan Aisyah dengan deheman dinginnya.

"Apakah, kita bisa tidur di kamar yang sama lagi? Seperti dulu, di saat Papa masih ada?" tanya Aisyah dengan hati-hati sembari menatap Adam dengan ragu-ragu.

"Apa kau mau aku melupakan apa yang aku katakan?" tanya Adam dengan dingin dan tegas membuat Aisyah menundukkan kepalanya.

Adam memperhatikan Aisyah yang terlihat sedih dan tak berdaya. Sikap Aisyah itu pun membuat Adam merasa kasihan padanya.

"Kau masih sama menyebalkan seperti dulu. Baiklah, kau boleh tidur di kamarku mulai besok. Sekarang masuklah ke kamarmu, atau aku akan membatalkan semua keputusanku!" ucap Adam dengan tegas sembari melirik Aisyah dengan tatapan sinisnya.

Aisyah yang tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, segera masuk ke dalam kamarnya dengan terburu-buru. Adam bisa melihat kebahagiaan di raut wajah Aisyah.

Tanpa sadar, kelakuan polos dan menggemaskan Aisyah, sudah menarik perhatian Adam. Pria arogan dan tak berperasaan itu menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyum tipis.

Dia pasti sangat percaya diri, padahal aku mempertimbangkan semua ini karena almarhum Papa!

Adam melihat arloji mahalnya, dan di sana sudah menunjukkan pukul 00:31. Waktu cepat berlalu, dan pria itu baru menyadari hal itu. Bahkan, langit malam terlihat semakin gelap, hanya bintang-bintang yang bertebaran di atas sana yang terang.

Karena besok ada pekerjaan di kantor, Adam pun memutuskan untuk mengikuti jejak Aisyah. Dia membalikkan tubuhnya lalu melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Di kamar Aisyah, terlihat wanita itu berdoa di atas ranjang dengan kedua tangan yang menengadah ke langit kamar. Wanita itu terlihat merendahkan diri pada Allah dengan air mata yang menetes di wajah teduhnya.

"Terima kasih ya Allah. Aisyah sangat bahagia ya Allah. Suami Aisyah sudah mulai membuka hati dan mengizinkan Aisyah memperhatikannya seperti dulu. Jika bukan karena bantuan dan kebaikan engkau ya Allah, Aisyah takkan mampu meraih kesempatan yang diberikan Mas Ada ini."

Aisyah bergumam kecil kepada sang pencipta. Suaranya perlahan menghilang hingga hanya bibirnya saja yang terlihat bergerak.

Wanita shalihah itu begitu damai berdoa dan bercerita kepada Allah. Selain mendapatkan kebahagiaan, ia juga mendapatkan ketenangan di hatinya.

"Aamiin..." gumam Aisyah terdengar lagi, pertanda jika ia sudah selesai berdoa.

"Sebaiknya aku tidur. Jangan sampai besok aku telat menyiapkan semua keperluan Mas Adam," gumam Aisyah dengan senyum manis yang menghias wajah teduhnya.

Wanita itu pun membaringkan tubuhnya, lalu menarik selimut hingga menutupi bahunya. Aisyah memiringkan tubuhnya ke samping, mengikuti cara tidur Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam.

"Bismika allahumma ahyaa wa bismika amuut. Dengan nama-Mu ya Allah, aku hidup dan aku mati." Doa Aisyah lalu menutup kedua kelopak mata indahnya.

Saat ini jam di dinding menunjukkan pukul 04:30 dini hari. Walaupun tidur larut malam, Aisyah tetap bangun di sepertiga malam terakhir seperti biasanya.

Wanita itu membuka matanya lalu duduk di ranjangnya. Dengan lembut ia membersihkan bekas kantuk di matanya. Aisyah pun mengamalkan dzikir rutin bangun tidurnya sebelum pergi ke kamar mandi.

"Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa 'ala kulli sya'in qadir. Alhamdulillah wa subhaanallaah, wa la ilaaha illallah, wallahu akbar, wa laa haula wa laa quwwata illa billaah. Alhamdulillahilladzi ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur. A'udzu bikalimaatillahit taammati min kulli syaithonin wa haammatin wa min kulli 'ainin laammatin."

Aisyah melafazkan dzikir itu dengan khusyuk dan tenang, tak lupa juga ia membaca surat pendek seperti al-fatihah, al ikhlas, an-nas dan al falaq, serta ayat kursi.

Setelah melakukan amalan rutinnya, Aisyah pun menengadahkan kedua tangannya ke langit kamar.

"Ya Allah, jagalah pernikahan Aisyah dan jauhkanlah segala keburukan, gangguan, dan ketidaknyamanan dari rumah tangga Aisyah dan Mas Adam ya Allah.

Lembutkanlah hati Mama agar mau menerima Aisyah ya Allah. Jauhkan Ariella dari Mas Adam dan temukan dia dengan pria baik yang belum mempunyai istri ya Allah. Kuatkan Aisyah ya Allah dan mudahkan segala urusan Aisyah dalam segala hal.

Hari ini Aisyah sudah mulai kembali melayani Mas Adam, mohon bimbingan dan ridhomu ya Allah. Aamiin Allahumma Aamiin."

Setelah berdoa Aisyah turun dari ranjang miliknya. Ia melangkahkan kakinya dengan perlahan menuju kamar mandi.

Seperti biasanya Aisyah mandi sebelum berwudhu. Ia sangat menghargai Allah, hingga berusaha menghadap Allah dengan versi terbaiknya.

Aisyah juga menghidupkan bukhur Arab, asap dari bakaran bukhur itu membuat kamarnya harum.

Wewangian itu dapat membuat ibadahnya semakin khusyuk. Aisyah menyelesaikan segala aktivitas sebelum shalatnya, setelah itu ia pun mulai melaksanakan shalat sunnah tahajud.

Selesai tahajud ia membaca al qur'an sembari menunggu shalat subuh tiba. Setelah itu, ia membaca dzikir pagi petang dan mengamalkan dzikir lainnya.

"Subhanallah wa bihamdihi, subhanallahil adziim." Dzikir ini selalu Aisyah ucapkan selepas subuh karena dzikir ini adalah salah satu dzikir yang dicintai Allah.

"Astaghfirullah hal adzim, subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah, Allahu akbar. Astaghfirullah hal adzim, laa haula wa laa quwwata illa billahi 'aliyil adzim." Aisyah mengamalkan dzikir dari kisah pedagang roti yang ingin bertemu dengan imam Ahmad Bin Hambal.

Pagi mulai tiba, langit di luar berwarna biru pudar, pertanda sebentar lagi matahari akan terbit. Aisyah yang sudah menyiapkan kegiatan rutinnya bergegas turun ke lantai dasar. Ia membantu Mbok Ima menyiapkan sarapan pagi.

"Non, sisanya Mbok saja ya. Bukannya Nona mau menyiapkan keperluan Tuan ya? Hari ini Tuan kan ke kantor," ucap Mbok Ima mengambil alih sendok sayur dari Aisyah.

"Ah iya Mbok, Aisyah lupa. Makasih ya Mbok sudah mengingatkan Aisyah. Kalau gitu Aisyah ke kamar Mas Adam dulu ya," ucap Aisyah memegang keningnya akibat lupa dengan tujuannya.

"Iya Non, buruan... sebelum Tuan Adam bangun," ucap Mbok Ima menatap Aisyah dengan penuh perhatian.

"Iya Mbok, ya sudah ya Mbok," ucap Aisyah lalu setelah itu melangkahkan kakinya terburu-buru meninggalkan dapur.

"Hati-hati, Non," ucap Mbok tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan.

Aisyah tidak menjawab perkataan Mbok Ima sebab ia sudah berjalan jauh. Mbok Ima maklum dengan hal itu, dan ia justru merasa bahagia melihat kemajuan hubungan Tuan dan Nona mudanya.

1
partini
wasiat sih wasiat tapi mereka ga welcome, lagian kamu bukan siapa " mereka terkesan kamu maksain
Jannah Sakinah: Terima kasih sudah singgah kak🌸💓
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!