Rara Artanegara yang dahulu dikenal cukup cantik namun sejak mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai seorang sekretaris PT. GINCU karena permintaan suaminya, Pramana Handoko, bentuk tubuhnya berubah menjadi tak terawat dan cukup berisi. Padahal sebelum menikah ia begitu langsing bak gitar Spanyol.
Pernikahan yang sudah dijalani selama lima tahun, awalnya begitu bahagia namun berakhir dengan luka dan nestapa pada Rara. Sang ibu mertua yang selalu menuntut cucu padanya. Sering berlaku tak adil dan kejam. Begitu juga adik iparnya.
Bak jatuh tertimpa tangga. Dikhianati saat hamil dan kehilangan bayinya. Terusir dari rumah hingga menjadi gelandangan dan dicerai secara tidak terhormat.
"Aku bersumpah akan membuat kalian semua menyesal telah mengenalku dan kalian akan menangis darah nantinya. Hingga bersujud di kakiku!" ucap Rara penuh kebencian.
Pembalasan seperti apa yang akan Rara lakukan? Simak kisahnya💋
DILARANG PLAGIAT🔥
Update Chapter : Setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Teman Masa Kecil
Sepasang netra biru itu berembun menatap dua buah batu nisan milik mendiang kedua orang tuanya. Tertera nama James Barnett dan Alisha Barnett pada kedua batu nisan di sebuah pemakaman mewah tak jauh dari Ibukota Jakarta.
David Barnett tengah duduk di depan kedua makam orang tuanya itu yang telah meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat saat usianya masih 17 tahun. Pemuda tampan bak Dewa Yunani itu tengah menaburkan bunga sekaligus memanjatkan doa agar mendiang orang tuanya tenang di suurga.
Tiga belas tahun sudah dirinya pergi meninggalkan Indonesia dan berada di Inggris, tempat kelahiran ayah dan kakeknya. Sejak kepergian kedua orang tuanya, sang kakek membawanya secara paksa untuk tinggal Di London, UK.
David tak bisa menolak sebab kakeknya satu-satunya keluarga yang ia punya dari pihak Ayah kandungnya dan sangat berpengaruh. Mendiang ayahnya adalah pria kelahiran Inggris.
Menolak sekeras apapun saat itu juga tak mampu dia lakukan. Karena dirinya masih remaja ingusan yang tak tahu apapun soal bisnis keluarga. Tak punya kekuatan besar seperti yang dimiliki oleh sang kakek, Arthur Barnett.
Dahulu Ayahnya, James Barnett, bertemu dengan sang ibu yang bernama asli Alisha Megantari yang berubah menjadi Alisha Barnett sejak menikah dengan sang Ayah. Ibunya yakni wanita asli Indonesia kelahiran kota Bandung.
Keduanya saling mengenal saat sang Ayah datang pertama kali ke Indonesia untuk memulai bisnis barunya yakni di bidang properti dan perhotelan. Alisha cukup pintar menjadi sekretaris di perusahaan milik James Barnett.
Gayung bersambut dan cinta bersemi dikarenakan keduanya bertemu setiap hari sebagai CEO dan sekretaris. Akhirnya keduanya menikah dan tak berselang lama lahirlah David Barnett, putra tunggal mereka.
Saat melahirkan David, rahim Alisha mengalami luka dan pendarahan cukup hebat sehingga harus diangkat. Mau tak mau dalam hidup keduanya hanya memiliki satu anak yakni David.
James sendiri tak mau menikah lagi hanya untuk mendapatkan keturunan sesuai saran dari Alisha. Karena baginya, cintanya hanya milik Alisha dan David, putranya. Itu sudah cukup bagi seorang James. Tak perlu cinta yang lain.
Puzzle-puzzle kenangan indah dirinya saat bersama kedua orang tuanya kembali terngiang dalam ingatannya. Papa dan Mamanya selalu memanjakannya. Memberi kasih sayang dan cinta penuh walaupun keduanya sibuk dengan dunia bisnis mereka.
Namun sayang usia keduanya sangat pendek sehingga kebersamaan ketiganya di dunia harus berakhir setelah kecelakaan pesawat menimpa James dan Alisha saat akan pergi ke Inggris untuk menjenguk sang kakek yang sedang sakit.
David saat itu tidak ikut pergi ke London, karena sedang ujian sekolah. Kini dirinya hidup sebatang kara. Ketika remaja, orang tuanya meninggal dunia. Kini, sang kakek pun telah meninggal dunia. Tepatnya tiga bulan yang lalu Arthur Barnett menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya di dekapan David, cucunya.
"Tuan, hari sudah senja. Apa sebaiknya kita tidak segera beranjak pergi," ucap Leon, asisten David.
"Benar katamu, baiklah."
Sebuah helaan nafas berat meluncur dari bibir David Barnett.
"Mah, Pah. Dav, pamit dulu. Suatu saat nanti, Dav pasti mengajak dia ke sini. Semoga dia masih ingat aku," cicit David lirih.
Akhirnya rombongan David pun bergegas pergi meninggalkan area pemakaman dan meluncur ke sebuah rumah di Jakarta.
Satu jam kemudian, rombongan David telah sampai di sebuah rumah minimalis yang tampak cukup mewah.
Pria bernetra biru ini tertegun menatap hunian di depannya yang tampak sepi. Dan yang paling mengejutkan dirinya tertera tulisan, " Rumah ini disita Bank dan dalam tahap lelang ".
Deg...
"Apa maksudnya ini? Enggak mungkin dia menjual rumah peninggalan orang tuanya," batin David heran menatap kediaman wanita yang ia cintai sejak kecil.
"Leon," panggil David dengan nada tegas.
"Ya, Tuan."
"Kenapa ada seperti ini, kamu tidak mengabarkan padaku sejak di London!" geram David.
"Maaf, Tuan. Jika saya terselip informasi sepenting ini tentang Nona Rara pada Tuan. Tetapi beberapa hari lalu anak buah kita yang melewati jalan ini masih belum melihat papan tersebut," ucap Leon yang juga tampak terkejut mengetahui rumah wanita yang dicintai Tuannya telah disita pihak bank.
"Cari tahu informasi lengkap tentang Rara dan kamu ambil kembali rumah ini secara tertutup. Beli pada pihak bank berapapun yang mereka minta. Asal besok pagi, kunci serta sertifikat rumah ini sudah ada di meja kerjaku!" perintah David dengan sorot mata tajam dan rahang yang mengeras.
"Baik, Tuan."
David dan anak buahnya kemudian segera kembali ke rumah peninggalan orang tuanya yang tak jauh dari kediaman mendiang orang tua Rara.
Komplek rumah mereka berdua berada di jantung kota Jakarta yang terkenal mewah dan mahal. Hanya saja bangunan rumah orang tua Rara memang terdesign minimalis. Sedangkan rumah peninggalan mendiang orang tua David, paling besar di sana seperti istana megah bergaya Eropa.
Ya, David Barnett dan Rara berteman sejak kecil. Keduanya bertetangga cukup dekat. Bahkan mendiang orang tua David saat mereka masih kecil pernah berceletuk ingin sekali punya menantu Rara.
Namun akibat meninggalnya orang tua David, dengan terpaksa sang kakek membawa pergi David ke London, UK. Bahkan saat itu David tak sempat berpamitan pada Rara. Alhasil gadis yang ia cintai itu menangis sepanjang hari karena kehilangan teman kecilnya yang begitu saja hilang ditelan bumi.
David adalah penerus satu-satunya sekaligus ahli waris tunggal seluruh kekayaan keluarga Barnett.
☘️☘️
Sedangkan di rumah Mama Dian, Rara tengah tercengang menatap test pack yang baru saja ia lakukan pengecekan untuk tes kehamilan. Terdapat dua garis merah yang jelas terpampang nyata dalam beberapa merek test pack miliknya.
Rara yang terus merasa mual dan pusing dalam beberapa hari terakhir ini pun awalnya begitu terkejut melihat kalender yang ternyata baru ia sadari sudah tiga minggu dirinya terlambat datang bulan. Akhirnya ia memberanikan diri memutuskan untuk mencoba stok test pack yang ia punya.
Dan hasilnya begitu membuat air mata haru bahagia menetes deras dalam pipinya. Ia dinyatakan positif hamil. Rara pun mengusap pipinya yang masih basah dan sembab. Lantas bergegas berganti baju untuk pergi ke dokter kandungan terdekat.
Berbekal uang yang dimilikinya saat ini hanya lima ratus ribu rupiah saja, dirinya mencoba memeriksakan ke dokter kandungan yang tidak terlalu mahal.
"Semoga hasilnya positif ya Tuhan. Aku mohon," batin Rara berdoa saat berada di perjalanan menuju dokter kandungan.
Beruntung Mama Dian sedang pergi arisan ke rumah tetangga jadi dirinya bebas pergi tanpa rumit. Sebab jika ibu mertuanya itu ada di rumah, maka Rara seperti terpenjara dalam sangkar emas yang tak bisa ke mana-mana.
🍁🍁🍁