Hanna harus menerima kenyataan pahit bahwa sang suami telah memiliki hubungan dengan saudara kandungnya.
Ia merasa di bodohi dengan sikap suaminya yang baik dan penyayang, begitu juga dengan sikap adik kandungnya yang terlihat baik dan polos. Namun ternyata mereka menjalin hubungan terlarang di belakangnya.
Apakah Hanna akan memaafkan suami dan adiknya? atau ia akan pergi dari kehidupan rumah tangganya?
Yuk ikuti ceritanya! jangan lupa like, komentar, dan suscribe ya. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratih Ratnasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
Hanna memasukkan bajunya ke dalam cover, ia berniat akan pergi dari rumah Revan. Sungguh ia sakit hati telah dikhianati suami dan adiknya, selama ini ia telah menjadi istri yang baik untuk Revan, ia juga telah menjaga adiknya demi masa depan. Tapi ternyata mereka malah mengkhianatinya, Hanna benar-benar tidak menyangka dengan rumah tangganya yang akan hancur seperti ini, ia jadi ingat apa kata Tante Mila pada waktu itu pernah mengingatkan dirinya.
Hanna menangis, dadanya sesak, hatinya sakit, bahkan seluruh badannya ia merasa lemas.
Setelah selesai memasukkan bajunya, Hanna melepaskan cincin pernikahan. Lalu ia menaruhnya di atas meja.
"Aku tak menyangka pernikahanku akan seperti ini, aku tak menyangka kalian telah berkhianat," Hanna menghapus air matanya kasar, lalu ia menarik covernya dan segera turun ke lantai bawah. Di sana masih ada Sarah dan juga Revan sedang berpelukan.
"Kak Hanna! Kakak mau kemana?" tanya Sarah, ia terkejut melihat kakaknya membawa sebuah cover.
"Kenapa kau bertanya? Kau pasti tahu aku akan pergi kemana," Sarah menghampiri Hanna, ia berlutut dihadapannya.
"Maafkan aku, kak. Aku khilaf telah melakukan hubungan dengan kak Revan. Tolong jangan pergi, tetaplah di sini,"
"Setelah apa yang kamu lakukan padaku, kau malah menyuruhku untuk tinggal di sini! Apa kau tak punya hati, Sarah? Kau pikir aku akan bahagia tinggal di sini?"
"Maafkan aku, kak. Aku minta kakak jangan pergi, aku tak punya siapa-siapa lagi selain kakak," Hanna menangis kembali, air matanya membasahi wajah mulus Hanna.
"Hanna, tetaplah tinggal di sini. Maafkan atas perbuatannya, aku khilaf,"
"Kalian melakukan hubungan bukan karena khilaf, tapi kalian melakukannya secara sadar. Aku benci kalian berdua!" ucap Hanna dengan nada bergetar.
"Menikahlah kalian berdua, tolong jangan sakiti adikku, Mas. Aku minta kau nikahi dia," Sarah tersenyum mendengar ucapan kakaknya, inilah yang ia harapkan selama berselingkuh dengan Revan. Ia ingin menjadi istri Revan satu-satunya.
"Terima kasih sudah mengizinkan aku, kak. Maafkan atas kesalahanku,"
Hanna tak habis pikir pada Sarah, entah kenapa Sarah berbicara seperti itu. Hanna mengira Sarah akan menyesal, namun nyatanya ia malah senang.
Hanna pergi dari rumah Revan dengan membawa covernya, ia tak tahu akan pergi kemana. Hari sudah semakin malam, namun Hanna tetap berjalan menyusuri jalan raya. Pikirannya tak karuan, entah ia akan pergi kemana? Yang penting ia sudah keluar dari rumah Revan.
"Mereka jahat!" Hanna terus menangis sepanjang jalan, mengingat apa yang telah terjadi.
Sarah merasa senang karena dirinya sudah mendapatkan apa yang ia mau.
"Sayang, sekarang kak Hanna sudah pergi dari sini," ucapnya dengan memeluk erat tubuh Revan, namun Revan malah melepaskannya. Ia merasa ada yang hilang dalam hatinya.
"Kak, kenapa?"
"Maaf, Sarah. Aku harus pergi ke atas dulu. Kamu tidurlah,"
"Kenapa harus ke atas, kak? Kak Hanna sudah tidak ada di sana lagi. Bukankah kita bebas untuk melakukannya?"
"Iya, nanti aku akan tidur denganmu. Sekarang aku akan ke atas dulu,"
"Ya sudah, kak. Jangan lama-lama, ya," bisiknya.
Revan berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya, entah kenapa hatinya merasa ada yang hilang setelah kepergian sang istri.
Revan membuka handle pintu kamarnya, biasanya ia melihat Hanna yang tersenyum menyambut kedatangannya, namun kali ini ia tidak melihatnya lagi.
"Hanna," lirihnya, Revan melihat sebuah cincin dan surat yang ada di atas meja. Ia mengambil cincin itu dan menggenggamnya. Kemudian ia membaca surat yang ada di tangannya.
"Seseorang datang tidak selalu untuk menjadi teman seumur hidup, kadang seseorang sengaja didatangkan hanya untuk sekedar menjadi pelajaran saja. Sudah cukup sekian kamu menjadi pelajaran bagiku. Kini aku siap untuk menemukan orang yang memang benar-benar pantas untukku. Terima kasih atas pelajaran yang selama ini kamu berikan."
Revan menutup kembali surat itu, ada rasa penyesalan dalam dadanya. Ia kembali membayangkan Hanna yang selalu ada untuknya, bahkan sebelum ada Sarah datang ke dalam rumah tangganya. Hubungan mereka baik-baik saja.
"Hanna!" Revan segera mengambil jaket dan kunci mobilnya, ia akan segera mencari Hanna untuk membawanya kembali.
"Kak Revan mau kemana?" tanya Sarah yang melihat Revan pergi keluar dengan terburu-buru.
"Aku akan mencari kakakmu, aku tak mungkin membiarkan dia pergi sendirian pada malam hari," Sarah menghentikan langkah Revan, ia menarik tangan Revan dan memeluknya.
"Jangan pergi tinggalkan aku, kak. Aku yakin kak Hanna akan baik-baik saja,"
"Tidak, Sarah! Aku akan mencarinya," Revan melepaskan tangan Sarah dengan kasar, lalu ia pergi meninggalkan Sarah yang masih mematung di sana dengan kecewa.
"Argh... Sial!" geramnya.
...----------------...