NovelToon NovelToon
Wanita Pelangkah

Wanita Pelangkah

Status: tamat
Genre:Duda / Murid Genius / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua / Tamat
Popularitas:3.9M
Nilai: 4.7
Nama Author: Kuswara

Apa yang akan terjadi pada Jamilah setelah tiga kali dilangkahi oleh ketiga adiknya?.

Apa Jamilah akan memiliki jodohnya sendiri setelah kata orang kalau dilangkahi akan susah untuk menikah atau mendapatkan jodoh?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 Wanita Pelangkah

Alexander memasukkan kembali ponselnya kedalam tas setelah mengirimkan pesan pada supir pribadi Kakek Utomo untuk segera menjemputnya sekarang juga.

"Aku sudah meminta supir Kakek untuk menjemput sekarang."

"Kenapa enggak Ibu yang antar aja kalau mau pulang sekarang?." Jamilah mengambil kunci motor.

"Tidak Ibu guru Jamilah. Biar supir Kakek aja yang jemput." Tolak Alexander menggelengkan kepala.

Jamilah dan Alexander duduk di depan teras ketika para tetangga yang suka gosip itu melintas di depan rumah Jamilah.

Mereka semua bisik-bisik sambil sesekali melihat keduanya yang begitu akrab seperti anak dan Emak kandung saja.

"Itu kan anaknya bapak-bapak itu?."

"Iya, mungkin mereka sedang mengakrabkan diri."

"Ya baguslah, kalau akhirnya ada yang mau dengan Jamilah. Kasihan juga kalau sampai enggak laku."

"Iya sekarang mah om-om juga maunya daun muda, anak-anak ABG gitu. Bukan model emak-emak juga."

"Tapi bapaknya tuh anak mana?, enggak kelihatan. Apa masih di dalam rumah ya?. Tapi kok udah berani nginep ya?. Kalau sampai bener kita lapor Pak RT aja."

"Tanya aja dulu Emak Bapaknya, Jamilah?. Anaknya begitu enggak?. Jangan sampai salah, kita dapat malu iya, fitnah juga iya."

Perhatian para biang gosip itu kini beralih pada mobil mewah warna merah yang baru parkir di depan rumah Jamilah.

"Eh...Eh...itu kan mobil yang kemarin?. Mungkin mau jemput Jamilah sama tuh anaknya. Coba kita lihat ya?."

Alexander menyalami Emak dan Jamilah sebelum masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangan pada keduanya. Kini mobil mewah itu pun meninggalkan rumah Jamilah.

"Yah kok Jamilah nya tidak ikut."

.

.

.

"Mana obat yang aku minta?."

"Ada di kantong plastik kecil Tuan Alexander."

Alexander segera membuka plastik dan mengambil salep yang biasa digunakan untuk menghilangkan memar dengan cepat. Supaya tidak ada yang bertanya apa pun padanya.

Kepulangan Alexander siang itu disambut hangat oleh Kakek Utomo dan Bibi Isti. Makanan berlimpah dimeja makan, tapi sayang Alexander lebih memilih untuk langsung masuk kedalam kamarnya.

"Biarkan saja, mungkin Alexander ingin sendiri." Suara Kakek Utomo menghentikan langkah Bibi Isti yang hendak menyusul Alexander kedalam kamar.

Bibi Isti mengangguk dan kembali duduk di kursi bersama Kakek Utomo.

.

.

.

Semua siswa-siswi langsung masuk ke dalam kelas masing-masing setalah ucapara selesai dengan tertib.

Jamilah baru bisa melihat ponsel, setelah ponselnya itu diabaikan untuk beberapa lama. Dimana ada satu pesan yang dikirim Pak Utomo, untuk mengabari kalau Alexander sakit.

Pantas saja tadi didalam kelas ia tidak melihat Alexander, rupanya anak itu sakit. Tapi pikiran Jamilah hanya karena tidak biasa main bola.

"Apa sakitnya parah?." Gumam Jamilah, menatap ponsel ingin menanyakan seberapa parah sakit yang diderita Alexander?. Tapi niatnya tidak terlaksana saat bel masuk setelah istirahat berbunyi. Jamilah pun sekarang harus mengajar di kelas 4A.

"Ibu guru Jamilah, sebelum pulang tolong keruangan saya sebentar!." Saat Pak Ginanjar berpapasan di depan kelas 1.

"Baik Pak." Jawab Jamilah singkat.

.

.

.

Beberapa jam kemudian, Usai semua siswa-siswi pulang. Kini Jamilah sudah berada diruang Pak Ginanjar.

"Tadinya Pak Utomo ingin kesini untuk bertemu langsung dengan Ibu Jamilah. Tapi karena saat ini Alexander tidak masuk sekolah karena sakit. Maka Pak Utomo mewakilkan pada saya, untuk menanyakan kegiatan Alexander dua hari kemarin apa saja selama berada di rumah Ibu guru Jamilah?."

"Tidak banyak yang kami lakukan Pak kepala sekolah. Hanya bermain saja. Tapi ternyata Alexander tidak biasa bermain sepak bola jadi badannya sakit-sakit, mungkin itu yang menyebabkan Alexander tidak sekolah hari ini." Jawab Jamilah.

Pak Ginanjar mengangguk sambil tersenyum simpul.

"Selain itu, apalagi?. Mungkin dari obrolan atau sikap ada yang mulai berubah atau sama saja dari Alexander?."

"Dua hari satu malam. Kebersamaan saya dengan Alexander tidak akan langsung mampu merubah apa pun yang sudah ada pada diri Alexander. Semuanya masih sangat butuh proses Pak kepala sekolah, bisa dibilang kemarin itu seperti masa orientasi anak SMP, hanya mampu melihat diri kita masing-masing tanpa kenal dan tahu lebih dalam lagi."

"Iya saya tahu itu Ibu guru Jamilah. Untuk anak seperti Alexander yang sudah terbiasa hidup dengan kebiasaan yang seperti itu, dalam arti tanda kutip. Jadi memang sangat dibutuhkan waktu yang sangat lama."

"Baiklah kita akhiri saja obrolan kita. Apa yang kita bicarakan siang ini, nantinya akan saya sampaikan pada Pak Utomo. Terima kasih banyak Ibu guru Jamilah."

"Sama-sama Pak Kepala sekolah, saya pamit, permisi. Assalamu'alaikum...."

"Wa'alaikumsalam..."

.

.

.

Bapak baru pulang hari ini, dari kota B. Dalam menjalankan misi mencari jodoh untuk Jamilah.

"Tadi pagi Jamilah yang mengantar Jaka sama Julia?."

Ibu meletakkan cangkir besar berisi kopi panas untuk Bapak.

"Iya tadi pagi Jamilah yang mengantarkan mereka. Dari rumah berangkat jam 05.40 WIB. Karena tau kan pada upacara."

"Terus Pak, gimana hasilnya?." Emak udah enggak sabar dengan kabar yang dibawa Bapak dari kota B.

"Alhamdulillah Mak, ada dua orang yang lagi nyari istri. Katanya enggak apa-apa kalau mau ta'aruf juga." Jelas Bapak sedikit-sedikit. Sebab sembari menikmati panasnya air kopi yang masuk ke perut. Setelah melewati perjalanan yang cukup memiliki hawa dingin jadi sepertinya Bapak masuk angin , butuh yang panas-panas.

Si Emak sudah enggak sabar aja nunggu cerita selanjutnya. Yang mudah-mudahan awal yang baik untuk Jamilah nantinya.

"Dua orang ini, mereka mau datang secara gantian. Pak Mardi dulu nanti yang mau datang duluan untuk menemui Jamilah. Baru habis itu Pak Teguh yang datang." Jelas Bapak lagi. Tapi kali ini raut wajah Emak seperti agak gimana gitu.

"Memang kedua orang ini sudah tua ya Pak?, Sampai Bapak harus manggilnya Pak."

Seketika tawa Bapak pecah, mendengar Emak yang sudah parno duluan terhadap panggilan Pak. Padahal Bapak memanggil kedua orang itu dengan sebutan Pak, hanya sebagai bentuk penghormatan pada profesi keduanya, sama-sama mengayomi. Karena Pak Mardi profesinya guru sama seperti Jamilah, tapi ngajar di SMP. Kalau yang satunya lagi Pak Teguh seorang pegawai kelurahan.

Emak pun ikut tertawa malu setelah Bapak menjelaskan.

"Nanti malam kita berdua bicara dengan Jamilah ya Pak?. Kita harus bisa meyakinkan Jamilah supaya mau menemui mereka."

"Iya Mak, insya Alloh."

.

.

.

Kabar Alexander tidak masuk sekolah sampai juga pada telinga Daddy Emir. Daddy Emir tidak masalah saat harus menelpon putra nya saat di LA sekarang pukul satu dini hari.

"Bagaimana Isti keadaan Alexander?."

Isti langsung mengarahkan kameranya pada Alexander yang sedang tidur pulas setelah minum obat penurun demam.

"Bagaimana Alexander bisa sakit?." Daddy Emir menatap lekat wajah damai Alexander yang dapat dilihatnya dengan jelas.

"Mungkin kecapekan ajak Kak, karena kemarin habis bermain bersama gurunya."

Daddy Emir mengingat kembali pemilik wajah yang sekarang ada di dalam ponselnya.

"Kak...,Kak...."

"Ah iya Isti kenapa?."

"Papa mau bicara pada mu."

"Hem..."

"Iya Pa..." Kameranya kini memperlihatkan wajah tua sang Papa yang selama ini sudah dibuatnya susah dan selalu kerepotan.

"Jangan sampai kau menyesal setelah kehilangan Alexander, Emir!."

"Kau memang bukan Ayah yang baik!. Sampai kau tidak bisa merasakan detak jantung Alexander yang sudah berulang kali memanggil nama ayahnya dalam kondisi sakit seperti ini. Ku lihat kau masih santai dan sangat sibuk dengan pekerjaan mu. Seharusnya, jika ayah yang baik ia akan memiliki ikatan batin dengan sang anak. Apalagi dalam situasi seperti ini."

Kali ini Daddy Emir yang langsung saja mematikan ponselnya sebelum Kakek Utomo yang lebih dulu mematikannya.

Kakek Utomo mengusap kedua mata Alexander yang mengeluarkan buliran sebening kristal.

.

.

.

Bapak, Emak dan Jamilah sudah berada di kamar Jamilah. Menjalankan rencana Emak dan Bapak untuk menyampaikan maksud mereka.

Setelah mendengarkan panjang lebar apa yang disampaikan Bapak, Jamilah mengiyakan untuk menemui kedua laki-laki itu. Karena tidak ingin membuat usaha Bapak dan Emak sia-sia. Tidak ada salahnya juga untuk memperpanjang silaturahmi. Toh ia sangat percaya jika sudah waktunya berjodoh tidak akan ada kendala apa pun. Akan dipermudah semua jalannya.

"Tapi Milah enggak terpaksa kan menjalani ini?."

"Insya Alloh enggak Mak. Enggak apa-apa nanti Milah mau menemui mereka." Jawab Jamilah pasti.

Emak dan Bapak begitu lega setelah mengetahui Jawaban pasti dari Jamilah.

Sedangkan di ruang tengah, Jaka dan Julia sedang mengerjakan PR masing-masing.

"Kak Jul!."

"Hem..."

"Kalau bisa Kakak sekolah dulu yang benar, jangan pacaran-pacaran, supaya enggak cepat nikahnya jadi enggak melangkahi Kak Jamilah lagi."

Julia langsung menolah pada Jaka yang sedang menatapnya.

"Jujur aja Jaja, kamu mau bilang apa?." Julia sedikit sewot.

"Iya seperti yang udah aku bilang tadi."

"Ya suka-suka aku lah Jaka, mau pacaran atau enggak. Enggak ada hubungannya sama Kak Jami."

"Ya pasti ada lah Kak Jul. Kak Jul enggak kasihan sama Kak Jamilah kalau sampai harus dilangkahi adiknya lagi?."

"Kak Jami itu orangnya modern, enggak kolot. Makanya Kak Jami juga nyantai walau belum nikah. Jadi menurutku Kak Jami enggak akan masalah kalau harus dilangkahi adiknya lagi."

Deg...Deg...Deg...

"Astaghfirullahaladzim....." Emak langsung memegang dadanya yang terasa sakit mendengar ucapan Julia. Emak harus segera menikahkan Jamilah dengan salah satu dari kedua pria itu sebelum nantinya dilangkahi oleh Julia.

Julia dan Jaka hanya diam mematung, mereka tidak menyadari kedatangan Emak dan Bapak di dekat mereka.

"Kalau sudah belajarnya, kalian tidur." Bapak membawa Emak masuk kembali ke dalam kamar. Tadinya Emak dan Bapak keluar dari kamar Jamilah, ingin memberitahu Julia dan Jaka supaya mau membantunya membaut kue. Tapi malah seperti ini, Emak dan Bapak dibuat kaget oleh ucapan Julia.

.

.

.

Tiga hari kemudian, Alexander sudah masuk sekolah hari ini setelah dua hari kemarin beristirahat di rumah.

"Alexander sudah sembuh?." Tanya teman-teman yang lain.

Alexander hanya mengangguk.

Tapi sayang malah Jamilah yang tidak mengajar hari ini, izin ada keperluan keluarga. Dikarenakan Jamilah akan melakukan pertemuan dengan Pak Mardi, yang rencananya jam 10 pagi ini sudah sampai di rumah Jamilah.

Dan benar saja, Pak Mardi dan Bapaknya sudah datang dengan mengendarai mobil.

1
Lastri Naila
sungguh aq suka karya mu thor....aq bapeeeeeer
Erna Riyanto
udh lama bgt q gk cek buku ini.. trnyta menang GK lanjut ceritanya...ngegantung gitu aja
mimief
Alhamdulillah semua berakhir baik
Mungkin kalau aku atau wanita lain di posisi Milah ga akan mau bertahan

tapi beliau ini luar biasa
nice ending beautiful story'
banyak yg bisa diambil dr cerita ini
kesabaran yg ga semua bisa orang punya dia jabarkan dengan indah

tapi mang terpenting asal pasangan nya bisa memberikan rasa aman dan nyaman dr sebuah hubungan pasti kita bisa berjuang bersama-sama
mimief
aku yg ikutan nyesek bacanya
disatu sisi dia mau egois
tapi...dia juga ga bisa ga sayang sama ibu sambung nya
mimief
lah Jul..
ntar kaya jalan ssma sugar baby
jauhh bet umurnya🤣🤣
mimief
dia yg ngidam 🤣🤣🤦
mimief
Jamilah orang yg pertama mengulurkan tangannya
yg memperkenalkan bahwa cinta itu bukan ttng membagi atau mengalah
itu sebabnya..ga akan tergantikan posisinya...
mimief
perdebatan mereka lucu bgt si🤦
mimief
lah mang kalau dipikir-pikir
dia Dateng jam 12 an
Ampe orang mau ngaji ...
lu itung aja sendiri berapa lama tu🙄🤣🤣
mimief
berteman baik Ampe di ranjang ya pak?
hadeeeeh
ada yg punya batu bata ga si?
kita timpuk yuuk🤣🤣🙄
mimief
ribet ya Joy?
kita aja yg dewasa belum tentu paham dengan kerumitan ini
mang Daddy mu aja yg brengsek🤣🤣
mimief
aku juga .
walaupun yg satu udah ga ada
mantan mah berat...berat dilawan
kenangan itu ga ada yg bisa meluruhkan 😔
mimief
ya...risiko masukin uler.lagian mestinya tau donk si Emir tau diri lah.
ngapain bawa kerumah tangga temen nya si
kyk ga ada tempat lainnya aja
risiko nya kan double kill
mimief
Milah...Milah
lama mau nikah ,pas nikah cobaan nya Allahuakbar..
kl gini mah mending jomblo aja yaaa
mimief
mang beginilah yg terjadi di masyarakat
sebenarnya mereka peduli walaupun caranya salah
kalau ditelaah kan mang salahnya kita
hukum sosial memang menyeramkan bukan
sebelum menghujat keadaan mang adakalanya kita introspeksi dulu
ya..ttp yg jadi korban orang orang yg kita sayangin
mimief
seenggaknya dia tulus sama joy
mimief
ga ada orang yg ketika praktek nya bisa menerima 100 % kesabaran itu
kita bukan nabi apalagi Tuhan yg maha...maha😭😭
manusiawi kalau kita marah,kecewa,sedih atas cobaan yg kita terima
mimief
Alexander aja yg masih bocah tau..
jangan terlalu serakah bang
mimief
aseeeem🤣🤣🤣
mimief
wkwkwkwk
mang anak durhaka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!