Ayla Navara, merupakan seorang aktris ternama di Kota Lexus. Kerap kali mengambil peran jahat, membuatnya mendapat julukan "Queen Of Antagonist".
Meski begitu, ia adalah aktris terbersih sepanjang masa. Tidak pernah terlibat kontroversi membuat citranya selalu berada di puncak.
Namun, suatu hari ia harus terlibat skandal dengan salah seorang putra konglomerat Kota Lexus. Sialnya hari ini skandal terungkap, besoknya pria itu ditemukan tewas di apartemen Ayla.
Kakak pria itu, yang bernama Marvelio Prado berjanji akan membalaskan dendam adiknya. Hingga Ayla harus membayar kesalahan yang tidak diperbuatnya dengan nyawanya sendiri.
Namun, nyatanya Ayla tidak mati. Ia tersadar dalam tubuh seorang gadis cantik berumur 18 tahun, gadis yang samar-samar ia ingat sebagai salah satu tokoh antagonis di dalam novel yang pernah ia baca sewaktu bangku kuliah. Namun, nasib gadis itu buruk.
“Karena kau telah memberikanku kesempatan untuk hidup lagi, maka aku akan mengubah takdirmu!” ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 ~ Cara Lain
Aldric pun menatapnya dengan wajah kosong, bagaimana mungkin pria yang selalu dikejar-kejar akan mengejar seorang gadis yang dulunya ia tolak mentah-mentah? Mau ditaruh dimana wajahnya nanti?
...
Alice berjalan dengan cepat, masuk ke toilet dan berdiri di depan cermin. Kemudian merogoh isi tas selempang nya. Sebagai Ayla, sudah menjadi kebiasaannya untuk membawa obat alergi kemana-mana, sebab banyak sekali haters yang ingin mencelakai nya.
Kebiasaan itu tetap masih terjaga walau ia telah berganti tubuh menjadi Alice. Setelah menemukan sebuah botol kecil berisi pil obat alergi, segera ia menelan salah satu pil dan mengatur pernapasannya agar kembali normal. Ia kemudian masuk ke salah satu toilet kemudian menenangkan diri disana.
Setelah beberapa saat, ia merasakan reaksi alerginya sudah lebih mendingan meski di tubuhnya masih terdapat bercak-bercak merah yang menghiasi. Ia kemudian mengeluarkan sebuah cardigan dan kemudian memakainya untuk menutupi bercak merah itu.
Tiba di luar toilet ia dikejutkan oleh Aldric yang langsung menggenggam erat lengannya.
"Kenapa? ... Kenapa selalu menghindar dariku?" tanyanya frontal.
"Untuk apa aku menghindar darimu?"
"Heh, kau tidak sadar? Kau selalu menghindar dariku. Aku tahu sudah banyak melukai perasaanmu, tapi itu juga karena sikapmu yang kekanakan itu. Jadi sekarang aku mau kita mulai dari awal. Oke?" Aldric menatap kedua mata Alice dalam, menyalurkan kerinduan yang selama ini ia rasakan.
Sementara Alice malah menatap kebingungan, setahunya Aldric tidak pernah suka berdekatan dengan Alice.
Bukankah Aldric membencinya? Kenapa sekarang malah mengejarnya?
Apa? Aldric mengejarnya? Sejak kapan pria dengan gengsi selangit itu bisa mengejar seorang gadis?
Lamunan Alice buyar ketika Aldric menariknya ke dalam pelukan pria itu. Alice memberontak, memukul dada pria itu kuat. "Lepaskan aku!" pekiknya dengan marah.
Tanpa bisa dicegah, air mata telah mengalir dari kedua sudut mata indah itu. Kedua mata dengan warna biru safir. Lagi-lagi Ayla harus menahan rasa kesal yang teramat sangat. Lagi-lagi ia tidak bisa mengendalikan reaksi tubuh Alice.
'Alice, jika ingin aku balas dendam, bisakah kau membuat tubuhmu ini mati rasa?' rutuknya di dalam hati.
Ia merasa sangat tidak nyaman, hatinya merasa sesak dan sakit sekarang. Namun tubuhnya terasa hangat dan nyaman berada di dalam pelukan pria ini.
Meski merasa nyaman, ia masih terus memukul dada pria itu. Sementara Aldric tidak mengindahkan, ia justru memperat dekapannya.
Lama-kelamaan Alice terbawa suasana dan memejamkan matanya, tangis sesenggukannya membuat Aldric merasa Alice telah luluh padanya. Selama beberapa menit mereka saling memeluk, saling berbagi kehangatan yang membuat Aldric merasa menang.
Saat membuka kedua matanya, Alice melihat seorang gadis sedang memandangnya aneh. 'Olivia? Tidak! Aku tidak boleh terbawa perasaan Alice. Aku adalah Ayla yang berhati dingin, ratu antagonis tidak akan luluh pada siapapun.'
Dengan cepat ia mendorong kuat tubuh sang tunangan, membuat pelukan erat itu terlepas. "Sudah cukup? Aku membiarkanmu memelukku sebagai obat rindu. Kau pasti sudah dengar desas-desus kalau aku hilang ingatan kan? Aku sama sekali tidak mengingatmu sekarang,"
Alice kemudian mundur dan tersenyum menyeringai. "Kau senang saat aku menangis? Aku menangis karena merasa bodoh pernah mengejar pria seperti mu, dan dari cerita Lucy, aku yang dulu benar-benar sangat memalukan. Dan lagi, aku kasihan padamu, kasihan karena pria sepertimu rela merendahkan diri untuk minta maaf padaku," lanjut Alice dengan senyuman mengejek.
Aldric mengepalkan kedua tangannya. Ia menyesal, harga dirinya terasa terinjak. Tidak seharusnya ia mengejar gadis ini tadi. Tidak seharusnya ia terbawa perasaan dan menuruti saran Haven sialan itu. Dan tidak seharusnya juga, ia merasa sepi ketika tidak ada gadis ini di sampingnya.
'Argh, kenapa aku jadi bodoh begini?' rutuk Aldric di dalam hati, runtuh sudah imagenya sebagai most-wanted kampus, terlebih ketika berbalik ia melihat Olivia yang sedang menatap keduanya heran.
"Hmm, aku hanya ingin ke toilet. Dan kalian berdua menghalangi pintu," ujarnya ketika telah sadar bahwa sepasang kekasih aneh itu tengah menatapnya.
Tanpa menjawab dan mengatakan apapun, sepasang kekasih itu berlalu dengan arah yang berlawanan. Olivia yang berdiri di tengah-tengah merasa bodoh sendiri. "Hari ini aku sudah dua kali nonton drama siaran langsung pasangan aneh ini," gumamnya kesal.
"Mereka lucu kan?" Tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Olivia.
Seorang pria berkacamata berdiri di sampingnya dengan wajah yang membuat gadis itu merasa sebal. Tanpa menjawab perkataan Haven, Olivia berlalu ke toilet begitu saja. Dan kini giliran Haven yang menatap pintu toilet dengan sebal.
.
.
.
Alice kembali ke kelasnya, memilih untuk menunggu Lucy di sana. Sembari menunggu ia termenung.
"Thor?"
"Oi."
"Kok Aldric berubah, sih?"
"Mana saya tau."
"Ish, kan aku udah cuek, udah ketus, udah ngehindar masa dia masih mau ngejar aku?"
"Yah, mana saya tau Lak."
"Lak? Siapa Lak?"
"Yah namamu lah, kan nama aslimu Lala. Jadi, ku panggil Lak."
"Mana ada yang seperti itu? Namaku bagus-bagus malah kamu buat-buat."
"Ya elah, Lak. Kalau kamu pikir namamu bagus itu juga aku yang namain toh."
"Tau ah, sana-sana! Ngomong sama author malah makin pusing ini kepala."
"Kalau ada butuhnya aja nyari-nyari author, sama tuh kek yang sebelah, yang namanya Ale."
"Ale? Siapa lagi Ale?"
"Gak usah banyak nanya, kan tadi udah ngusir. Bye."
...
Kembali ke kenyataan, Alice masih termenung memikirkan alur novel yang telah melenceng jauh.
Sibuk termenung, ia tidak menyadari bahwa Lucy telah berdiri di depannya.
"Alice," panggilnya kepada sang nona.
"Alice."
"NONA ALICE," pekiknya kemudian membuat Alice tersadar dari lamunannya.
"Lucy, kamu mengagetkanku. Dan sudah ku peringatan berapa kali? Jangan lagi memanggilku dengan sebutan nona," geram Alice menatap tajam pada gadis itu.
"Ta-tapi Anda sendiri yang tidak menjawab ketika kupanggil dengan sebutan Alice. Jadi aku kira Anda tidak suka kupanggil dengan nama."
"Ya ampun, aku bukan tidak suka Lucy. Aku hanya sedang termenung sesaat tadi."
"Tapi Anda bukan termenung sesaat, Anda terdiam sangat lama tadi."
Alice menatap Lucy dengan datar, hal itu membuat yang ditatap menjadi gugup sendiri. Padahal Alice tidak pernah bermaksud untuk menakuti gadis kecil itu. Mungkin karena ia telah terbiasa menatap tajam sebagai Ayla, jadi saat ini Lucy merasa terintimidasi.
"Hmm, ta-tadi aku bertemu Malvin." Lucy membuka pembicaraan setelah beberapa saat menetralkan rasa takutnya.
"Aku tahu, kalau bersama Malvin kamu kan pasti lupa padaku."
"Eh, bu-bukan begitu. Di-dia bertanya tentang Anda. Katanya tuan Aldric yang memintanya," jelas Lucy membuat Alice menaikkan kedua alisnya.
'Ini tidak bisa dibiarkan! Novel ini harus kembali ke alurnya, kecuali alur tentang Alice. Aku tidak mau berakhir mati untuk kedua kalinya. Aku harus mencari cara lain untuk membuat Aldric menjauh dariku,' pikir Ayla dan tanpa sadar menatap ke arah pintu dimana seorang pria tampan baru saja lewat di luar sana.
'Aku tahu apa yang harus aku lakukan sekarang,' batinnya seraya tersenyum kecil.
Tbc.
🌼🌼🌼🌼🌼
Hallo, maafin othor yang updatenya ngga tentu ya. Othor lagi banyak tugas di real life 🥺🥺. Oh, iya terima kasih untuk kalian yang masih setia mengikuti cerita receh ini ya😁
LUV kalian 💙💙💙.
🌼🌼🌼🌼🌼
tembak tembak tembak
🤣🤣🤣