follow Ig : dhee.author
Mungkin ini tidak sepantasnya. Tapi apa daya kalau Mika terlanjur dibuat nyaman oleh kakak iparnya sendiri.
Sedangkan lelaki yang dia sebut suami, dia lebih mementingkan wanita lain ketimbang dirinya.
Nalurinya sebagai perempuan yang haus akan perhatian sudah terpenuhi oleh kakak iparnya, Gavin.
Hingga perlahan cinta itu tumbuh dan tak bisa dicegah lagi. Rasa ingin memiliki itu begitu kuat. Sekuat rintangan yang harus mereka lalui agar bisa bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhessy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10
Cukup lama Mikha dan Gavin berpelukan. Tidak ada tanda-tanda Gavin akan melepaskan pelukannya pada tubuh Mikha.
Mikha menghela napas panjang. Sejujurnya dia sangat menikmati pelukan Gavin yang hangat dan nyaman. Tapi sepertinya rasa penasaran kenapa Gavin memeluknya begini lebih besar ketimbang menikmati pelukan Gavin.
"Kak Gavin kenapa, sih? Lagi ada masalah, ya?"
Gavin tidak menjawab. Tapi dia melepaskan pelukannya lalu memandang Mikha dengan lekat.
Mendapat tatapan sedalam itu dari Gavin, Mikha mendadak salah tingkah. Dia mengedarkan pandangannya ke sembarang arah. Asal tidak menatap mata Gavin.
Mikha juga berpura-pura membenarkan rambutnya yang sebenarnya baik-baik saja demi menutupi rasa salah tingkahnya.
"Saya antar kamu pulang."
"Kok, saya-saya lagi, sih?" protes Mikha. Dia merasa tidak nyaman kalau Gavin kembali memanggil dirinya dengan sebutan saya.
Gavin tersenyum tipis. "Kakak antar kamu pulang," ralatnya.
Mikha tersenyum lebar mendengar Gavin membenarkan panggilannya. Tapi setelahnya, senyuman Mikha meredup kala dia menyadari sesuatu. Mengundang tanya bagi Gavin. "Kenapa? Nggak mau?"
"Aku bawa mobil, Kak. Gimana nasibnya dia kalau kakak ngantar aku pulang. Besok aku ke kantor juga gimana?"
"Mobil biar di sini aja. Besok pagi biar sopir kantor yang jemput kamu."
"Ah, Kak Gavin. Nggak enak sama yang lain kalau dijemput sopir kantor. Baru juga magang di sini. Udah dijemput sopir kantor aja."
"Kan, kamu adikku. Nggak akan ada yang salah. Sudahlah. Siapapun yang mengusikmu, urusannya sama aku."
Mikha hanya bisa berpasrah dan berjalan mengikuti Gavin saat Gavin menggenggam tangannya. Mikha sempat tertegun. Lagi-lagi jantungnya berdetak lebih kencang saat tangannya berada dalam genggamannya. Bahkan hingga lift sudah sampai lantai dasar, Gavin belum melepaskan genggaman tangannya pada tangan Mikha.
Saat pintu lift terbuka, Mikha menarik tangannya dengan cepat hingga genggaman itu terlepas. Masih banyak karyawan yang belum pulang. Mikha tak ingin mengundang kesalahpahaman. Untung saja lift yang mereka naikin tadi lift khusus untuk CEO macam Gavin.
"Kak Gavin tadi pagi pasti ngira aku habis gituan sama Gilang, ya?" Entah kenapa, Mikha merasa bahwa dia perlu menjelaskan kalau antara dirinya dan Gilang tidak pernah melakukan hal tersebut.
Gavin melirik Mikha sekilas. "Kenapa tanya seperti itu? Lagian, kan, kalian suami istri. Sah-sah saja kalian mau ngapain. Aku cuma minta kamu buat tepat waktu dan berpenampilan rapi jika ke kantor. Bukan dengan rambut setengah basah seperti tadi. Terlihat berantakan."
Mikha menghembuskan napas dengan kesal. "Kakak tau hubungan aku dan Gilang nggak baik-baik aja. Mungkin nggak kalau aku sama Gilang kayak gitu? Nggak usah salah paham, deh. Aku sama Gilang nggak pernah kayak gitu."
"Memangnya ada urusannya sama aku?"
Jawaban sekaligus pertanyaan dari Gavin membuat Mikha terdiam. Benar, tidak ada urusannya sama sekali dengan Gavin. Tapi Mikha juga tidak paham, kenapa dia harus menjelaskan itu semua pada Gavin, kakak iparnya. Dengan secara tidak langsung Mikha sudah mengumbar masalah rumah tangganya sendiri.
Padahal respon Gavin juga biasa saja. Malah terkesan tidak peduli.
Mikha merasa malu. Tidak seharusnya dia mengatakan hal seperti itu.
Mikha membuang pandangannya ke jalanan yang mulai diguyur hujan deras. Rasanya Mikha ingin menghilang saja dari hadapan Gavin. Dia menyesalkan kenapa harus berbicara seperti itu pada Gavin.
Padahal, tanpa Mikha tahu, Gavin merasa sangat lega saat Mikha mengatakan bahwa dia dan Gilang tidak pernah melakukan apapun. Rasanya tidak rela jika Mikha disentuh sedikit saja oleh lelaki seperti Gavin.
🌹🌹🌹
"Makasih ya, Kak." Mikha melepas seat belt-nya. Bersiap untuk turun. Tak berani menatap Gavin karena masih merasa malu.
"Rumah masih sepi. Gilang belum pulang?"
"Kayaknya belum."
"Biasanya dia pulang jam berapa?"
"Dulu paling cepat jam sebelas malam. Tapi akhir-akhir ini dia sering pulang sore."
Mendadak hati Gavin dilanda rasa khawatir mendengar kalau akhir-akhir ini Gilang pulang sore. Dia takut itu adalah upaya Gilang untuk membuat hubungannya dengan Mikha semakin dekat.
Gavin tahu kalau menghadap hubungan Gilang dan Mikha tidak baik-baik saja itu salah. Mereka suami istri, sudah seharusnya seperti itu. Tapi lelaki seperti Gilang tidak pantas mendapatkan wanita sebaik Mikha. Bahkan di saat hubungannya dengan Gilang tidak baik-baik saja, dia masih bisa berpura-pura bahagia di hadapan semua orang.
"Mikha!"
"Ya?"
"Maaf kalau aku merasa senang mendengar penjelasan kamu tadi," ucap Gavin tanpa keraguan. Dia sudah berhasil membuat Mikha nyaman di dekatnya. Dan dia juga harus berhasil mengambil hati Mikha.
"Maksud kakak apa, ya?" Mikha mengerutkan keningnya. "Penjelasan yang mana?" lanjutnya dengan rasa penasaran.
"Kalau kamu dan Gilang tidak pernah melakukan apapun di sepanjang pernikahan kalian."
"Hah?"
Mikha dibuat semakin tidak mengerti dengan maksud Gavin. "Kenapa kakak bisa merasa bahagia? Maksud kakak apa, sih? Hubungan pernikahan adiknya Kak Gavin itu nggak baik-baik aja, loh. Tapi bisa-bisanya kakak ngomong kalau Kakak_"
"I love you, Mikha."
Mikha langsung terdiam mendengar Gavin yang menyela ucapannya barusan. "Ka-kakak bilang apa-apa?"
Tanpa ragu, Gavin mendekatkan wajahnya ke wajah Mikha yang masih nampak begitu terkejut dengan pernyataan cinta darinya. Perlahan, Gavin menempelkan bibirnya pada bibir manis Mikha.
Seketika Mikha memejamkan matanya saat mendapat ciuman lekat dari Gavin. Jantungnya berdegup kencang.
Dalam hati dia berteriak, menyadari bahwa ini adalah sebuah kesalahan. Tidak seharusnya mereka melakukan hal ini.
Tapi, hatinya juga mendadak berbunga. Bibirnya menerima ciuman itu. Bahkan tak menolak saat Gavin mulai memperdalam ciumannya.
***
Jantung Mikha masih berdetak kencang ketika mengigat ciuman Gavin sore tadi. Bahkan rasanya pun masih menempel di bibirnya.
Satu yang masih menjadi pertanyaan besar bagi Mikha. Kenapa Gavin mengatakan cinta, juga mencium bibirnya sedemikian dalamnya.
Lalu bagaimana setelah ini? Semuanya pasti akan berubah. Termasuk interaksi antara dirinya dan Gavin.
"Pasti besok canggung banget kalau ketemu."
"Kak Gavin kesambet apa, sih, tadi?"
🌹🌹🌹
"Gimana, Gavin? Sudah berhasil merebut hati istri gue belum?"
Gavin menghela napas jengah. Rasanya ingin menendang wajah lelaki yang ada di hadapannya. Tidak peduli bahwa dia adiknya sendiri.
Gilang tertawa sombong. "Belum bisa, kan? Sudah gue tegaskan, Gavin. Lo tidak akan bisa mengambil Mikha dari gue."
Kini giliran Gavin yang tersenyum sinis. Dalam hati dia menertawakan Gilang. Tidak tahu saja dia kalau sore tadi Gavin sudah menyatakan perasaannya pada Mikha. Meskipun Mikha tidak memberikan jawaban apapun, tapi wajah Mikha yang terlihat menikmati ciuman darinya menandakan kalau Mikha pun merasa nyaman berada di dekatnya.
"Seyakin itu Mikha tidak akan pernah ninggalin Lo? Dengar, ya! Dia wanita biasa dan punya perasaan. Selama ini dia masih diam ketika Lo memperlakukan dia dengan tidak adil. Masih bisa berpura-pura bahagia di hadapan semua orang. Tapi Lo nggak pernah tau, sampai kapan dia bisa bertahan dalam keadaan yang semakin menyakitkan buat dia."
"Lo nggak usah sok tau, Vin."
Gavin mengangkut satu tangannya, meminta Gilang untuk diam.
"Dia cuma belum tahu bagaimana kelakuan Lo, Gilang. Jangan Lo pikir gue nggak tau apa-apa soal Lo. Justru gue tau semuanya. Tanpa terkecuali. Kalau dulu gue bakal diam aja. Tapi sekarang enggak. Cepat atau lambat gue akan memberikan bukti soal kelakuan Lo ke dia. Jadi, Lo siap-siap aja. Perceraian kalian sudah di depan mata."
"Sialan!" Gilang mengumpat. Setelahnya dia langsung keluar dari ruangan Gavin dan meninggalkan kantor Gavin.
Gilang bersumpah dalam hati bahwa dia tidak akan membiarkan Mikha jatuh ke tangan Gavin. Dia dan Mikha tidak akan pernah bercerai. Tidak peduli pernikahan ini akan menyakiti Mikha atau tidak.
🌹🌹🌹
Part ini mulai kehabisan arah. Maaf kalau gak jelas. 🥲🥲
Nulis itu nggak mudah ya, gaesss... butuhh mood, butuh ide.. jadi mohon maaf kalau updatenya lama. ya karena memang nyari idenya dulu. nyari mood buat nulis.
update lama,. bukan berarti author leha-leha, ya. sejujurnya sedih juga kalau sampai segini hari baru bisa update gara-gara otaknya buntu. 🥲🥲🥲