Alana Xaviera merasa seperti sosok yang terasing ketika pacarnya, Zergan Alexander, selalu terjebak dalam kesibukan pekerjaan.
Kecewa dan lapar akan perhatian, dia membuat keputusan nekad yang akan mengubah segalanya - menjadikan Zen Regantara, pria berusia tiga tahun lebih muda yang dia temui karena insiden tidak sengaja sebagai pacar cadangan.
"Jadi, statusku ini apa?" tanya Zen.
"Pacar cadangan." jawab Alana, tegas.
Awalnya semua berjalan normal, hingga ketika konflik antara hati dan pikiran Alana memuncak, dia harus membuat pilihan sulit.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9 : TCB
"Alana."
Suara mamanya yang memanggil membuat Alana menghentikan langkah begitu dia masuk kedalam rumah. Dengan langkah mendekat, Amara menatap bingung dan sedikit kekhawatiran diwajahnya. Jaket denim laki-laki dan pakaian yang sedikit kotor membuat Amara bertanya-tanya, rumah teman yang mana yang putrinya inapi semalam?
"Kamu semalam menginap dirumah siapa? Kenapa pas Mama telefon handphonenya langsung tidak aktif? Giliran aktif kamu nggak angkat," tanya Amara begitu dia sudah berdiri di depan Alana.
Alana menghela napas pelan, semoga saja mamanya tidak melihat mobil Zen yang tadi mengantar sampai kedepan.
"Aku capek, Ma. Aku mau ke kamar dulu,"
"Alana tunggu!" Amara menahan lengan putrinya. "Capek? Memangnya kamu habis ngapain? Kamu belum jawab pertanyaan Mama, kamu menginap dirumah siapa semalam?!"
"Aku menginap di rumah Cindy, suaminya sedang keluar kota jadi dia memintaku untuk menemaninya dirumah." Alana terpaksa berbohong, dia tidak ingin berada dalam masalah, setidaknya untuk saat ini karena dia benar-benar lelah setelah semalam berpetualang bersama dengan Zen.
"Cindy?" ulang Amara dengan kening mengernyit, "Lalu jaket ini? Ini jaket cowok kan? Nggak mungkin ini milik suaminya Cindy," ujarnya tak percaya.
"Memang bukan," sahut Alana cepat. "Aku membelinya kemarin karena kedinginan."
"Ya sudah, Ma. Aku lelah dan ingin istirahat," Alana melangkahkan kakinya berjalan menyusuri tangga, menuju ke arah kamarnya ada dilantai atas.
Dari bawah Amara memperhatikan. Meskipun putrinya sudah menjawab, tapi dia tetap merasa ada yang salah. Benarkah Alana menginap dirumah Cindy semalam?
-
-
-
Alana terbangun dari tidurnya saat jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Tadi pagi setelah membersihkan diri dan menelfon Zergan, dia langsung tidur lagi karena merasakan lelah.
"Laper banget,"
Segera dia turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka dulu sebelum turun, gara-gara tidur hampir seharian dia sampai lupa makan. Selesai dengan kegiatannya di kamar mandi, Alana bergegas keluar dari kamar.
Langkahnya mulai menapaki anak tangga. Ketika dia sudah sampai di lantai bawah dan hendak pergi ke meja makan, telinganya menangkap suara-suara sedang mengobrol dari arah ruang tamu. Karena penasaran, akhirnya Alana memutuskan untuk melihat siapa yang sedang bertamu sore-sore begini.
"Eh, anak perempuan Mama sudah bangun," seru Amara, menatap pada sang putri yang tiba-tiba muncul di ruang tamu.
Mata Alana sedikit melebar saat melihat Zen yang tengah duduk disamping Tante Jihan. Zen mengedipkan matanya dan memberikan ciuman jarak jauh dengan bibirnya yang membuat Alana menelan salivanya kasar.
"Sini duduk dulu, sayang. Ini ada Zen dan mamanya datang," Amara menepuk sofa sebelahnya. Dengan ragu-ragu Alana duduk di sebelah mamanya.
"Kemarin kakaknya Zen datang dan menginap di rumah, dia bikin kue banyak banget tapi Zen-nya malah nggak pulang. Daripada mubazir nggak kemakan semua, jadi Tante bagi-bagiin aja," cerita Jihan.
"Semalam Alana juga nggak pulang, nginep dirumah temannya. kok bisa samaan ya," Amara tertawa pelan.
"Masa sih, Jeng?" tanya Jihan. "Tapi nggak mungkin lah mereka janjian," dia ikut tertawa.
"Ma, aku masuk kedalam ya," ucap Alana.
Setelah berpamitan pada mamanya dan Tante Jihan, Alana pergi meninggalkan ruang tamu. Dia mulai merasa tidak nyaman dengan kehadiran Zen disana. Takutnya, mamanya dan Tante Jihan akan curiga dan tahu jika mereka semalam pergi berdua dan menginap di rumah tua.
"Hah!"
Alana terkesiap saat seseorang tiba-tiba menarik tangannya kuat dari arah belakang. Rupanya Zen sengaja menyusul dengan berpura-pura pamit pergi ke kamar mandi.
Zen menarik tangan Alana ke sudut, mendudukkan kekasihnya itu di atas meja panjang yang ada di sudut ruangan ruang tengah. Zen mendekatkan wajahnya dengan satu tangannya yang masih melingkar di pinggang Alana.
"Zen, apa yang kamu lakukan," desis Alana dengan kedua tangan berpegangan pada pundak Zen untuk menahannya supaya tubuh mereka tidak terlalu menempel. "Nanti ada yang melihat kita,"
"Apa kamu tidak ingin tahu tujuan sebenarnya mengapa aku datang kemari?" tanya Zen setengah berbisik, menatap wajah cantik Alana dari dekat.
"Tujuan apa? Cepat turunkan aku, Zen, aku tidak ingin ada yang melihat kita berduaan disini," wajah Alana terlihat panik.
"Tidak akan. Tadi mamamu bilang kalau dua pelayan dirumahmu sedang pergi berbelanja ke supermarket." jawab Zen.
"Lalu kamu mau apa?" tanya Alana dengan nada yang mulai melembut, matanya menjelajahi mata Zen.
"Untuk melanjutkan apa yang tertunda semalam, aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena terus memikirkannya," jawab Zen.
"Melanjutkan apa? Memangnya apa yang---"
Alana tak melanjutkan ucapannya saat tiba-tiba Zen membungkam bibirnya dengan sebuah ciuman. Sejak pulang tadi pagi Zen dibuat terbayang-bayang terus dengan bibir seksi Alana yang membuatnya sulit untuk memejamkan mata.
-
-
-
"Ahhh... Ahhhh...!"
Zergan mencabut miliknya dan mengeluarkan cairan kentalnya diatas perut Karina. Saat dia merasa lelah dan stres dengan pekerjaan, dia akan menjadikan Karina tempat pelampiasan nafsunya.
Sebenarnya, mereka sudah saling mengenal lama, jauh sebelum Zergan bertemu dengan Alana. Keduanya adalah teman semasa kuliah saat diluar negeri, dan mereka pernah melakukan cinta satu malam yang membuat Karina mengandung.
Zergan sudah menyuruh Karina untuk menggugurkan kandungannya pada saat itu karena mereka berdua masih sangat muda dan Zergan masih ingin mengejar cita-citanya. Namun Karina menolak, dia memutuskan untuk pergi jauh dari hidup Zergan dan memilih melahirkan anak mereka.
Awalnya semuanya berjalan normal meskipun dia harus menjadi orang tua tunggal. Hingga saat putrinya berusia empat tahun, gadis kecil itu mulai menanyakan tentang ayah kandungnya. Bahkan putrinya jadi sering sakit-sakitan karena ingin sekali bertemu dengan ayahnya. Karena tidak tega akhirnya Karina memutuskan untuk kembali, namun Zergan sudah memiliki kekasih yang dicintainya, yaitu Alana.
"Aku tidak pernah keberatan menjadi pelampiasan nafsumu, tapi tidakkah sedikit saja kamu memiliki perasaan padaku?" Karina menatap Zergan yang sedang duduk membelakanginya ditepian ranjang, pria itu sedang memakai kembali kemejanya.
"Kita melakukannya tanpa ada paksaan, Karina. Jadi jangan pernah menuntut lebih dari itu." Zergan berdiri, menatap Karina yang duduk di atas ranjang dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya. "Sama seperti tujuh tahun lalu, kamu yang menggodaku lebih dulu dan memilih melahirkan anak itu."
"Sampai kapanpun hubungan kita hanya sebatas ini, Karina. Dan jangan harap kamu bisa menggunakan anak itu untuk menghancurkan hubunganku dengan Alana," imbuh Zergan menekankan.
Ruangan itu kembali sunyi setelah Zergan keluar. Karina menatap sendu pintu kamar yang sudah tertutup rapat kembali. Sama seperti tujuh tahun lalu, cintanya masih sangat besar untuk Zergan. Namun sama seperti tujuh tahun lalu juga, Zergan masih tetap bersikap dingin padanya.
Karina tersenyum getir, genangan air mata mulai nampak dikedua matanya. "Aku pikir dengan menjebakmu tujuh tahun lalu, hatimu akan luluh. Tapi ternyata aku salah,"
-
-
-
Bersambung....
mo komen di paragrap gak bisa,, lagi repisi katanya🤧🤧
gonjang-ganjing hubungan
selamat berpusing ria ya lana 😂
Kalo zergan, Dateng lagi Jan diterima ya rin.dia ngebuang kelean sebegitu enaknya
sory ini ya Alana Mungin agak jahat. tapi Karin cerita aja dech.
biar bisa dapet selotip yang baek