NovelToon NovelToon
Mantan Pemimpin Bela Diri

Mantan Pemimpin Bela Diri

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengawal / Perperangan / Misteri / Penyelamat / Action / Mantan
Popularitas:301
Nilai: 5
Nama Author: Gusker

Baek So-cheon, master bela diri terbaik dan pemimpin bela diri nomor satu, diturunkan pangkatnya dan dipindahkan ke posisi rendah di liga bela diri!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gusker, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kita Tidak Melindunginya (4)

Para pedagang mengangguk. Mereka memang hanya melihat “puk” dan “gedebuk”, tapi mereka berpihak pada pendekar Aliansi.

Ini bukan pembunuhan sengaja, tapi kecelakaan saat penindakan. Bahkan kalaupun sengaja, karena Taejeong mencabut pedang di gedung Aliansi, hukumnya tetap membenarkan.

Kakek Go berseru senang,

"Si bajingan itu kena hukuman langit! Hukuman langit!"

Para pedagang tersenyum lega.

Beon Saeng berkata pada mereka,

"Kini kami butuh kesaksian kalian sekali lagi."

"Tentu saja kami bersedia, semua ini terjadi karena kalian berusaha melindungi kami."

Mereka datang memberi kesaksian dengan hati gembira, tetapi jauh di dalam hati tetap ada ketakutan terhadap Taejeong.

Namun kini Taejeong sudah mati di depan mata mereka.

Khususnya, sang lelaki tua yang sudah almarhum yang bahkan anak, cucu, dan cicitnya sampai ikut diancam membungkuk berkali-kali kepada Beon-saeng.

“Terima kasih, benar-benar terima kasih.”

“Bukan saya yang perlu Anda ucapkan terima kasih…”

Beon-saeng memalingkan kepala.

Baek So-cheon bersandar pada jendela di sudut kantor, seolah tidak terjadi apa-apa, dan menatap keluar, tatapannya yang kosong ke langit tumpang tindih dengan pemandangan hari pertamanya tiba, saat ia memandang langit di halaman penginapan.

Katanya, seseorang yang tampak kesepian dari belakang adalah orang yang benar-benar kesepian.

Saat itu, terdengar suara percakapan anak buah di belakang.

“Ngomong-ngomong, kalau kepala cabang datang pasti pingsan.”

“Tapi toh bukan kita yang salah, kan?”

Di saat itu, Beon-saeng menyadari satu hal.

‘Ah! Kalau dipikir-pikir…’

Baek So-cheon telah membuat semua kejadian ini terjadi dalam batas hukum. Ia mencegah Beon-saeng membunuh Jong-bae, membuat Tae-jeong seolah mati karena kecelakaan. Agar ketika Gi-dan atau pusat turun untuk menyelidiki, sisi mereka tidak mendapat kerugian besar.

‘Jangan-jangan… semuanya sudah dia rencanakan?’

Pikiran itu muncul tiba-tiba. Barangkali Baek So-cheon berasal dari dunia yang benar-benar berbeda, dan mengangkatnya sebagai “kakak” mungkin saja…

‘Apa aku benar-benar sedang melakukan sesuatu yang konyol?’

Panji So-cheon

Im Chung kembali dengan tangan hampa.

Ia pergi untuk menemui Wang Gon, pemimpin faksi Sinhwabang, namun orang itu sedang bepergian jauh.

Saat Im Chung kembali ke kantor cabang, keadaan sudah beres seluruhnya. Mayat-mayat telah dibersihkan, para pedagang yang memberi kesaksian sudah dipulangkan.

Beon-saeng yang melapor merasa dadanya berdebar, ketika mereka membawa Jong-bae dan kelompoknya saja sudah terjadi keributan, apalagi sekarang Tae-jeong mati di kantor cabang—pasti ada badai besar.

Namun reaksi Im Chung tak disangka-sangka.

“Malah bagus.”

“Eh? Bagus bagaimana maksudnya?”

“Fakta bahwa kelompok Tae-jeong menyerbu kantor cabang adalah tindakan yang kelewat batas, sekarang mereka tidak bisa berkata apa-apa lagi, dan ternyata bagus juga aku tidak sempat bertemu Pemimpin Wang.”

Menangkap kelompok Tae-jeong sebenarnya bisa menjadi masalah, tapi serangan mereka ke kantor cabang membuat semuanya berubah, insiden penyerbuan itu menutupi masalah penangkapan sebelumnya.

Tentu, Im Chung tidak percaya bahwa Tae-jeong benar-benar berniat menyerbu, walau bajingan Tae-jeong tidak sebodoh itu. Mungkin ia hanya ingin menakut-nakuti, tapi keadaan membesar, an pusat dari masalah ini pasti Baek So-cheon.

Im Chung merendahkan suara.

“Baek Muin sengaja membunuh Tae-jeong, bukan?”

“Tidak, itu kecelakaan.”

“Yakin?”

“Ya.”

Walau tidak yakin, Beon-saeng menjawab demikian, ebih baik begitu untuk dirinya, untuk Im Chung dan untuk Baek So-cheon.

“Keluar, dan suruh Baek Muin masuk.”

“Baik.”

Beon-saeng hendak mengatakan bahwa Baek So-cheon tidak bersalah, namun ia mengurungkan niatnya, ia takut justru membuat Im Chung marah.

Beon-saeng keluar, Baek So-cheon masuk.

Im Chung menatapnya tanpa bicara.

“Bagaimana kejadiannya?”

“Sesuai laporan tertulis.”

“Mari bicara jujur antara kita.”

“Silakan.”

“Aku tak tahu seperti apa hidupmu sebelumnya, tapi jangan begini, Beon-saeng itu anak baik.”

“Saya kurang paham maksud Anda?”

“Jangan goyahkan semuanya.”

“Supaya Anda mudah memerintah saya?”

“…!”

Im Chung hampir meledak, Ia tak pernah menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu, dan tepat di depan wajahnya pula.

Namun ia tidak langsung membantah, karena di sudut hatinya, mungkin ia memang sempat berpikir demikian.

“Kau…”

Ia ingin mengeluarkan satu kalimat, tapi menahannya.

“Keluar.”

Baek So-cheon keluar, dan barulah kalimat yang tadi tertahan keluar bersama sebuah helaan.

“Kau bahkan menggoyahkan aku…”

Ia tidak mengucapkannya tadi karena egonya.

‘Tapi masalahnya tidak akan selesai semudah ini.’

Kematian Tae-jeong melepaskan duri yang lama menyakitkan, namun sekarang masalahnya adalah Wang Gon yang pasti akan menuntut gigi emasnya kembali.

* * *

Tugas pertama Sa Ma-iljung di pusat strategi Hyeoncheongak adalah mengurus pesan burung.

Ratusan pesan masuk setiap hari dari seluruh penjuru Jianghu, pesan-pesan itu harus disortir dan ditangani di sini.

Pesan biasa dibuka dan diklasifikasikan oleh para prajurit, sementara pesan tingkat khusus diserahkan langsung kepada Jegal Hyeon tanpa dibuka, beberapa bahkan dikirim langsung kepada Sang Pemimpin Aliansi.

Tugas Sa Ma-iljung adalah membantu mengklasifikasikan pesan biasa.

Woong– tung!

Ia menoleh ke arah tabung dari wilayah Zhejiang, Ia cepat mengambilnya, membuka segel dan mengeluarkan pesan di dalamnya.

Itu adalah pesan biasa yang boleh dibuka prajurit.

“Laporan menyatakan ketua kelompok hitam Taejeongpa terbunuh oleh Baek So-cheon.”

Prajurit senior memutuskan tingkat pesannya.

“Masukkan sebagai tingkat atas dan kirimkan pada Jenderal Besar.”

“Baik.”

Kematian ketua kelompok gelap seharusnya bahkan tidak layak dilaporkan, namun situasi Zhejiang khususnya wilayah Munseong sedang diawasi ketat, dan segala informasi mengenai Baek So-cheon otomatis naik tingkat.

Ma-iljung membawa pesan itu ke ruang kerja Jegal Hyeon.

“Berita dari kantor cabang Munseong mengenai Baek So-cheon.”

Jegal Hyeon membacanya lalu tersenyum tipis.

“Ya, perangainya memang tidak berubah. Kirim ke ruang Pemimpin Aliansi.”

“Baik.”

Normalnya, pesan tingkat atas masih harus disaring lagi oleh Jegal Hyeon. Namun apa pun yang berkaitan dengan Baek So-cheon akan langsung dikirim ke pusat komando besar.

Pemimpin Aliansi terus mengawasinya.

“Kalau dipikir-pikir, ini pertama kalinya Baek So-cheon berada jauh dari kita, dia selalu ada di sini bahkan setelah berkelana di medan perang, ia selalu kembali ke basis pusat suka duka semua ia jalani di sini.”

Karena itu mereka selalu melihatnya bahkan ketika ia terus diturunkan pangkatnya, selalu ada momen ia berjalan lesu melintasi halaman latihan, Aliansi Murim ini adalah buaian sekaligus kuburannya.

“Anda merindukannya?”

Tepat saat Jegal Hyeon hendak menjawab

DENG DENG DENG!

Loncen darurat berbunyi, Keduanya bergegas keluar.

“Ada apa?”

Seorang prajurit datang berlari.

“Laporan bahwa pasukan besar Heukcheonmaeng bergerak cepat dari Gansu menuju Shaanxi!”

Gansu adalah wilayah Heukcheonmaeng. Shaanxi wilayah Aliansi Murim.

“Berapa jumlahnya?”

“Delapan ratus prajurit unit Chuhondan!”

“Delapan ratus? Itu seluruh kekuatan Chuhondan!”

Jegal Hyeon terkejut, Chuhondan adalah salah satu unit inti Heukcheonmaeng. Biasanya tersebar di seluruh Gansu, namun kini tampaknya berkumpul diam-diam.

Entah jaringan informasi mereka ditembus, atau mereka sedang menjalankan taktik besar, apa pun alasannya ini buruk.

“Target mereka?”

“Dilihat dari arah, kemungkinan kantor pusat Shaanxi.”

“Umumkan keadaan darurat ke seluruh cabang sekitar Shaanxi.”

“Baik!”

Pesan darurat segera dikirim.

Sa Ma-iljung bertanya ketakutan.

“Apakah ini berarti mereka berniat memulai perang total?”

Jegal Hyeon menggeleng.

“Kurasa tidak.”

Perang besar selalu menunjukkan tanda, jika unit delapan ratus ini benar-benar ujung tombak, seharusnya wilayah Guizhou, Sichuan, Hunan, Guangxi, Guangdong yang dikuasai mereka juga menunjukkan pergerakan militer, tapi belum ada laporan.

Namun tetap saja, ada peluang kecil bahwa ini adalah awal perang besar, Heukcheonmaeng memang tidak pernah dapat ditebak.

“Mungkin hanya latihan skala besar.”

Dan ia berharap benar.

Sementara itu, laporan terus berdatangan.

“Mereka bergerak sepuluh li lagi ke arah Shaanxi, diperkirakan tiba di perbatasan dalam setengah jam.”

“Kekuatan kita di titik bentrokan pertama?”

“Hanya lima puluh penjaga cabang terdekat, kantor pusat Shaanxi mengirim tiga ratus prajurit tambahan.”

Tetap saja hanya tiga ratus lima puluh melawan delapan ratus elit.

Para prajurit menyesuaikan posisi bendera di peta besar, bendera merah Chuhondan bergerak mendekati garis perbatasan, dan bendera Aliansi Murim bergerak untuk menghadapinya.

Ketegangan meningkat, Ini pertama kalinya Sa Ma-iljung menghadapi situasi genting sejak turun ke pusat strategi.

Perintah dan laporan datang tanpa henti.

“Mereka hampir mencapai garis perbatasan.”

Dua bendera kini berdiri berhadapan.

Jika pasukan itu memasuki Shaanxi, itu berarti deklarasi perang.

Waktu terasa panjang.

Semua mata tertuju pada tabung pesan dari arah Shaanxi.

Woong— tup!

Pesan tiba.

Semua menahan napas menunggu prajurit pembaca pesan membuka mulut.

“Ah! Chuhondan tidak menyeberang! Mereka berbalik kembali!”

Semua langsung menghela napas lega.

Jegal Hyeon ambruk di kursi terdekat, Ma-iljung memberi segelas air.

“Terima kasih.”

Setelah meminumnya baru ia kembali tenang.

“Syukurlah…”

“Tapi provokasi mereka semakin menjadi-jadi.”

Seolah memberi peringatan: waktunya sudah dekat.

“Kau tahu? Setiap kali pangkat Baek So-cheon diturunkan, gerakan Heukcheonmaeng selalu meningkat.”

“Eh? Masa?”

“Benar. Setiap kali ia diturunkan, pasti ada provokasi.”

“Tapi mereka tahu Baek So-cheon sudah kehilangan tenaga dalam, bukan?”

“Tahu.”

“Kalau begitu kenapa…?”

“Artinya bahkan tanpa tenaga dalam, keberadaan dia dalam posisi tinggi saja sudah menjadi kekuatan penahan perang.”

Baek So-cheon bukan hanya seorang pendekar, Ia adalah simbol.

Tentu bisa saja itu kebetulan, tapi Jegal Hyeon bukan orang yang asal menyimpulkan.

“Kalau begitu, bukankah ia justru harus kembali ke Aliansi?”

“Benar.”

Tapi Pemimpin Aliansi bahkan telah mencabut pedang yang dulu ia berikan padanya.

Itu adalah isyarat, aku tidak ingin melihatmu lagi.

Apakah Baek So-cheon bisa kembali dalam keadaan seperti itu?

‘Bagaimana ini bisa terjadi…’

Dalam ingatannya, keduanya adalah sahabat dekat.

Jika Pemimpin Aliansi pergi, Baek So-cheon ada di sisinya, seperti Zhao Yun yang selalu menyelesaikan setiap tugas, ia keren dan dapat diandalkan, semua orang dulu berpikir begitu.

Dan kini dunia semakin dekat pada perang, Para pendekar di luar tidak menyadari betapa gentingnya keadaan.

Jegal Hyeon berdiri dan menatap peta penempatan tentara.

Bendera musuh yang dekat kini sudah agak menjauh.

Ia mencari sesuatu dari kotak berisi bendera-bendera unit besar.

Akhirnya ia mengangkat sebuah bendera besar pinggirannya emas, warnanya merah menyala.

Bendera yang tidak pernah dibuat untuk individu… kecuali satu orang.

Satu orang yang dianggap setara pasukan besar.

Tulisannya jelas:

So-cheon (小天)

Ia teringat masa ketika panji So-cheon melaju melewati peta setiap kali bergerak, panji musuh tumbang dan dicabut dari papan.

Dan jika perang pecah lagi sekarang

‘Bisakah kita menang tanpa Kepala Divisi Baek?’

Ia menatap panji itu lama, lalu meniup debu dari permukaannya dan meletakkannya kembali.

Saat keluar dari pusat strategi, ia berkata:

“Cabut status darurat jika Chuhondan mundur lebih dari dua ratus li.”

“Baik!”

Hari ini, desa kecil di selatan Zhejiang menjadi sedikit lebih damai.

Namun Jianghu… menjadi sedikit lebih berbahaya.

1
Alucard
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
Wulan: "Terima kasih! Dukunganmu bikin aku tambah semangat buat lanjut nulis. Ditunggu ya kelanjutannya!"
😁
total 1 replies
Killspree
Ceritanya seru banget, aku udah gak sabar nunggu kelanjutannya thor!
Wulan: "Terima kasih! Dukunganmu bikin aku tambah semangat buat lanjut nulis. Ditunggu ya kelanjutannya!" 😸
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!