Keyz berpetualang di Dunia yang sangat aneh. penuh monster dan iblis. bahaya selalu datang menghampirinya. apakah dia akan bisa bertahan?
Ini adalah remake dari novel yang berjudul sama. dengan penambahan alur cerita.
selamat membaca
kritik dan saran di tunggu ya. 😀
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Beginning Of The Adventure 3. Dragon Disaster
Cold Awkwardness and the Smell of Disaster
Setelah kekuatan luar biasa Keyz meledak di hadapan penguasa hutan, Riss menjadi lebih pendiam. Ia berjalan di depan Keyz, namun kini menjaga jarak sekitar tiga meter. Langkahnya cepat, tidak lagi santai seperti tadi, dan suasana di antara mereka terasa canggung, seolah ada batas tak terlihat yang tercipta dari ledakan kekuatan Keyz. Keyz bertanya-tanya, apakah gadis itu kini takut padanya.
“Riss?” panggil Keyz pelan.
“Ya?” jawab Riss tanpa menoleh.
“Kenapa kamu menjaga jarak dariku? Apa ada yang aneh dengan aku?” tanya Keyz hati-hati.
Riss terdiam sejenak, lalu tertawa kecil, tawa yang terdengar jelas gugup. “Hahaha… tidak kok,” ujarnya cepat. “Sepertinya kita sudah terlalu jauh memasuki hutan ini. Dan monster penjaga hutan ini juga sudah kamu kalahkan. Sebaiknya kita segera kembali.”
“Bukan aku, Riss. Tapi kita,” koreksi Keyz pelan. “Aku tidak mungkin bisa mengalahkan anjing itu sendirian.”
“Hahaha… pokoknya kita—” ucapannya terpotong.
Wajah Riss mendadak tegang. Ia menunduk sedikit, mengendus udara seperti binatang pemburu yang mencium jejak.
“Riss?” panggil Keyz lagi, bingung.
Ia membuka matanya lebar-lebar, penuh kengerian yang tiba-tiba. “Ada bau gosong!” serunya panik. “Dari arah perkemahan. Ayo cepat!”
Tanpa menunggu jawaban Keyz, Riss langsung berlari menembus pepohonan, Keyz mengikutinya di belakang, berusaha menyusul di antara akar dan ranting yang menghalangi jalan.
The Black Dragon and the Boiling Fury
Naga. Lagi-lagi naga.
Tapi kali ini berbeda—auranya jauh lebih gelap, lebih mengancam, dan lebih mematikan. Sisiknya hitam berkilau seperti batu obsidian yang baru disiram darah segar. Sayapnya merah menyala, berdenyut seperti bara hidup. Dari kepalanya menjulur dua tanduk merah menyala, sementara siku dan lututnya ditumbuhi duri tajam berwarna sama, seperti senjata alami yang memantulkan cahaya api neraka.
Perkemahan telah luluh lantak. Api menjilat tenda-tenda yang hancur, logam yang meleleh menetes seperti lilin yang habis terbakar. Udara berbau besi dan daging terbakar. Tubuh Keyz bergetar hebat—bukan karena takut, tetapi karena amarah yang mendidih entah dari mana asalnya, sebuah kemarahan purba yang ia kenali.
“Glasial Sword of Ori...”
Keyz mengucapkan mantra itu tanpa sadar. Namun Riss memotong cepat, wajahnya pucat pasi.
“Keyz! Naga identik dengan bencana! Ini sangat berbahaya!” Ia menunjuk jalan sempit di kejauhan. “Lihat jalan di ujung sana. Itu jalan menuju kota! Lari, cepat!”
Keyz menatapnya tajam. “Maksudmu aku harus kabur sendirian?”
“Keyz, ini bukan waktunya berdebat! Kamu masih pemula! Kamu masih belum—”
“Demon Glasial Sword!”
Kata-kata itu keluar begitu saja, dan udara langsung bergetar hebat. Cahaya hitam keunguan membentuk pedang panjang di tangannya, tajam, panas, dan seolah hidup. Tanpa mendengarkan Riss lagi, Keyz menerjang.
Ledakan udara terjadi setiap kali kakinya menapak tanah, meninggalkan guratan hitam di belakangnya. Dalam sekejap ia sudah berada di depan naga itu. Tebasannya mengenai kepala naga—suara logam melawan logam yang memekakkan telinga menggema, lalu makhluk itu tersungkur ke belakang.
“Bangsat!”
Suara berat, menggelegar, keluar dari mulut naga itu. Keyz terpaku.
“Kau... bisa bicara?” tanyanya.
“Kau mengerti bahasaku, manusia?” Naga itu mendesis, napasnya berapi. “Siapa namamu?”
“Namaku Keyz. Ingat baik-baik.”
Naga itu menyeringai, menunjukkan deretan taring panjang. “Nyalimu besar juga, manusia. Terima ini!”
Ekor merahnya melesat seperti cambuk neraka. Keyz menahannya dengan pedang yang diberikan Virgo—krek! pedang itu patah dua. Tubuhnya terpental keras, membentur tebing, dan runtuhan batu menimpanya.
“Keyz!! Kamu tidak apa-apa!?” teriak Riss dari kejauhan.
Debu menutupi pandangannya. Saat itu, ingatannya seakan pecah terbuka. Gua... naga pertama... Flip... Beasthlord... semuanya kembali. Bersamaan dengan itu, perasaan kehilangan yang menusuk di dada.
Ia menggenggam tanah, memaksa berdiri lagi. Naga itu menatapnya tajam, matanya menyala merah seperti bara. Serangan demi serangan dari Baf, Virgo, dan Riss hanya meninggalkan goresan kecil di sisiknya—seperti menggores batu baja dengan jarum.
“Kau berbau darah naga, Keyz.” Suaranya menggelegar, membuat tanah bergetar. “Sepertinya kau pernah membunuh salah satu dari kami.”
“Kalau iya, kenapa?”
‘Wuusss—’ Pedang di tangan Keyz menghilang, lenyap dalam cahaya hitam.
“Hahaha! Itu cuma tiruan! Sekarang mati kau!”
Tanpa aba-aba, naga itu membuka rahangnya lebar-lebar dan semburan api hitam-merah menyapu tanah. Keyz berguling ke samping, merasakan panas menyambar kulitnya.
“Keyz, jangan sembrono!” bentak Baf sambil memukul kepala Keyz.
“Aduh!”
“Pedang apa tadi!? Sihir!?” tanya Riss cepat, matanya terbelalak.
“Aku... aku tidak tahu. Tiba-tiba saja muncul...”
“Jangan bercanda!” bentak Virgo. “Itu sihir, jelas-jelas sihir! Cepat gunakan lagi dan serang naga itu!”
“Aku tidak ingat apa-apa!” Keyz berbohong—tidak sepenuhnya, tapi cukup. Ia tahu bagaimana memanggil pedang itu, tetapi sesuatu dalam dirinya menolak melakukannya secara penuh.
Namun naga itu tak memberi waktu. Ekor besarnya menyapu udara—tanah terbelah, tubuh mereka semua terpental. Riss hampir jatuh ke jurang, Baf menghantam batu, Virgo menimpa Baf dengan keras.
Keyz sendiri hanya tergeser beberapa langkah ke belakang.
“Kau kuat, Keyz. Hebat. Tak banyak manusia bisa menandingi naga seperti kami.” Suara berat itu bergema di antara reruntuhan. “Namaku Dragon Disaster. Begitu manusia memanggilku. Ingatlah baik-baik. Aku akan undur diri sekarang. Aku sudah cukup bersenang-senang. Sampai jumpa lagi, manusia.”
Dengan kibasan sayap raksasa, badai debu dan bara menyelimuti lembah. Naga itu terbang menuju gunung di seberang, meninggalkan tawa keras yang menggema di langit kelam.
“Aduh... dududu...” Baf mengerang sambil memegangi punggungnya.
“Naga itu kabur!” teriak Riss.
“Kamu hebat sekali, Keyz!” seru Virgo.
Keyz hanya menunduk, menatap tanah yang retak. “Tidak... aku tidak melakukan apa-apa. Tiba-tiba saja dia pergi.”
Itu bohong, tentu saja. Hanya Keyz yang mengerti ucapan naga itu. Dan apa-apaan ucapannya tadi?
Hope at the End of Twilight
Mereka membereskan sisa-sisa tenda yang hangus dan puing-puing perkemahan yang berserakan di tanah. Bau asap dan abu masih terasa pekat di udara, bercampur dengan sisa hawa panas dari pertempuran tadi. Tiap langkah menimbulkan suara gesekan, dan tiap tarikan napas mengingatkannya pada kengerian yang baru saja terjadi.
Setelah semua cukup bersih, sekuat tenaga mereka membersihkan tempat perkemahan itu, mereka meninggalkan tempat itu dalam diam. Langkah mereka menuju jalan setapak yang menurun, mengarah ke lembah di bawah—ke arah kota yang terlihat samar di kejauhan, diselimuti kabut tipis senja.
Untuk pertama kalinya sejak lama, hati Keyz berdegup dengan harapan yang membara. Akhirnya... setelah semua perjalanan yang ia lalui, ia akhirnya menemukan koloni manusia yang masih bertahan dari bencana besar itu.
Angin sore menyapu wajahnya, begitu sejuk dan menenangkan.
Dengan ini, ia bisa meminta pertolongan.
Ia bisa menyelamatkan mereka—para budak yang masih tertinggal di dunia lama.