Ketika Li Yun terbangun, ia mendapati dirinya berada di dunia kultivator timur — dunia penuh dewa, iblis, dan kekuatan tak terbayangkan.
Sayangnya, tidak seperti para tokoh transmigrasi lain, ia tidak memiliki sistem, tidak bisa berkultivasi, dan tidak punya akar spiritual.
Di dunia yang memuja kekuatan, ia hanyalah sampah tanpa masa depan.
Namun tanpa ia sadari, setiap langkah kecilnya, setiap goresan kuas, dan setiap masakannya…
menggetarkan langit, menundukkan para dewa, dan mengguncang seluruh alam semesta.
Dia berpikir dirinya lemah—
padahal seluruh dunia bergetar hanya karena napasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 – Ikan Bakar yang Menciptakan Keajaiban
Api unggun di tepi danau masih menyala lembut, membingkai suasana malam dengan cahaya oranye yang hangat. Udara sejuk meniup lembut dedaunan, memantulkan pantulan air yang berkilau di permukaan danau. Aroma ikan bakar perlahan memenuhi udara.
Li Yun duduk bersila dengan santai sambil mengipasi ikan bakar terakhirnya. Sementara Mu Qinglan duduk kaku di seberang, berjarak beberapa langkah, menatap tanah dengan wajah yang masih dipenuhi rasa hormat campur gugup.
Keheningan itu… terlalu tegang untuk sekadar makan malam biasa.
Li Yun menoleh, menatap wanita di depannya. “Nona Mu,” katanya akhirnya, dengan nada ringan, “kau belum makan, bukan?”
Mu Qinglan tersentak, seperti seseorang yang baru saja dipanggil oleh dewa. “Eh! A—aku… tidak apa-apa, Senior Li! Saya… tidak berani menerima.”
Li Yun menaikkan alis.
“Tidak berani menerima?” gumamnya dalam hati. “Hanya ikan bakar, bukan kontrak jiwa.”
Ia menatap ikan bakarnya dengan pandangan sedikit sedih. “Ya sudahlah… mana mungkin kultivator seperti dia mau makan makanan sederhana seperti ini.”
Dalam hatinya, ia mendesah pelan. “Aku lupa… mereka semua sudah terbiasa dengan pil energi, bukan makanan sungguhan.”
Namun di sisi lain, Mu Qinglan menatap wajah Li Yun yang tiba-tiba redup — dan jantungnya langsung berdegup kencang.
Dia… kecewa!?
Pikiran Mu Qinglan langsung kacau balau. Bodoh! Dasar Mu Qinglan bodoh! Kau baru saja menolak pemberian dari seorang senior misterius! Apa kau ingin sektemu musnah esok pagi!?
Keringat dingin menetes di pelipisnya. Ia teringat wejangan gurunya dulu:
“Berhati-hatilah dengan air yang tenang. Kau tidak tahu seberapa dalam dasarnya.”
Dan saat ini, wajah tenang Li Yun di depan api unggun tampak… terlalu tenang.
Mu Qinglan langsung membungkuk, suaranya gemetar, “S—Senior Li, jika Anda tidak keberatan… bolehkah junior ini mencicipi ikan bakar itu?”
Li Yun menatapnya dengan ekspresi datar.
“Tadi katanya tidak usah,” katanya datar.
Ia melirik ikan di tangannya. “Dan… kau juga bilang ini tidak layak, kan? Yah, aku bisa mengerti kok. Tidak usah dipaksakan.”
Mu Qinglan nyaris menangis di tempat. Sial! Senior Li benar-benar marah! Apa yang harus kulakukan!? Kalau dia benar-benar dewa tersembunyi, aku bisa menyeret seluruh sekte ke kehancuran!
Sementara Li Yun diam beberapa detik, menatap wajah wanita di depannya yang tiba-tiba pucat dan bergetar seperti daun diterpa angin.
“Eh…” gumam Li Yun akhirnya, “tapi kalau kau benar-benar lapar, nih ku kasih.”
Ia mengulurkan ikan bakar itu dengan senyum ringan.
Sekejap saja, Mu Qinglan langsung berlutut dan menerima ikan itu dengan dua tangan penuh hormat. “Terima kasih, Senior Li!” katanya terbata. Matanya seperti hendak berkaca-kaca.
Li Yun hanya bisa menggeleng pelan.
“Dasar wanita aneh,” katanya dalam hati. “Padahal cuma ikan.”
Mu Qinglan menatap ikan bakar di tangannya. Asapnya masih mengepul lembut, aroma gurihnya menusuk hidung. Ia bisa merasakan kehangatan dari setiap daging yang terpanggang sempurna.
“Sebenarnya aku tidak perlu makan…” bisiknya dalam hati. “Tubuh kultivatorku bisa bertahan berbulan-bulan tanpa makanan atau air. Tapi… demi menghormati Senior Li…”
Ia menelan ludah, lalu perlahan menggigit satu suapan kecil.
Dan seketika—
BOOM!
Ledakan Qi terjadi di dalam tubuhnya.
Matanya langsung terbelalak. Aura spiritual yang begitu padat meledak dari dalam dantiannya. Cahaya putih keemasan menyelimuti tubuhnya, membentuk pusaran energi yang berputar cepat.
“Eeh?” Li Yun menatapnya bingung. “Apa yang terjadi padanya?”
Mu Qinglan seketika terhuyung, menggigit bibir menahan gelombang energi yang seolah memaksa tubuhnya menerobos batas.
Ini… ini energi murni! Energi spiritual tingkat tinggi! Tidak, lebih dari itu! Qi-nya… seperti Dao!
Tubuhnya bergetar hebat.
Aura menyembur dari punggungnya, membuat daun di sekitar bergetar, dan air danau bergolak.
Namun Mu Qinglan tidak bisa mendengar apa pun. Seluruh pikirannya hanya fokus menahan gelombang energi yang bergejolak. Ia menyilangkan jari, menyusun formasi, menstabilkan inti spiritualnya.
Senior Li… memberikan kesempatan padaku!
Ini ujian! Aku tidak boleh gagal!
Dari luar, pemandangan itu luar biasa. Cahaya emas memancar dari tubuhnya, rambutnya berkibar, dan aura pedang tampak menari di sekelilingnya. Ia seperti dewi perang yang turun dari langit.
Namun dari sudut pandang Li Yun…
“Kenapa wajahnya merah?”
“Kenapa dia mengeluarkan suara desah aneh begitu?”
“Dan… kenapa dia berkeringat begitu banyak? Apa ikan bakarku kepedasan?”
Li Yun menoleh ke ikan bakar yang masih tersisa satu. “Padahal gak pakai cabai…” gumamnya bingung.
Ia cepat-cepat memalingkan wajah, menatap ke arah lain dengan muka memerah. “Astaga… apakah semua wanita kultivator seperti ini? Ini menguji iman pria normal seperti aku.”
Sementara di belakangnya, Mu Qinglan mengerang pelan, menahan arus Qi yang seperti banjir menerobos tubuhnya.
Energinya naik tanpa kendali. Dalam sekejap, ia melewati batas Golden Core menuju Nascent Soul Realm, tahap yang bahkan banyak master belum capai.
Tidak mungkin… bagaimana mungkin hanya dari satu gigitan ikan aku bisa—
Tubuhnya terangkat beberapa senti dari tanah. Aura Dao yang samar memancar, membentuk lingkaran cahaya di sekitar danau.
Beberapa detik kemudian, cahaya itu perlahan mereda. Mu Qinglan terengah-engah, lalu berlutut kembali dengan napas memburu.
Li Yun buru-buru menghampiri. “Hei, kau tidak apa-apa? Kalau lidahmu terbakar, aku punya air.”
Namun Mu Qinglan justru menunduk dalam-dalam, air mata berlinang di ujung matanya.
“Junior Mu Qinglan berterima kasih atas kesempatan yang diberikan Senior Li!” katanya dengan suara bergetar penuh hormat.
Li Yun terdiam, menatapnya seperti orang yang baru saja mendengar hal paling absurd di dunia.
“Kesempatan…?” Ia mengedip. “Apa maksudmu?”
Mu Qinglan mengangguk sungguh-sungguh. “Makanan sederhana yang Anda berikan telah membantu junior ini melewati masa sulitnya, junior ini berterima kasih atas makanan yang anda berikan dengan murah hati."
Li Yun hanya menatapnya selama beberapa detik tanpa kata.
Lalu perlahan menghela napas panjang.
“…Oke, ini makin gila,” gumamnya.
Dalam hati, ia berpikir: Wanita ini benar-benar rusak otaknya.
Ia menatap ikan bakar terakhir di tangannya. “Apakah ada yang aneh dari ikan bakar ini?
Ia menggigit sedikit, mengunyah pelan. “Hmm, rasanya sama aja sih…”
Mu Qinglan yang masih berlutut menatap penuh kagum.
Setiap gerakan Li Yun baginya tampak seperti mengandung makna tersembunyi — bahkan cara Li Yun meniup ikan tampak seperti teknik rahasia tingkat tinggi di matanya.
Senior Li benar-benar luar biasa… bahkan setelah memberi kesempatan padaku, dia tetap rendah hati seolah tak terjadi apa-apa…
Sementara di sisi lain, Li Yun hanya menatap langit dengan tatapan kosong.
“Dunia ini makin aneh. Aku cuma mau makan tenang, tapi setiap hari ada orang yang melotot, nangis, atau teriak di depanku.”
