NovelToon NovelToon
Bayi Kembar Sang Kapten Dirga

Bayi Kembar Sang Kapten Dirga

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Ibu susu / Ayah Darurat
Popularitas:33.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Sepuluh bulan lalu, Anna dijebak suaminya sendiri demi ambisi untuk perempuan lain. Tanpa sadar, ia dilemparkan ke kamar seorang pria asing, Kapten Dirga Lakshmana, komandan muda yang terkenal dingin dan mematikan. Aroma memabukkan yang disebarkan Dimas menggiring takdir gelap, malam itu, Anna yang tak sadarkan diri digagahi oleh pria yang bahkan tak pernah mengetahui siapa dirinya.

Pagi harinya, Dirga pergi tanpa jejak.
Sepuluh bulan kemudian, Anna melahirkan dan kehilangan segalanya.

Dimas dan selingkuhannya membuang dua bayi kembar yang baru lahir itu ke sebuah panti, lalu membohongi Anna bahwa bayinya meninggal. Hancur dan sendirian, Anna berusaha bangkit tanpa tahu bahwa anak-anaknya masih hidup. Dimas menceraikan Anna, lalu menikahi selingkuhan. Anna yang merasa dikhianati pergi meninggalkan Dimas, namun takdir mempertemukannya dengan Kapten Dirga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. ulang tahun mereka akan tiba apa kamu akan kembali?

Dua bulan sejak pertemuan terakhir Anna dengan Asmiranda, wanita bermahkota kesombongan yang mengaku sebagai tunangan Kapten Dirga, waktu terasa berjalan seperti badai yang tak pernah berhenti.

Asmiranda berjanji akan membawa Kapten Dirga langsung menghadap Anna. Janji itu tak pernah datang. Tidak ada kabar, dan tidak ada langkah kaki laki-laki itu. Tidak ada suara pintu yang Anna tunggu setiap malam. Yang datang justru serangkaian ancaman.

Malam-malam di rumah dinas sering dipenuhi suara aneh, ketukan pelan di jendela belakang, bayangan samar yang sengaja bergerak di batas pagar, bahkan surat tanpa nama yang dilempar ke teras berisi peringatan agar Anna tidak menempati sesuatu yang bukan haknya.

Namun, para pengawal yang dulu diutus langsung oleh Kapten Dirga sebelum dirinya dinyatakan hilang, terus melakukan tugas mereka. Merekalah yang membuat Anna bertahan, yang berdiri walaupun takut, yang memukul mundur para penyerang.

Karena itu, pelan-pelan, Anna berubah. Dari seorang ibu muda yang ketakutan, menjadi perempuan yang mulai belajar tidak gentar.

Rumah dinas pagi itu terasa hangat. Dua bayi kembar itu berlarian kecil dengan langkah masih goyah. Almira memegang sudut meja, tertawa renyah, sementara Alvaro menyeret boneka kecil pemberian Kapten Dirga dulu, seolah benda itu satu-satunya penghubung mereka dengan sang ayah. Anna tersenyum, namun ada semburat kesedihan di balik mata lelahnya.

Besok adalah hari ulang tahun pertama anak-anaknya. Seharusnya hari yang paling membahagiakan. Tapi sejak hilangnya Kapten Dirga, selalu ada ruang kosong di setiap perayaan yang belum sempat dimulai.

Saat Anna sedang menyiapkan sarapan kecil untuk kedua anaknya, suara mobil berhenti di depan rumah dinas. Langkah sepatu berderap mendekati pintu. Anna segera mengangkat Almira, bersiap jika tamunya bukan orang baik.

Pintu diketuk, ketukan penuh sopan, namun mantap. Anna membuka, sosok yang sangat ia kenali berdiri di sana, Bu Ratna. Wajah lembut, sedikit lelah, namun selalu memancarkan ketenangan seorang ibu yang mengasihi.

“Anna…” Bu Ratna tersenyum hangat. “Ini untuk Almira dan Alvaro.”

Ia mengangkat dua kotak kecil dengan pita biru dan merah muda.

Anna hampir menangis.

“K—kenapa Ibu jauh-jauh ke sini? Saya benar-benar senang Ibu datang…”

Bu Ratna masuk, langsung menyapa kedua anak kesayangan Dirga yang baginya seperti cucu sendiri. Almira langsung meraih rok Bu Ratna, sementara Alvaro mengangkat tangannya meminta digendong.

Bu Ratna menggendongnya dengan hati-hati.

“Kalian sudah besar … sudah setahun, ya? Papa kalian pasti bangga kalau melihatnya.”

Anna menunduk. Kata papa mengingatkannya pada sosok Kapten Dirga. Semua rasa rindunya seperti ditarik ke permukaan. Setelah beberapa menit bermain dengan si kembar, Bu Ratna duduk di ruang tamu. Nada suaranya mulai lebih serius.

“Anna, besok ulang tahun Almira dan Alvaro … apakah kamu ingin merayakannya? Tidak harus mewah, yang penting doa dan kebahagiaan kalian.”

Anna menggigit bibirnya.

“Entahlah, Bu. Saya takut … bagaimana kalau nanti seseorang datang lagi mengacau?”

Bu Ratna menatapnya dalam-dalam.

“Dengar, Nak. Kamu sudah jauh lebih kuat dari dulu. Semua yang terjadi dua bulan terakhir membuktikan itu. Dan Dirga … Dirga pasti ingin kamu merayakannya. Dia ingin kamu hidup. Dia ingin anak-anaknya punya hari bahagia, bukan hanya hari penuh ketakutan.”

Anna merasa dadanya sesak.

“Saya … saya masih yakin dia hidup, Bu.”

Bu Ratna tersenyum getir.

“Ada banyak hal yang tidak bisa kita lihat … tapi bisa kita rasakan.”

Ia menepuk tangan Anna lembut.

“Kalau hatimu masih berkata ia hidup, maka pertahankan harapan itu. Tapi jangan berhenti membangun hidupmu.”

Anna menunduk, memeluk Almira dan Alvaro yang kini duduk di pangkuannya. Bu Ratna meletakkan hadiah itu di meja.

“Ibu ingin kamu rayakan ulang tahun mereka. Tidak perlu besar, Ibu akan bantu.”

Dari luar terdengar suara mobil patroli pengawal yang masih menjaga rumah itu. Anna menatap ke arah jendela sekilas merasa sedikit aman. Namun jauh di sudut hatinya, firasat berbeda bergema. Seperti ada sesuatu atau seseorang yang akan datang.

Keesokan paginya.

Halaman kecil itu dihiasi balon biru dan merah muda sederhana. Di meja makan, kue ulang tahun kecil bertema awan putih sudah siap, kue yang dibeli Anna dengan tabungannya yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit.

Letnan Anjas datang paling awal, membawa sebuah kotak besar yang dibalut kertas hadiah berwarna biru laut. Wajahnya yang biasanya tegas tampak lebih hangat hari itu.

“Selamat ulang tahun, Nak Almira … Nak Alvaro,” ucapnya sambil menepuk lembut kepala dua bayi kembar itu.

Tak lama, Serka Bayu, Serka Rendi, dan Serka Tama datang bersama istri masing-masing. Mereka membawa hadiah dan makanan yang mereka masak dari rumah.

Istri-istri mereka dengan suka rela membantu menata meja dan menggendong Almira maupun Alvaro bergantian. Anna berdiri di tengah mereka, tampak terharu. Begitu banyak orang yang peduli pada dua anak kecil ini pada dirinya.

Anjas menatap Anna lama, seolah memastikan ia baik-baik saja.

“Kamu tidak sendirian, Bu Anna,” katanya pelan.

Anna mengangguk, menahan air mata.

“T-terima kasih, Letnan…”

Acara dimulai dengan doa kecil, semua berdiri mengelilingi meja kue. Almira berdiri sambil memegang meja, sementara Alvaro digendong oleh Serka Rendi karena bocah itu tidak mau lepas dari mainan barunya.

“Baik, sekarang tiup lilinnya ya…” ucap salah satu istri Serka.

Lilin menyala lembut, Almira menepuk tangan, tertawa. Alvaro menunjuk lilin sambil bersuara ceria. Dan tepat ketika lilin hendak ditiup bersama, kedua anak itu mengucapkan kata yang membuat semua orang terdiam.

“Pa … pa…”

“Papa…”

“Papa…”

Anna tersentak, Letnan Anjas menurunkan tangannya perlahan. Para Serka saling menatap, wajah mereka berubah bimbang. Suasana yang tadinya penuh tawa, mendadak seperti membeku sejenak. Almira terus menatap pintu, seolah menunggu seseorang masuk. Alvaro menepuk meja sambil kembali berkata,

“Papa … papa…”

Tangis Anna hampir pecah, dia mengangkat kedua anaknya, memeluk mereka erat-erat. Suara Anna bergetar ketika ia berbicara, tapi ia tetap tersenyum karena tidak ingin ulang tahun mereka berubah menjadi hari kesedihan.

“Papa akan kembali … papa pasti kembali…” ucap Anna sambil membelai rambut keduanya.

Letnan Anjas menunduk, ada sesuatu yang ditahannya. Para Serka terlihat sesak. Mereka semua tahu, hari itu adalah tepat satu tahun sejak Dirga berjanji akan segera pulang dari tugas terakhirnya.

Anna memaksakan senyum, meski air matanya tampak jelas. Ia menghapus matanya cepat-cepat dan berkata,

“Ayo tiup lilinnya. Papa kalian pasti senang kalau lihat kalian bahagia.”

Dengan bantuan Letnan Anjas, lilin ditiup oleh Almira dan Alvaro. Tepuk tangan kembali terdengar, meski tidak seceria tadi. Ada haru, ada kehilangan, ada doa diam-diam yang dipanjatkan setiap orang agar apa yang diyakini Anna bahwa Kapten Dirga masih hidup benar-benar terjadi.

Setelah semua tamu pulang sore itu, rumah kembali sepi, hanya tertinggal balon yang menggantung dan sisa tawa anak-anak. Anna duduk di ruang tamu, menggendong kedua anaknya yang sudah mulai mengantuk.

Ia menatap hadiah-hadiah di meja, dan salah satu kotak kecil yang diberikan Letnan Anjas, kotak yang ia sama sekali belum buka. Perasaan aneh merayap di dada Anna.

Seolah ulang tahun ini adalah awal sesuatu yang lebih besar. Saat ia hendak berdiri untuk menidurkan kedua anaknya, terdengar suara mobil berhenti di depan.

Bukan mobil pengawal, bukan pula mobil Letnan Anjas atau para Serka. Suara pintunya berbeda. Langkah kakinya juga berbeda lebih berat lebih mantap lebih familiar.

Almira dan Alvaro membuka mata mereka, menatap pintu depan dengan antusias.

“Papa…” bisik Alvaro setengah mengantuk.

Tok. Tok.

Sama seperti ketukan Kapten Dirga setiap kali pulang. Jantung Anna serasa berhenti. Anna membuka pintu, dua kotak hadiah kecil.

Satu berwarna biru tua, satu lagi pink lembut. Keduanya dihias pita tipis seperti seseorang meletakkannya dengan hati-hati dan sengaja tidak ingin terlihat.

Anna berdiri mematung.

“Siapa … yang menaruh ini?” bisiknya lirih.

Hatinya sempat menolak. Ada bagian dalam dirinya yang takut berharap. Namun naluri seorang ibu dan sesuatu yang lebih dalam lagi, naluri Anna sebagai wanita yang masih percaya Kapten Dirga hidup mendorongnya mengambil kedua kotak tersebut.

Ia menutup pintu perlahan dan membawa kotak itu ke kamar anak-anak, di mana Almira dan Alvaro sudah terlelap setelah hari panjang mereka.

Lampu kamar redup, aroma bedak bayi mengisi udara. Anna duduk di samping ranjang kecil Si Kembar, membuka kotak pertama dengan tangan gemetar.

Dan saat tutup kotak terangkat, kotak itu jatuh dari genggamannya. Anna menutup mulut, napasnya tercekat. Di dalamnya ada, sepucuk surat. Ditulis dengan tulisan tangan yang tidak mungkin ia salah kenali. Anna melihat dua kalung kembar di sana.

Tubuhnya hampir rubuh, Anna berpegangan pada tepi ranjang.

“A-apa…?” suaranya pecah. “K … Kapten… Dirga…?”

Ia meraih surat itu dengan tangan bergetar, membuka setengah, namun dadanya sangat sesak hingga ia tak sanggup melanjutkan. Rasa rindu yang terpendam selama berbulan-bulan meledak seketika. Tanpa pikir panjang, Anna berdiri, hampir terjatuh saat berlari keluar kamar.

Anna menerobos pintu depan dan berlari ke halaman.

“Kapten Dirga!” Suara Anna menggema di ruang kosong.

“Kapten! Kapten, saya tahu Anda di sini! Kapten!” Angin sore membawa suaranya pergi, tapi tidak ada jawaban.

Hanya suara dedaunan di halaman rumah dinas yang bergerak pelan. Beberapa pengawal sedang bersiap di barak kecil mereka, sebagian masuk untuk berganti pakaian. Mereka terkejut saat melihat Anna berlari tanpa alas kaki.

“Bu Anna? Ada apa?”

Anna menggeleng sambil berlari lebih jauh ke halaman depan.

“Kapten! Kapten Dirga! Kapten … tolong … muncul … saya mohon…”

Namun tidak ada langkah kaki, tidak ada bayangan tubuh tegap itu. Tidak ada suara khas yang selalu memanggil Anna dengan tenang. Air mata sudah jatuh di pipinya tanpa ia sadari.

Ia memegang dua kalung itu erat-erat, seperti memegang bukti hidup dari seseorang yang seharusnya sudah meninggal.

“Kapten … di mana kamu?” Anna berlutut di tanah, bahunya bergetar.

Di saat semua orang sibuk, dan Anna berada di kejauhan dari halaman rumahnya, suara mobil berhenti mendadak tepat di depan gerbang rumah dinas.

Anna segera bangkit, penuh harapan.

“Kap—”

Namun suara itu belum selesai ketika pintu mobil terbuka kasar. Dua pria berjaket hitam keluar dengan cepat, wajah tertutup masker. Gerakan mereka presisi, seperti terlatih.

Anna mundur panik.

“T-tunggu … siapa...” Pria pertama mencengkeram lengan Anna. Pria kedua menutup mulutnya dengan kain tebal berbau menyengat. Anna menjerit, tapi terdengar hanya sebagai dengusan tertahan.

Kalung di tangannya jatuh ke tanah. Anak-anaknya di dalam rumah tidak menyadari apa pun.

“Diam,” bisik salah satu pria dengan suara dalam.

“Kalau kau berteriak, anak-anakmu yang jadi taruhannya.”

Anna meronta, memukul, tapi mereka terlalu kuat. Dalam hitungan detik ia diseret masuk ke dalam mobil.Pintu ditutup keras, dan mobil melaju kencang meninggalkan halaman, meninggalkan dua kalung kecil yang terserak di tanah, berkilau di bawah cahaya lampu rumah dinas.

"Bu Anna!" teriak Letnan Anjas saat kembali ke kediaman itu, Letnan Anjas langsung berteriak ke arah barak dan memberitahu dua orang membawa Anna pergi.

1
Dew666
🍡🍡🍡🍡
sri hastuti
horeee akhirnya ,hancur para pengkhianat itu, bagusss thor.
ayo basmi habis semuanya , biar kapten dirga dan anna bahagia
aamirandah ksh balasan yg setimpal dan berat 🙏💪
Lisa
Puji Tuhan misi penyelamatan Anna berjln dgn lancar..good job Dirga basmi smua keluarga Asmir..moga Anna segera pulih kembali pada kedua anaknya
iqha_24
menegangkan ceritanya 👍
Rohmi Yatun
haduuhh deg2an banget ni.. lanjut tboor🙏
Nar Sih
pertempuran sgra di mulai ,👍kapten sgra selamatkan anna
iqha_24
apakah nanti ada flashbacknya kk author knp keluarga Asmir segitu bencinya dengan keluarga Kapt Dirga
iqha_24: Ok kk Author makasih
total 2 replies
Lisa
Syukurlah Mayor Kevin dtg tepat waktu..ayo basmi Asmi & komplotannya itu..Dirga cpt selamatkan Anna..
Dew666
❤️‍🩹⭐️
sri hastuti
bagus kapten dirga ,ayo lawan mereka ,pengkhianat semua ,gulung komplotan mereka , ayo kalian ana sm kapten hrs bahagia ,saatnya menang atas kejahatan
kejahatan jangan dibiarkan terlalu lama thor , 🙏🙏🙏
Amel_
yeeesss akhirnya mayor Kevin sdh tiba , saatnya kehancuran kalian , lanjut lagi kak
Hikaru Natsumi Rei
kak author sehari up nya cuma sekali kah??
tiap jam berapa ya kak??
cerita nya aku suka banget🥰🥰🙏
Hikaru Natsumi Rei
cerita nya sangat menarik 💜💜💜
berharap update nya jangan lama2 🤭🙏💕
Hikaru Natsumi Rei: 🤭 oke kakak,, tetap semangat,, jaga kesehatan juga ya💪
total 2 replies
Lisa
Ayo Kak Author percepat langkah Mayor Kevin utk menghancurkan keluarga Asmir itu..segera bebaskan Anna..
iqha_24
sadis amat Asmirandah, tunggu pembalasan harus lebih sadis lg dong kk Author
Nar Sih
asmirandah bnr,,perempuan iblis ,ayo dirga cpt selamat kan anna ,kasihan sakit semua kasihan juga sikembar
sri hastuti
ayolah thor cpt dibongkar kejahatan para pengkianat, kasihan si kembar ,tumpas semua para pengkhianat itu, biar dirga sm anna bahagia dengn bayi2 nya 🙏🙏🙏
Nar Sih
tetap waspada dirga ,musuh mu sangat berbahaya ,semoga rencana mu berhasil
iqha_24
hmm tarik napas bacanya
Wulan Sari
semoga kapten Dirga berhasil dengan misinya yaaa kasihan Anna dan anak2nya, tolong Thor di buat bahagia nt akhirnya trimakasih Thor 👍 semangat 💪 salam 🙏
Wulan Sari: iya betul kasihan
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!