NovelToon NovelToon
Sistem Menjadi Miliarder

Sistem Menjadi Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Action / Romantis / Sistem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.

Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.

Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.

Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.

Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.

Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.

Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 - Bank

[Ding!]

[Misi Lanjutan Berhasil Diselesaikan!]

[Detail : Hindarkan Aurelia Dari Makanan Beracun yang Dibawakan Pelayan]

[Reward : ???]

[Kegagalan : Host Kehilangan Aurelia]

[Ding!]

[Reward Diberikan!]

[Ding!]

[Selamat Host Mendapatkan +2 Stat Intelligence]

Seketika itu juga, kepala Rian terasa… plong.

Seperti ada tirai tipis yang ditarik dari otaknya pikiran jadi lebih jernih, fokusnya meningkat, dan ia tiba-tiba bisa mengestimasi ukuran kamar cuma dengan satu lirikan.

“Eh… kok aku tahu kalau kamar ini luasnya sekitar… 144 meter persegi?” gumamnya pelan.

Ia mengerutkan dahi.

“Apakah ini efek dari… intelligence naik dua poin?”

“Gila… sih efeknya.”

Rian menggosok pelipis nya yang terasa jernih, seolah kabut di otaknya baru saja tertiup angin.

[Ding!]

[Host Kini Mencapai Level 2, Menu Stat Telah Terbuka]

[Mulai Sekarang, Reward akan berisi 25% Stat Acak & 75% Uang]

Rian berkedip dua kali.

“…oh. Oke. Ini keren juga, karena uangku udah terlalu banyak diberikan aurelia.”

Rian mengedip dua kali, refleks.

“…oh. Oke. Ini keren juga, karena uangku udah terlalu banyak diberikan Aurelia.”

Ia menatap telapak tangannya, meremas ringan. Ada sensasi… Sedikit enteng? tetapi efeknya tak terlalu jauh seperti Intelligence barusan.

Mungkin efek menu stat dibuka.

“Kalau bisa sih stat Strength, biar bisa melindungi keluarga ku juga sih,” gumamnya lirih.

Seolah sistem benar-benar nguping ucapan nya ini, panel biru kembali membelah ruang di hadapan nya.

[Ding!]

[Memperoleh Misi Baru!]

[Detail : Akan Terjadi Perampokan di sebuah Bank dalam waktu 1 jam. Selamatkan sandera, gadis bernama Vania yang akan mati di tangan perampok.]

[Reward : +2 Stat Strength & Uang sebesar 20% dari total kekayaan Host saat ini]

[Kegagalan : 70% Uang Host Hilang & Misi keberlanjutan terkait Vania akan tertutup permanen]

Rian langsung berdiri tegak.

“Gila! Langsung dua stat Strength? Dan 20% kekayaanku sekarang berarti… 100 juta lebih!” Nafasnya memburu, matanya membesar.

“Walaupun kalau gagal… uangku ilang tujuh puluh persen itu adalah hal sepadan!…”

Tapi kemudian rahangnya mengeras.

“Ini nyawa orang walaupun tanpa resiko kegagalan, Ia harus diselamatkan!

" Kalau aku bisa cegah cewek itu mati, ya akan aku lakukan! Aku gak mau gadis bernama Vania berakhir begitu saja!”

Ia bersiap bangkit, namun suara lembut napas Aurelia mengagetkan nya. Rian menoleh.

Di pangkuan nya, Aurelia sudah terlelap.

Rambutnya sedikit berantakan, napasnya tenang. Setelah semua kejadian barusan, wajar dia tumbang begitu saja.

Rian perlahan mengangkat sedikit bahu Aurelia ke posisi lebih nyaman. Gadis itu menggeliat kecil, tapi tak bangun.

“Maaf ya, aku tinggal begitu saja…” bisiknya sambil menyelimuti Aurelia hingga bahu nya tertutup rapi dengan selimut.

Dup… dup…

Seiring dengan langkah kakinya, detak jantungnya kini semakin cepat. Bukan karena panik tapi karena adrenalinnya mulai bekerja.

Ia membuka pintu kamar pelan, langkah nya ringan tapi fokus.

Begitu keluar, ia melihat ayah dan ibu Aurelia sedang duduk di ruang tamu, sedikit tampak lelah, mungkin setelah interogasi dengan pelayan yang tadi.

“Oh… Nak Rian,” sapa ibunya Aurelia, terkejut kecil. “Ada apa? Aurelia mana?”

“Ah, saya mau pulang, Tante,” jawab Rian sambil menahan nada gugupnya agar tidak ketahuan.

“Aurelia udah tidur di kamar. Saya… mau pulang dulu, jemput adik saya di sekolah.”

Padahal, adiknya baru pulang tiga jam lagi.

Tapi ia tidak bisa bilang ‘Saya mau selamatkan orang dari perampokan dalam satu jam lagi’. Nanti dikira tidak waras.

“Oke jangan buru-buru ya, Nak. Hati-hati di jalan,” kata Ibu Aurelia.

Rian menunduk sopan, menyembunyikan niat sebenarnya.

“Siap, Tante. Terima kasih.”

Begitu pintu rumah tertutup di belakangnya, wajah Rian berubah total, hilang sudah ekspresi ramah dan santun di depan orang tua Aurelia.

Yang tersisa hanya lah sorot mata tajam dan determinasi seperti pemburu hutan yang baru saja mengunci target.

Udara terik, terasa dingin ketika ia melangkah menuruni anak tangga.

Di depan matanya, panel sistem terbuka lagi, memancarkan cahaya kebiruan yang memantul di wajahnya.

[Waktu tersisa: 58 menit]

[Target: Bank Swasta XXXX]

[Tujuan: Menjaga Sandra Vania tetap hidup.]

[Ding!]

[Bar Nama akan ditampilkan Khusus misi saat ini]

[Bar ⁠emosional ♡ akan di nonaktifkan sementara]

Rian mengangkat alisnya sedikit.

“Nice… jadi makin gampang nyari orang nya,” gumam nya, suara rendah dan puas.

Terlihat motor lama Rian kini terparkir di halaman luas itu, mungkin dibawa oleh anak buah Aurelia ke rumah nya.

Ia melangkah ke motor itu, memegang stang, dan…

[Ding!]

Bar navigasi otomatis muncul di udara, seperti GPS holografis.

[Navigasi Aktif » Bank Swasta XXXX]

[Estimasi waktu dengan motor: 17 menit]

[Waktu tersisa misi: 55 menit]

“Nice,” gumam Rian, menancapkan kunci ke motor tuanya.

“Brrm…”

Suara mesin tua itu menyala, serak, berat, tapi cukup untuk bikin dada Rian ikut bergetar.

Ia menarik gas perlahan… lalu motor itu melesat stabil seperti hal biasa nya.

Beberapa menit kemudian…

Rian memelankan motor.

Bangunan putih besar mulai tampak di depan.

Gedung Bank Swasta BXX cabang Kota Zuana berdiri tiga lantai, kaca depannya memantulkan cahaya lampu jalan.

Ada banner besar menempel,

BANK BXX CABANG KOTA ZUANA

Tulisan nya tebal, rapi, profesional, pewarnaan banner kontras dengan gedung berwarna putih.

Rian menarik napas panjang.

Panel biru transparan itu memudar perlahan begitu Rian mematikan mesin motor di depan gedung.

[Ding!]

[Telah Sampai]

Ia menurunkan standar motor dan baru saja hendak turun suara familiar menyambutnya.

“Selamat datang, pak. Silakan parkir…”

Tukang parkir berseragam dinas kementerian parkir muncul, mengangkat tangan memberi arahan seperti biasa.

"Maju.. Maju.. Pak.."

Rian mengangguk kecil dan mengikuti arahan nya.

“Siap, pak.”

Tukang parkir itu menyodorkan selembar karcis kecil warna biru muda.

“Ini karcis parkirnya, ya, pak. Jangan sampai hilang.

Kalo karcis hilang, kehilangan motor atau helm bukan tanggung jawab kami lagi.”

Rian memasukkan karcis ke saku, menepuknya dua kali buat memastikan.

Ia tersenyum kecil pada tukang parkir itu.

“…iya, pak. Paham banget.”

Setelah itu, ia berjalan masuk melewati pintu otomatis bank.

AC langsung nyamber dingin, suara mesin antrean bunyi tiiit, pegawai sibuk, nasabah mondar-mandir semuanya kelihatan normal.

Kecuali satu hal :

Panel biru tipis di mata Rian memunculkan tulisan kecil tepat di atas kepala tiap orang.

Rian mengerjap sekali.

Beberapa orang lewat, tapi nama-nama itu langsung muncul.

[Nama : Joko]

Setiap kali seseorang melintas, tulisan di atas kepalanya mengambang sebentar lalu memudar lagi.

[Nama : Zuni]

Ia mengambil satu kursi kosong di area tunggu, duduk bersandar santai seolah cuma nasabah Bank untuk menabung.

Padahal dari tempat duduknya, kepalanya bergerak pelan.

Mata kanan geser dikit…

[Nama : Xian]

Panel nama orang muncul kembali.

Mata kiri ikut bergeser…

[Nama : Alex]

Tatapan ke depan, pura-pura liat layar antrean.

Tapi fokusnya cuma satu nama :

"Vania"

Nama itu belum muncul di mana pun.

Orang-orang terus keluar masuk… tapi nama itu tidak ada, tidak ada Vania…

Panel waktu makin menekan retina.

[Ding!]

[Waktu tersisa: 26 menit 49 detik]

Rian mengusap tenggorokannya pelan,

“Waktu kian menipis…” gumam nya.

Tapi kepalanya yang sudah naik 2 intelligence mulai muter lebih cepat dari biasa nya.

Tiba-tiba satu kemungkinan muncul di atas kepala rian.

“Tunggu… Bagaimana kalo Vania bukan nasabah?

Tetapi dia pegawai selain teller… atau bahkan atasan di bank ini?”

Rian mengerjap.

“Pantes nama dia nggak muncul di depan… pegawai bank selain teller biasanya ada di area dalam. Yang akses nya terbatas bagi nasabah.” Pikir nya.

Ia menyandarkan punggung, pura-pura santai, tapi sudut bibirnya narik dikit senyum licik kecil.

“Hohoho, Kalau begitu… ada cara cepat agar ini selesai tanpa masalah besar hehe,”

1
ALAN
lanjut Thor 😍💪
Gege
mantul
Gege
lepaskan semua thorr 10k katanya.. jangan di cicil cicil... gassss
Gege
lanjooottt thorr💪
Raihan alfi Priatno
lanjutin updatenya sampai tamat
Eli: Okeii syap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!