NovelToon NovelToon
Luka Dibalik Senyum Azalea

Luka Dibalik Senyum Azalea

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Faroca

Azalea, Mohan, dan Jenara. Tiga sahabat yang sejak kecil selalu bersama, hingga semua orang yakin mereka tak akan pernah terpisahkan. Namun dibalik kebersamaan itu, tersimpan rahasia, pengkhianatan, dan cinta yang tak pernah terucapkan.

Bagi Azalea, Mohan adalah cinta pertamanya. Tapi kepercayaan itu hancur ketika lelaki itu pergi meninggalkan luka terdalam. Jenara pun ikut menjauh, padahal diam-diam dialah yang selalu menjaga Azalea dari kejauhan.

Bertahun-tahun kemudian, Jenara kembali. Dan bersama kepulangannya, terbongkarlah kebenaran masa lalu tentang Mohan, tentang cinta yang tersimpan, dan tentang kesempatan baru bagi hati Azalea.
Kini, ia harus memilih. Tetap terikat pada luka lama, atau membuka hati pada cinta yang tulus, meski datang dari seseorang yang tak pernah ia duga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Faroca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Janji Jenara

Langkah kaki Jenara terdengar mantap di parkiran kampus yang mulai sepi. Sore menjelang malam, lampu-lampu jalanan menyala redup, memantulkan bayangan panjang dari tubuh mereka. Di sampingnya, Azalea berjalan dengan langkah gontai. Air matanya yang sejak tadi di tahan, mulai mengalir deras tanpa permisi.

Jenara sesekali menoleh, genggaman tangannya seakan memberi kekuatan pada gadis itu. Azalea mulai menundukkan kepalanya, saat dia berpapasan dengan beberapa mahasiswa lainnya. Isakan pelan mulai terdengar, bercampur dengan suara sepatu yang bergesekan dengan aspal basah bekas hujan.

Mobil hitamnya sudah terlihat di ujung barisan kendaraan. Ia menekan tombol remote, terdengar bunyi klik pelan dari kunci otomatis yang terbuka. Saat mereka mendekat, Azalea masih menunduk, memeluk tasnya erat-erat, seakan benda itu satu-satunya yang bisa menahan dirinya agar tidak runtuh.

Jenara berhenti sejenak di samping mobil, lalu membuka pintu penumpang. Tatapannya singkat, namun cukup untuk membuat Azalea mengerti bahwa ia tak perlu menahan diri. “Duduklah,” katanya lirih, suaranya rendah tapi tegas.

Azalea masuk dengan cepat, setelah duduk— diapun menutup wajah dengan kedua tangannya. Isakan yang tadinya pelan, mulai pecah menjadi tangis yang tidak bisa lagi disembunyikan. Sementara itu, Jenara sudah berada disampingnya. Duduk dengan hati-hati, lalu menyerongkan tubuhnya ke arah Azalea.

"Za, kita pulang ya? gue anter lo pulang," Jenara berkata dengan suara lembut. Azalea hanya mengangguk pasrah.

Dengan hati-hati, Jenara memasangkan sabuk pengaman pada Azalea yang duduk diam masih dengan tangisnya. Sesaat kemudian, mesin mobil mulai berdengung, melarikan mereka menuju ke rumah gadis yang tengah rapuh, dan jauh dari kata baik-baik saja.

“Kenapa harus Amara, Je? Kenapa bukan gue? Padahal gue udah lama di samping dia. Gue selalu ada buat dia. Tapi kenapa…” suaranya pecah di tengah tangis.

"Tadi gue udah Ge-Er banget pas Mohan bilang—dia mau ngomong tentang hatinya. Gue pikir dia bakalan nembak gue Je! Tapi bukan gue—" ucapnya dengan bibir bergetar.

Jenara tidak menjawab dengan kata-kata panjang. Ia hanya mengulurkan tangan satunya, membiarkan Azalea bersandar di bahunya.

“Nangis aja, gue ada disini buat lo.” ucapnya pelan, nyaris seperti bisikan.

"Gue bodoh banget ya, interaksi mereka berdua tuh udah sinyal buat gue. Cuma gue kaya nggak mau nerima sinyal itu," Azalea merutuki dirinya sendiri.

"Je, apa gue nggak cukup buat Mohan?" serunya tiba-tiba, membuat Jenara memperlambat laju kendaraan dan berhenti di tepi jalan yang sepi.

"Mungkin bukan karena lo nggak cukup. Lo selalu cukup sebagai sahabatnya, tapi kadang orang memang punya pilihan lain Za, kaya Mohan yang lebih milih Amara, karena emang cinta itu nggak bisa dipaksa. dan itu bukan salah lo, juga bukan salah Mohan. Karena nanti, lo bakalan cukup buat seseorang yang mencintai semua kelebihan dan kekurangan lo," Ujar Jenara menasehati.

Azalea menutup wajah dengan kedua tangannya, tangisnya makin dalam. Semua absurditas yang biasanya jadi tameng runtuh di dalam mobil itu. Dan Jenara, dengan tatapan sendu, hanya bisa membiarkan gadis itu meluapkan semuanya.

****

Mobil hitam itu, berhenti di depan sebuah rumah yang berada di kawasan elit jakarta. Jenara turun terlebih dahulu, lalu dia membuka pintu penumpang menggenggam tangan Azalea, dan menuntunnya memasuki rumah tersebut.

"Kenapa Lo nggak pernah cerita sama gue, tentang Mohan yang suka sama Amara." ujar Azalea, "kata Mohan, lo temen curhatnya." tangisnya mulai mereda sejak nasehat kecil keluar dari bibir Jenara tadi.

Saat ini keduanya sedang berada diruang tamu rumah Azalea. Sejak bundanya meninggal, Azalea tinggal bersama bik Surti, pengasuhnya dari kecil sekaligus pembantu rumah tangga dirumah Azalea. Sedangkan sang ayah, memulai hidup barunya dengan selingkuhannya itu.

"Je, jangan diem aja dong! Kata Mohan lo selalu cegah dia, buat nyeritain itu ke gue. Kenapa Jenara?" kesal Azalea, karena sejak tadi Jenara hanya diam.

"gue nggak mau lo patah hati Za, gue tau lo cinta banget sama Mohan. Gue nggak mau lo hancur," jawab cowok itu pelan

"Sama aja Je, sekarangpun gue ngerasain itu. Sakit Je! Dia cinta pertama gue, baru Mohan yang gue cinta." tangis yang mulai mereda kini pecah lagi.

"Lo tau rasanya, lo deket sama orang yang lo suka tiap hari. Tapi lo harus nyimpen rasa suka itu, dengan cara pura-pura nggak peduli sama perasaan yang lo punya," ujarnya parau, sesekali berhenti karena Isak tangisnya. "itu sakit rasanya,"

Jenara menunduk, mendengar kata-kata Azalea barusan. Tanpa Azalea tau, itu juga yang dirasakan Jenara saat ini. Namun saat ini bukan waktunya memikirkan perasaan yang dia punya.

Tangis Azalea perlahan mereda lagi, meski sesekali masih tersendat di dada. Bahunya masih bergetar kecil ketika kepalanya bersandar di bahu Jenara. Suasana hening kembali menyelimuti ruangan, hanya detak jam dan napas berat keduanya yang terdengar.

“Za…” suara Jenara pelan, hampir seperti bisikan. “Kalau aja gue bisa, gue pengen nyembuhin semua luka lo. Gue nggak bisa liat lo rapuh—karena hati gue ikut sakit, liat lo kaya gini”

Azalea terdiam. Kata-kata itu menembus hatinya. Ada sesuatu yang aneh—rasa hangat yang tidak sama dengan saat ia bersama Mohan. Rasa ini… berbeda, sudah beberapa kali Azalea merasakannya. Dan rasa ini timbul lagi sekarang.

“Kenapa lo selalu tau kapan gue butuh lo, Je?” Azalea bergumam, lirih. “Padahal lo jarang ngomong, manusia es, kulkas dua pintu, cowok sarkas dan selalu bikin gue kesel. Tapi kenapa, gue selalu ngerasa nyaman sama lo."

Jenara menatapnya lama. Tatapan itu dalam, penuh dengan sesuatu yang sulit dijelaskan. Ia menahan diri, jari-jarinya hampir bergerak untuk menghapus sisa air mata di pipi Azalea, namun berhenti di udara.

“Sebanyak itu ya title gue? Tapi untuk saat ini gue nggak akan marah," ujar Jenara, mendengar komentar Azalea tentang dia. Azalea tersenyum kecil sambil membalas tatapan dari cowok tampan itu.

"Tapi gue emang ngerasa nyaman, setiap lo ada disamping gue kalo gue lagi sedih. Dari dulu sepeninggal bunda, cuma lo yang bisa bikin gue nyaman." Azalea kadang berpikir kenapa dia lebih mencintai Mohan ketimbang Jenara?

Jenara memegang wajah Azalea dengan kedua tangannya. "Karena… lo penting buat gue, Za.” suaranya terdengar berat, seolah ada banyak hal yang ia sembunyikan di balik kalimat sederhana itu.

Jarak di antara mereka terlalu dekat, membuat dada Azalea berdegup tak karuan. Dalam sepersekian detik, ia merasakan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan—seolah dunia di sekitarnya menghilang, menyisakan hanya dirinya dan Jenara.

Namun sebelum ada yang berani bergerak atau berkata lebih jauh, Suara seseorang memecah keheningan sesaat yang di buat oleh mereka berdua.

Azalea buru-buru menjauh, menyeka sisa air matanya, sementara Jenara kembali memasang wajah tenang meski dadanya masih bergemuruh.

"Maaf Non, bibik ganggu ya?" Ujar bik Surti sang pengasuh sekaligus ibu kedua bagi Azalea.

"Nggak kok bik," Jenara menjawab pertanyaan bik Surti yang ditujukan pada Azalea.

"Non Azalea habis nangis?" panik bik Surti, melihat wajah Azalea sembab karena menangis.

"Den Jenara, diapain anak bibi? Bibi nitipin non Azalea sama Den Jenara juga Den Mohan. Tapi kenapa malah dinangisin," tuduh bik Surti sambil memeluk Azalea penuh kasih.

Jenara tersenyum, melihat tingkah laku sang pengasuh Azalea."Bukan Jenara bik, Azalea sendiri pengen nangis," ucap cowok tampan itu.

"Masa nangis dipengenin sih. Non Azalea ada-ada aja," celetuknya masih memeluk sang majikan.

"Udah bik, Azalea nggak kenapa-kenapa kok! Bibi nggak perlu panik. Azalea, cuma lagi inget bunda," bohong gadis itu.

"Bener ya non? Kalo ada yang jahatin non, biar bibi yang hajar mereka." serunya lucu

"Iya, kalo ada yang jahatin Aza. Nanti Aza laporan sama bibi," Azalea menimpali kelucuan pengasuhnya itu.

"Ya udah, bibik tinggal kebelakang lagi ya—mau nyiapin buat makan malem. Den Jenara mau makan disini juga kan?"

"Iya bik, udah kangen masakan bibi," ucap Jenara dengan senyumnya.

"Ok den," ucapnya sambil berlalu ke arah dapur.

"Seenggaknya gue tenang, ada seseorang selain gue sama Mohan yang sayangnya tulus ke lo," ujar Jenara sambil menatap punggung bik Surti.

"Dia ibu kedua bagi gue Je, cuma dia yang gue punya sekarang." ucapnya sedih

"Jangan lupain gue sama Mohan," Jenara mengingatkan.

"Mohan udah punya Amara Je," kata Azalea

"Ok, masih ada gue kok. Gue nggak akan ninggalin lo, promise!" Jenara mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.

"Jangan sembarang janji Je, nanti gue nuntut terus lo."

Jenara mencondongkan tubuhnya, wajahnya semakin dekat hingga napas hangatnya terasa menyapu kulit Azalea. Tatapan matanya begitu dalam, penuh kesungguhan, seakan ingin menelanjangi seluruh perasaan yang tak pernah sempat ia ungkapkan dengan kata.

"Gue bakalan selalu ada buat lo, sampe lo sendiri yang nyuruh gue pergi dari hidup lo, Azalea. Itu janji gue," ujar Jenara, seperti ada kesungguhan di nada suaranya.

Azalea yang mendengar ucapan Jenara, sontak menahan nafas. Jantungnya berdebar, matanya sempat bergetar ingin menghindar. Tapi justru terpaku pada tatapan Jenara yang tak memberi celah untuk berlari. Tatapan dinginnya penuh intimidasi namun membuat Azalea nyaman.

1
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Dewi Faroca: terimakasih kak, sudah mau membaca.
total 1 replies
Ff Gilgamesh
tetap semangat 💪tetap berkarya
Dewi Faroca: terimakasih...
total 1 replies
Raka Yoga Pratama
tema cerita bagus, alur cerita mudah dimengerti dan menggunakan kata-kata yg mudah dimengerti juga. sukses selalu untuk penulis 😍😍
Dewi Faroca: makasih ya
total 2 replies
Raka Yoga Pratama
semangat buat penulis nya, cerita begini bikin flashback ke masa-masa abg dulu 🤣🤣
Andhika teguh Nurhidayat
keren, semoga lebih baik lagi
Hakim Bohiran
Duh, hati rasanya meleleh.
Dewi Faroca: makasih udah mau baca🙏 semoga terus dibaca lanjutannya ya.
total 1 replies
ahok wijaya
Waktu membaca cerita ini rasanya seperti di masa lalu, indah dan penuh warna.
Dewi Faroca: makasih😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!