Arion adalah segalanya yang diinginkan setiap wanita dan ditakuti setiap pria di kampus. Tampan, karismatik, dan pemimpin Klan Garuda yang tak terkalahkan, ia menjalani hidup di atas panggung kekuasaan, di mana setiap wanita adalah mainannya, dan setiap pertarungan adalah pembuktian dominasinya. Namun, di balik pesona mautnya, tersembunyi kekosongan dan naluri brutal yang siap meledak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnnniiiii25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Janji Arion pada Luna masih menggema di antara dinding-dinding studio seni yang penuh cat, sebuah ikrar yang mengikat sekaligus membebani. Setiap sentuhan, setiap bisikan yang ia berikan pada Luna adalah upaya untuk meyakinkan bukan hanya Luna, melainkan juga dirinya sendiri, Tapi bayangan Serena dengan senyum sinisnya dan pengetahuannya yang dalam tentang dirinya, adalah tantangan nyata.
Serena adalah kunci, namun membuka kunci itu berarti harus kembali ke medan perang yang Arion coba tinggalkan, medan perang hasrat dan manipulasi.
Pagi itu Arion sengaja mencari Serena, Ia menemukannya di perpustakaan, sedang membaca buku dengan tenang, seolah tidak ada beban apapun. Kecantikannya yang tajam, dengan rambut hitam terurai panjang dan bibir merah yang selalu tampak siap tersenyum sinis tidak pernah gagal menarik perhatian, Arion mendekat, berdiri di samping meja Serena.
"Kita perlu bicara."Serena mendongak, matanya yang tajam menyapu Arion dari atas ke bawah, seolah menilai sebuah mangsa.
"Oh, pahlawan kita. Sudah bosan bermain dengan gadis polosmu?" Ada nada mengejek dalam suaranya, Arion mengabaikan sindiran itu.
"Ini bukan tentang itu, Ini tentang Adam, Tentang apa yang kau tahu" Serena tertawa kecil dan menutup bukunya.
"Aku tahu banyak Arion, Lebih banyak dari yang kau kira, Tapi mengapa aku harus memberitahumu?"Arion menarik kursi di hadapan Serena.
"Karena kau juga bagian dari ini, Karena ini akan menghancurkan kampus ini Dan mungkin juga kau", Serena menyeringai.
"Aku tidak selembut itu Arion, Aku tahu cara bertahan Dan aku tidak semudah itu untuk dihancurkan", Serena mendekat bibirnya nyaris menyentuh telinga Arion.
"Kau tahu aku menginginkanmu Arion, Apa yang akan kau berikan padaku agar aku bicara?" Desisan itu adalah racun, sebuah janji yang selalu bisa Arion penuhi, namun kini terasa berat di lidahnya.
Arion menatap mata Serena. Ia tahu ia harus memainkan permainannya.
"Apa yang kau inginkan?"Serena menarik diri, duduk tegak.
"Bukan ciuman murahanmu Arion, Aku ingin lebih dari itu, Aku ingin kursi Dekan Anwar, Aku ingin kekuatan yang mereka mililiki", Arion terkejut, Ambisi Serena jauh lebih besar dari yang ia bayangkan.
"Kau ingin menjadi Dekan?"
"Aku pantas mendapatkannya, Aku lebih cerdas, lebih kompeten Dan aku tidak akan membiarkan kampus ini hancur begitu saja."
Ada kilatan ambisi murni di mata Serena, yang membuat Arion merasa ngeri sekaligus terpikat.
"Aku akan membantumu, Tapi dengan syarat, Setelah semua ini selesai, kau harus membantuku naik Dan kau harus bersamaku", Arion merasakan darahnya mendidih.
"Kau minta aku untuk meninggalkan Luna?", Serena tertawa.
"Luna? Gadis kecil itu? Dia hanya penghalang Arion, Dia tidak tahu apa-apa tentang dunia nyata, Kau dan aku, kita sama, Kita tahu bagaimana cara bertahan. Kita bisa menguasai kampus ini Bersama"
Serena mengulurkan tangannya, membelai pipi Arion, sentuhannya penuh godaan dan janji-janji kekuasaan, Arion menatap tangan Serena, Ia tahu tawaran itu menggiurkan, Sebuah jalan pintas menuju kekuatan, dan kebebasan untuk kembali ke pola lamanya. Namun, bayangan Luna dengan tatapan percaya dan luka di matanya kembali menghantuinya.
"Aku akan memikirkannya" Arion berkata, suaranya berat, menyingkirkan tangan Serena dari pipinya, Serena tersenyum puas.
"Aku tahu kau akan melakukannya, Pikirkan baik-baik Arion. Ini adalah kesempatan emas"
Arion kembali ke studio seni, di mana Luna sedang bekerja dengan Profesor Hadi, Atmosfer di sana terasa lebih terang, lebih penuh harapan, Arion merasa konflik batinnya semakin kuat.
"Bagaimana?" Luna bertanya, melihat Arion masuk, Arion menceritakan tawaran Serena, Profesor Hadi terkejut.
"Dia ingin kursi Dekan?" Profesor Hadi berseru.
"Itu ambisi yang gila."
"Dan dia ingin aku bersamanya," Arion menambahkan, menatap Luna, Wajah Luna mengeras, Ia tidak berkata apa-apa namun Arion bisa melihat kekecewaan yang mendalam di matanya, Ia kembali terluka.
"Arion, ini bahaya" Profesor Hadi memperingatkan.
"Serena adalah ular berbisa, Dia bisa berbalik melawanmu kapan saja."
"Aku tahu" Arion berkata menatap Luna.
"Tapi dia punya informasi yang kita butuhkan, Dia tahu lebih banyak tentang klub itu", Luna akhirnya berbicara, suaranya dingin.
"Apakah kau akan menerimanya Arion? Tawaran itu? Janji itu?" Arion mendekat meraih tangan Luna.
"Aku tidak akan meninggalkanmu Luna, Aku janji, Aku hanya perlu waktu untuk memikirkannya", Luna menatapnya lurus.
"Waktu untuk memikirkan harga dirimu? Atau waktu untuk memikirkan kenikmatan lain yang akan kau dapatkan?" Arion merasa terpukul, Ia tahu Luna benar, Ia masih seorang playboy, mencoba menipu dirinya sendiri.
"Aku punya ide" Luna berkata, suaranya tiba-tiba berubah tegas.
"Biarkan aku yang mendekati Serena", Arion dan Profesor Hadi menatapnya terkejut.
"Apaaaa!"
"Aku tahu bagaimana cara berbicara dengan wanita, Terutama wanita yang terluka dan ambisius, Aku bisa mencoba mencari tahu apa yang dia tahu, tanpa kau harus mengorbankan dirimu Arion", Luna menatap Arion dengan mata yang membara.
"Dan ini akan menjadi bukti, Bukti bahwa kau sungguh-sungguh ingin berubah, Bukti bahwa kau percaya padaku", Arion menatap Luna, hatinya dipenuhi campuran ketakutan, rasa hormat, dan cinta yang semakin dalam.
"Ini terlalu berbahaya Luna, Dia berbahaya."
"Kita semua dalam bahaya Arion", Luna membalas.
"Tapi aku tidak akan lari, Tidak sekarang, Aku akan membantumu membongkar kebusukan ini, Tapi aku akan melakukannya dengan caraku Dan aku akan membuktikan padamu bahwa cinta itu tidak selemah yang kau kira."
Arion memegang wajah Luna di antara kedua tangannya lalu menciumnya, Kali ini ciuman itu penuh dengan kerentanan, ketakutan dan janji yang lebih kuat. Ia mencium setiap tetes air mata yang mengalir di pipi Luna, seolah ingin menyerap setiap rasa sakit yang ia timbulkan.
"Baiklah" Arion berbisik, suaranya serak.
"Tapi kau harus janji padaku, Kau tidak akan sendirian, Aku akan selalu ada di belakangmu".
Arion dan Luna mulai menyusun strategi baru untuk mendekati Serena, Luna akan berpura-pura tertarik pada proyek seni yang terkait dengan pembangunan kampus baru, menggunakan alasan mencari inspirasi. Profesor Hadi akan menyokongnya, Sementara itu Kenzie dan Adrian terus bekerja keras menganalisis sisa data dari USB drive Adam.
Mereka menemukan pola transaksi mencurigakan yang mengarah ke luar kampus ke sebuah perusahaan holding besar yang dimiliki oleh seorang konglomerat berpengaruh.
MR. ALDITAMA (60an, seorang pebisnis licik, dikenal memiliki tangan di banyak proyek pemerintah).
"Jadi Dekan Anwar hanyalah pion", Kenzie menyimpulkan.
"ada pemain yang lebih besar di belakangnya".
Arion menatap layar laptop, hatinya diliputi firasat buruk, Jaring ini lebih luas dari yang ia bayangkan, Dan Luna kini akan melangkah masuk ke dalam sarang laba-laba itu.