BTTH: SISTEM MC

Xiao yan memanggang daging segar dengan api unggun. Yue mei masih mengawasi xiao yan dengan sangat serius, meskipun sudah mendapatkan bantuan tapi yue mei belum mempercayakan pria itu sepenuhnya. Ekor ularnya bergerak sesekali ketika mencium aroma lezat dari daging yang di panggang.

Api berderak dan muncul saat Xiao Yan membalikkan daging yang ditusuk di atas api yang terbuka, aroma daging panggang bercampur dengan aroma asap api unggun.

"Kau mau?" Tanya xiao yan menawarkan. "Aku tidak keberatan berbagi, bintang malam ini sangat indah. Duduklah dan nikmati daging ini bersama ku" Lanjutnya.

menawarkan daging yang ditusuk dengan jentikan pergelangan tangannya yang santai, ujung-ujungnya yang hangus berkilauan dengan jus yang menetes perlahan ke kotoran di bawahnya. Cahaya api menari di wajahnya, menonjolkan sudut tajam rahangnya dan kilau dingin di mata.

"Ayo" Seru xiao yan bersandar pada batu yang tertutup lumut, postur tubuhnya rileks namun tatapannya tak tergoyahkan. Itu bagus. "Dan kita berdua tahu kau lapar" Lanjutnya menggoda.

Yue Mei tetap diam di tempatnya, ekornya menjentikkan tajam saat bau lain dari daging panggang menyentuh indranya. Perutnya menggeram keras, mengkhianati tekadnya. Perut Yue Mei mengeluarkan erangan keras yang tak terbantahkan, memecah keheningan yang tegang di antara mereka.

Pipinya memerah karena malu, tapi dia menolak untuk mengakuinya, malah menyilangkan lengannya erat-erat di dadanya. Meski begitu, aroma daging yang dimasak terlalu berlebihan. Kelaparan mendasar yang terjadi jauh di dalam dirinya, menuntut untuk dipuaskan.

"Kau pikir aku begitu putus asa?" Tanya yue mei bergumam, meski kakinya sedikit bergeser, seolah mempertimbangkan untuk mengambil langkah lebih dekat.

"Putus asa? Tidak. Tapi lapar bukan?" Balas Xiao yan.

Dia melemparkan tusuk sate ke arahnya, dagingnya mendarat tepat di tangan kanan yue mei. Wanita berambut lavender berbalik tidak ingin memperlihatkan wujud makannya pada xiao yan, saat memakan daging dalam tusuk sederhana, ia merasakan kenikmatan dalam setiap gigitan.

"Ku dengar kau suka memperbudak manusia?" Tanya xiao yan menatap punggung yue mei.

"Memangnya salah? manusia juga suka memperbudak suku ku" Balas yue mei melemparkan tusuk sate ke tanah berpasir.

"Yah itu adalah sikuls yang tidak akan pernah berakhir" Balas xiao yan memanggang daging kembali.

Yue mei mencoba merebutnya namun xiao yan dengan mudah menghindari tangan wanita itu yang ingin merebut daging panggang ditangannya. Seringai Xiao Yan melebar, mata emasnya berkilauan dengan sesuatu yang jahat saat dia memegang tusuk sate hanya di luar jangkauan Yue Mei. Cahaya api menimbulkan bayangan bergerigi di wajahnya, membuatnya tampak lebih monster daripada manusia. Dia memiringkan kepalanya sedikit.

"Aku akan menjinakkan mu, jika kau ingin daging ini maka kau harus melakukan sesuatu" ujar xiao yan tersenyum jahat.

"Bocah ini dia lebih licik daripada gurunya" Batin yao lao sedari tadi memperhatikan.

Nafas Yue Mei tersangkut saat kata-kata Xiao Yan meresap, mata zamrudnya berkobar karena marah. Api berderak di antara mereka, memancarkan cahaya berkedip-kedip di wajahnya saat ekornya melingkari.

Dia mengharapkan ancaman, manipulasi, bahkan mungkin kekerasan, tapi ini? Ini adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Sesuatu yang membuat darahnya menjadi dingin.

"Dasar bajingan" Marah yue mei  mendesis, suaranya pelan dan berbisa. "Apakah Anda benar-benar berpikir saya akan menurunkan diri saya untuk itu?" Lanjutnya menatap tajam.

"Yah jika ingin sesuatu bukan kah harus membayar" Balas xiao yan mengacungkan tusuk daging membuat hidung yue mei berkedut kelaparan.

Seringai Xiao Yan menyebar lebih luas, mata emasnya berkilauan dengan sesuatu yang predator saat dia bersandar, cahaya api menari melintasi fitur tajamnya. Dia memiringkan kepalanya sedikit, seolah menimbang reaksinya.

"Aku berjanji" ujar Xiao yan nadanya sangat tulus. "Jika kau melakukan ini, aku akan memberimu dagingnya. Dan kita bisa pergi ke tempat yang lebih pribadi di mana tidak ada yang akan melihatnya" Lanjutnya meneruskan.

Dia mundur, jari-jarinya melenturkan tusuk sate seolah-olah itu adalah hadiah yang akan dia tawarkan. Ekspresinya tidak terbaca, tapi ada kilatan pengetahuan di matanya, seolah-olah dia sudah tahu apa yang akan dia lakukan. 

Hati Yue Mei berdebar di dadanya, napasnya dangkal saat dia menatap Xiao Yan, mata zamrudnya terbakar dengan campuran kemarahan dan sesuatu yang lebih gelap sesuatu yang membuat denyut nadinya semakin cepat dengan cara yang dia tolak untuk akui.

Tapi rasa lapar menggerogotinya, tanpa henti, dan pikiran untuk menyia-nyiakan makanan ini. Karena kehilangannya karena kesombongan, rasanya seperti pengkhianatan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri.

Yue Mei melangkah maju, gerakannya lambat, terkendali, tetapi tidak salah lagi enggan. Mata zamrudnya tidak pernah meninggalkan mata Xiao Yan, dipenuhi badai emosi marah, penghinaan, pembangkangan. Namun, meski api perlawanan berkobar di dalam dirinya, dia bergerak.

berhenti beberapa inci darinya, napasnya compang-camping, ekornya melingkar erat di sekitar kakinya. Untuk sesaat, dia tidak mengatakan apa-apa, hanya menatapnya seolah mencoba membakarnya dengan tatapannya. Kemudian, dengan tarikan napas yang tajam, dia berlutut, tidak dengan anggun, tidak rela, tetapi dengan beban ketundukan yang berat menekannya.

Xiao Yan memperhatikannya, seringai melebar saat dia melangkah lebih dekat, cahaya api menangkap garis tajam wajahnya. Suatu hari nanti ia akan membuat cai lin berada diposisi rendah seperti ini. Hanya perlu waktu untuk semua itu terjadi.

rambut ungunya jatuh dalam gelombang kusut di sekitar wajahnya, mata zamrudnya gelap karena kebencian. Cahaya api menimbulkan bayangan panjang di kulitnya, menonjolkan ketegangan pada ototnya, rahangnya yang kaku. Dia tidak bergerak, tidak bernapas, seolah menunggu momen berlalu, hingga mimpi buruk berakhir.

Bibir Yue Mei dekat di sekelilingnya, mulutnya bekerja dengan efisiensi yang dipraktekkan, lidahnya menelusuri punggung batangnya dengan keterampilan yang diasah oleh pengalaman daripada keinginan.

"Yah itu lebih baik dari pada yang kuduga" Gumam xiao yan memuji.

Xiao Yan menghembuskan napas tajam, mata emasnya menjadi gelap saat dia melihatnya, jari-jarinya sedikit melengkung dalam cengkeramannya sendiri. Dia tidak bergerak, tidak mendorongnya, hanya membiarkannya bekerja.

Tangan kanan Xiao Yan melayang ke bawah, menyikat rambut lavender Yue Mei dengan gerakan lambat yang disengaja. Jari-jarinya menelusuri untaian-untaian itu, menyisirnya seolah-olah itu adalah sutra, seolah-olah dia adalah sesuatu yang halus dan bukan wanita ular yang galak dan sombong yang baru saja menuruti keinginannya.

Nafas Xiao Yan tersangkut, tubuhnya menegang saat kesenangan membanjiri dirinya, jari-jarinya mengencang di rambut Yue Mei. Kemudian, dengan erangan rendah dan parau, dia tumpah ke mulutnya, benihnya melapisi lidahnya, mengisi ruang di antara bibirnya dengan kehangatan dan garam. Api berderak di belakang mereka, melemparkan cahaya berkedip-kedip di wajahnya saat dia menelan secara refleks, tenggorokannya bekerja untuk mengambil apa yang dia bisa.

Tapi itu terlalu banyak. Terlalu cepat. Terlalu mentah. Perutnya bergejolak, dan dengan suara tajam dan tercekik, dia menarik kembali, bibirnya terbelah saat dia meludahkan kelebihannya.

"Kerja bagus yue mei. Aku tidak akan melupakan ini" ucap xiao yan memberikan daging panggang ditangannya.

"Aku akan membunuhmu suatu hari nanti" Ancam yue Mei menatap tajam.

"Aku akan menunggu hari itu" Balas xiao yan.​