Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan malam
Hari ini tubuhku terasa lelah berkali-kali lipat dari biasanya, sehabis pulang kuliah tadi menggunakan bus untuk pulang ke kosan karena biasanya aku diantar pulang oleh Geovan tapi mulai sekarang aku harus belajar mandiri.
Saat sampai di kamar kosan aku tidak langsung membersihkan diri tapi aku duduk di tepi ranjang terlebih dahulu sambil memijat-mijat pelan kaki ku yang terasa pegal. Biasanya aku jarang seperti ini, mungkin ini efek dari kehamilan ku.
Tring... Tring... Handphone ku berbunyi dan aku melihat nama 'Om Javar' tertera yang mengartikan bahwa dia lah yang menelpon ku, langsung saja aku angkat telpon dari nya.
"Halo om, ada apa?"
'Kamu sudah pulang kuliah?'
"Udah, baru aja aku sampe ke kosan."
'Pulang diantar sama siapa?'
"Aku pulang sendiri naik bus, karena biasanya aku diantar pulang sama Geovan tapi kita baru aja putus kemarin."
'Kalian sudah putus? Kenapa tidak memberitahu saya?'
"Itu bukan hal penting yang harus om tahu menurut ku."
'Baiklah-baiklah, tapi kenapa kamu tidak menelpon saya untuk menjemput mu saja?'
"Takut Om sibuk, lagipula aku masih bisa naik bus kok."
'Bukan masalah bisa atau enggak bisa nya, tapi kehamilan kamu masih muda jadi masih sangat rentan.'
"Iya-iya aku ngaku salah. Besok-besok kalo aku enggak ada tebengan pulang, aku pasti telpon om."
'Bagus kalo gitu. Nanti malam saya jemput kamu ke kosan, kita makan malam.'
"Besok malam aja bisa gak om? Aku lagi males keluar."
'Tidak ada penolakan, kita sekalian bahas tentang pernikahan kita.'
"Oke-oke jam berapa?"
'Nanti saya hubungi lagi, saya tutup dulu telpon nya.'
Tut.. panggilan kita pun terputus. Aku langsung beranjak dari kasur dan mengambil handuk ku kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai dengan acara mandi, aku keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur lebih tepatnya menuju ke kulkas yang ada disana untuk mengambil buah-buahan yang waktu itu dibelikan oleh Om Javar.
Apel dan anggur adalah buah yang aku pilih untuk dimakan sore ini, langsung saja aku cuci keduanya dan mengambil pisau untuk mengupas apel nya.
Saat aku sedang menikmati buah apel dan anggur milik ku tiba-tiba Bella duduk di samping ku dan mengambil potongan buah apel milik ku.
"Main ambil aja tuh tangan."
"Ya elah Mir pelit banget."
"Bukan masalah pelitnya Bell, tapi itu apel udah aku kupas tahu kalo kamu mau ambil aja di kulkas."
"Enggak deh, aku males pengen makan yang kamu aja."
"Enggak enggak, ambil sama kupas sendiri aja sana apel nya." Ucapku sambil menjauhkan apel yang ada di piring dari jangkauan nya.
"Ck, pelit banget. Btw yang kemarin itu beneran cuma temen kampus kamu Mir?"
"Emangnya kamu mikir dia siapa nya aku?"
"Sekarang kan lagi jaman tuh pelihara sugar daddy sugar daddy gitu, siapa tahu kan. Dilihat dari tampangnya juga kayak gitu."
"Sembarangan aja kalo ngomong, mana berani aku pelihara yang begitu-begitu an."
"Kan aku bilang nya siapa tahu Amira. Jadi bener dia cuma temen kampus kamu?"
"Iya cuma temen kampus aku."
"Oh gitu, tapi aku saranin kamu jangan terlalu deket sama dia nanti Geovan bisa cemburu."
Anak-anak kosan memang sudah tahu jika aku sudah memiliki kekasih dan mereka juga tahu siapa kekasih ku, yaitu Geovan karena memang Geovan sering mampir ke kosan ku walaupun hanya sekedar di teras saja.
"Aku udah putus sama dia."
"Huh? Kapan? Kok aku baru tahu, perasaan baru kemaren deh dia nganterin kamu."
"Orang putusnya aja baru kemaren, udah ah aku mau balik ke kamar."
Kebetulan buah apel dan anggur milik ku sudah habis dan aku berusaha untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan lain yang kemungkinan akan diajukan oleh Bella, maka aku cepat-cepat kembali ke dalam kamar.
___________________________________
Malam sudah tiba dan aku sudah siap untuk pergi dengan Om Javar, hanya tinggal menunggu kabar dari nya saja. Saat aku tengah asik merapihkan dandanan ku, sebuah notifikasi chat dari ponsel ku mengalihkan kegiatan ku tadi, ternyata itu chat dari Om Javar yang memberitahu jika dia sudah ada di depan.
Langsung saja aku selesaikan kegiatan ku tadi dan keluar dari kamar dengan tergesa sampai sebuah suara menginstrupsi ku
"Mau kemana Mir?" Itu pertanyaan yang dilayangkan oleh Thea yang sedang berada di ruang televisi kosan.
"Mau keluar dulu, aku gak bakalan balik malem-malem kok. Aku pergi dulu ya The."
Sebelum Thea mengeluarkan suara, aku sudah berjalan terlebih dahulu ke pintu kosan karena tidak ingin membuat orang yang ada di luar sana menunggu terlalu lama.
Saat aku membuka pagar kosan dapat aku lihat sudah ada mobil hitam milik Om Javar, dengan cepat aku tutup pagar dan berlari kecil ke arah mobil itu.
Aku ketuk pintu mobil itu dan mengintip lewat kaca nya untuk memastikan bahwa benar itu adalah mobil milik Om Javar, setelah memastikan nya aku langsung membuka pintu mobil itu dan aku langsung disambut dengan tatapan dingin dari lelaki itu.
Apakah ada yang salah dengan ku? Kenapa dia menatap ku seperti itu? Itu adalah pertanyaan yang ada di benak ku saat ini.
"Kenapa pake lari-lari segala? Saya enggak bakalan tinggalin kamu."
"Takut ketauan anak kos yang lain."
"Tapi itu bahaya, gimana kalo kamu jatuh tadi? Mana kamu lagi pake heels."
"Huft, iya aku ngaku salah. Udah ayo jalan dulu aja jangan di depan kosan ku gini. Emangnya kita mau kemana sih? Sampe nyuruh aku pake baju terbaik punya ku dan pake heels gini?"
"Makan malam."
"Cuma makan malam doang, kenapa harus sampe segini nya." Gumam ku pelan yang ternyata terdengar oleh nya.
"Makan malam bersama kolega saya."
"Huh? Om yang bener aja?!"
"Kamu masih panggil saya dengan sebutan om?"
"Aku belum terbiasa, Mas yang bener aja? Tadi katanya mau bahas tentang pernikahan kita?"
"Ya memang, itu akan kita bahas setelah selesai makan malam."
"Kenapa enggak bilang dari tadi? Tahu gini aku gak bakalan mau ikut, biar nanti ketemuan kalo kamu udah selesai makan malam sama kolega kamu itu."
"Maka dari itu saya gak langsung kasih tahu kamu karena pasti kamu enggak bakalan mau."
"Nyebelin banget sih."
Setelahnya tidak ada lagi percakapan antara kami, Om Javar fokus menyetir sedangkan aku mulai merasa tidak nyaman dengan heels yang aku gunakan sehingga aku menggerak-gerakkan kaki ku sedari tadi, hal itu ternyata disadari oleh nya.
"Kaki kamu kenapa?"
"O-oh gak kenapa-kenapa, cuma pegel sama gak nyaman aja sama heels nya."
"Sakit? Habis ngapain emang kamu?"
"Mungkin ini karena tadi siang aku jalan dari kampus sampai ke halte dan ditambah malam ini aku pake heels." Jawabku dengan jujur karena aku merasa demikian.
"Kenapa gak bilang aja dari tadi kalo kaki kamu sakit?"
"Udah aku bilang enggak kenapa-kenapa, cuma pegel doang."
"Terserah kamu, kita mampir dulu ke toko sepatu."
"Eh? Gak usah, aku masih kuat kok lagian nanti takut terlambat dan bikin kolega kamu nunggu."
"Udah diem aja, nurut sama saya."
Pada akhirnya aku hanya dapat menuruti apa perintah dan perkataan dari nya. Sampai di toko sepatu, kami berdua langsung turun dari mobil tapi sebelum aku menginjakkan kaki ke area parkiran tiba-tiba Om Javar menyerahkan sebuah sandal yang tadi tanpa sepengetahuan ku dia ambil dari jok belakang yang aku yakini itu adalah sandal mau miliknya.
"Pakai ini." Ucapannya sambil menyodorkan sepasang sandal kehadapan ku.
Tentu saja aku bingung dengan situasi ini dan tidak bisa mengatakan apapun.
"Ini pakai, atau mau saya yang pakaikan?" Ucapnya sekali lagi yang membuat ku langsung buru-buru membuka heels milik ku dan mengambil sandal yang ada ditangannya.
_____________________________________
Akhirnya kami sampai di restoran tempat Om Javar dan kolega nya itu makan malam. Ngomong-ngomong tentang tadi kita mampir ke toko sepatu, heels ku sudah diganti dengan flat shoes yang pastinya lebih nyaman dikenakan di kaki ku.
Pantas saja Om Javar menyuruh ku mengenakan pakaian yang bagus dan juga heels, ternyata restoran yang akan kita kunjungi adalah restoran mewah para golongan menengah ke atas.
Saat ini aku, Om Javar dan juga kolega nya itu sudah duduk di sebuah meja yang desainnya sungguh membuat ku takjub. Makan malam pun berjalan lancar dengan sesekali diselingi obrolan Om Javar dan juga kolega nya yang tentu saja tidak aku mengerti.
Sampai pada akhirnya makanan utama kami sudah habis dan kami sedang menikmati makanan penutup. Aku fokus dengan acara menikmati makanan penutup ini tanpa menghiraukan kedua orang di depan ku itu.
"Oh jadi ini gadis yang kau bicarakan itu Jav?" Sebelum pada akhirnya pertanyaan dari kolega Om Javar itu membuat ku menoleh dengan alis berkerut.
Apa tadi dia bilang? Gadis yang dibicarakan? Apakah Om Javar menceritakan tentang malam itu kepada temannya? Jika benar, maka aku akan sangat marah kepadanya.
Aku pun menatap Om Javar dengan tatapan tajam, awas saja dia sudah berani menceritakan tentang ku kepada kolega nya.
"Iya, dia orangnya." Ck, jawaban macam apa itu.
"Lumayan cantik juga, cocok lah dengan mu walaupun usia kalian yang terpaut jauh."
"Kalau tidak cantik mana mau aku bersama dengan nya."
Yang benar saja?! Aku sudah sangat geram dengan tingkah si tua bangka itu, aku letakkan sendok milik ku dengan sedikit keras sehingga menimbulkan suara yang mengalihkan atensi mereka dan aku langsung mengeluarkan handphone milik ku dan memainkannya berusaha mengabaikan pembicaraan mereka.