Desi dan Dita, adalah saudara. dan mereka berdua akan menikah di hari yang sama. dan itu semua atas permintaan Dita.
namun, di saat hari pernikahan, pasangan mereka berdua malah diganti oleh kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua calon suami Desi.
sehingga Desi harus pasrah menikah dengan calon suami adiknya yang katanya miskin dan yatim piatu.
dia hanya memiliki satu rumah di seberang jalan, rumah mereka. mereka menikah, karena ulah Dita. tapi, Dita malah bermain licik, dan menuduh Desi bersama dengan kedua orang tuanya, kalau dia bukan seorang gadis lagi. Karena itulah, calon suami Desi beserta keluarganya mau mengganti pengantin wanita.
kalau bagaimanakah kehidupan Desi setelah menikah dengan mantan calon suami adiknya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. buah semangka
setelah mengobrol, Desi pun langsung menyuruh suaminya untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. sementara dia akan menyiapkan makan siang yang sudah selesai dikerjakan olehnya. selain itu, dia juga memotong buah semangka yang merah merona dan manis itu dan ditanya di atas piring. sementara sisanya ia langsung simpan di dalam kulkas.
sambil menunggu suaminya datang, dia kembali mengambil satu potong buah semangka itu dan memakannya dengan penuh penghayatan. rasanya benar-benar sangat berbeda dengan buah-buah semangka yang dibeli di pasaran.
(buah semangka yang langsung berasal dari kebun ini benar-benar memiliki rasa yang berbeda.. manis dan juga rasanya segar.) batinnya penuh dengan kekaguman. dan tak terasa, dia sudah menghabiskan semuanya tanpa sadar. dan hal itu bertepatan dengan datangnya Devan dengan tampilan yang terlihat lebih fresh.
Devan yang melihat istrinya menghabiskan buah semangka di dalam piring itu langsung bersuara.
"kamu sudah makan nasi..?" tanyanya dengan penuh keheranan. Desi yang mendengar suara suaminya itu langsung tersadar dari hipnotis rasa yang diberikan oleh semangka.
"eh belum kok mas.." ucapnya. sementara Devan sudah duduk di kursinya sendiri.
"terus kenapa kamu makan buah semangka begitu banyak..? kamu bisa kenyang nanti ?"
"hah..!!" mendengar itu, Desi langsung mengalihkan pandangannya ke arah piring semangka yang telah kosong dan hanya tersisa kulitnya saja. dia yang melihat itu langsung melongoh. dia memandangi potongan semangka terakhir di tangannya.
"aku menghabiskan semuanya Mas..?" tanyanya dengan lucu. Devan terkekeh mendengar penuturan istrinya itu.
"lalu..? kamu jangan bawa-bawa mas ya.. soalnya, mas baru selesai mandi. Ini juga baru gabung ke sini." ucapnya sambil memandang lucu dengan ekspresi sang istri. Desi yang menyadari kalau dia menghabiskan semangka itu tanpa sadar langsung menutup mulutnya.
"astaghfirullahaladzim..!! kelihatan rakusnya ya Mas. hehehe.. maaf. aku tidak sengaja.." ucapnya dengan perasaan tidak enak.
(aduh.. malu banget sumpah. bisa-bisa Mas Devan ilfil lagi. terus mas Devan pikirnya aku orang yang rakus dan tidak peduli dengan orang lain. habisnya, kenapa malah nggak sadar sih.) gerutunya di dalam hati. dia benar-benar sungguh-sungguh tidak sadar dengan perbuatannya ini.
"Tidak apa-apa kok.. mas senang kalau kamu bisa menghabiskan apa yang mas hasilkan di luar sana. tapi, kamu harus makan nasi dulu sebelum makan yang lain. sekarang kita makan dulu.. soalnya perut Mas juga sudah laper nih." ucap Devan mencoba mencairkan suasana diantara mereka. dia mendapati kalau ekspresi istrinya langsung berubah menjadi gugup dan sekaligus cemas. mungkin saja istrinya mengkhawatirkan dirinya yang mungkin akan merasa ilfil atau semacamnya.
"oh iya Mas.." Desi pun mulai melayani suaminya. Dia meminta kepada suaminya untuk duduk tenang saja dan biarkan ia yang mengambil. sebenarnya Devan tidak masalah kalau Desi tidak melayaninya, namun Devan sadar kalau ia harus memberikan kesempatan kepada istrinya untuk berbakti kepadanya.
"oh ya Mas.. tadi aku pengen banget makan ayam, dengan olahan seperti ayam yang diberikan untuk mie ayam. makanya aku buat ini sedikit. kira-kira Mas mau nyicip nggak..? tapi kalau Mas nggak mau, juga nggak papa kok. di sini aku masih membuatkan ayam rica-rica untuk mas..." ucapnya dengan gugup. dia takut kalau suaminya akan merepet dan yang mengomelinya. seperti yang sering ia dapatkan dari ibunya. bukannya ibunya merasa senang sudah dimasakin berbagai variasi oleh anaknya, dia malah mengomel tak menentu.
"oh ya.. boleh deh.. Mas coba sedikit. kalau cocok Mas request." Desi langsung tersenyum mendengar penuturan suaminya. dia pun langsung bersemangat mengambilkan ayam itu dan ditaruh di piring sang suami.
dia juga tak lupa mengambilkan sayur lalapan dan juga sambal sebagai pelengkapnya. baru setelah itu dia memberikannya kepada suaminya.
"ini mas. silakan dimakan. mudah-mudahan rasanya cocok ya.." ucapnya lagi langsung membuat Devan menganggukkan kepalanya. di sisi lain, Desi yang sudah sedikit kenyang itu merasa enggan untuk mengambil nasi. tapi dia tetap mengambil nasi satu centong, dan mengambil ayam ala kadarnya saja. karena dia merasa sudah sedikit kenyang karena menghabiskan semangka tadi.
Devan sendiri Langsung menyiapkan nasi ke dalam mulutnya. dia yang baru merasakan masakan rumahan itu langsung mengangguk-anggukkan kepalanya, dan cocok di lidahnya.
"ini enak Des!! nanti besok kamu bikin lagi ya. tapi kamu jangan lupa tambahin cabe bulat rawit ke dalamnya. biarkan cabe itu menyatu dengan kuah-kuahnya ini." ucap Devan yang langsung dibalas dengan senyuman dari Desi.
"baiklah Mas.." jujur saja, Desi juga pencinta pedas. tapi karena berpikir, takut suaminya tidak suka pedas sehingga dia mengurangi cabe rawitnya. ternyata dia dan suaminya sefrekuensi.
namun sesaat kemudian, nasi di piring Desi langsung menjadi perhatian Devan. Devan langsung memandang sedikit mengernyit melihat nasi di piring istrinya ini.
"kenapa kamu makannya sedikit sekali..?" tanyanya dengan ekspresi tidak suka. Desi yang menyadari itu langsung cengengesan.
"hehehe.. Maaf Mas.. aku kekenyangan. Tadikan, aku tidak sengaja makan semangka sampai habis.." ucapnya. Devan yang mendengar itu pun langsung menghela nafasnya.
"hah.. Ya sudahlah kalau begitu. nanti besok-besok, kalau kamu lapar nggak usah tunggu mas pulang ya. kamu langsung makan aja. Yang penting kamu sudah sisain untuk Mas hehehe.." ucap Devan yang akhirnya terkekeh. Desi yang masih merasa enggan dan tadi merasa segan kepada suaminya itu pun ikut tersenyum.
"baiklah Mas.." akhirnya mereka berdua pun lanjut makan siang sambil mengobrol-ngobrol ringan.
namun Desi tidak menanyakan privasi sang suami. dia tentu saja sadar, kalau dia tidak perlu ikut campur. yang penting selama ini, dia tahu kalau Devan ini adalah laki-laki yang baik. rajin pergi salat ke masjid, dan juga rajin pergi ke ladang.
mengenai hal-hal lain yang tidak diketahui olehnya, dia tidak akan menanyakannya. cukup diamati saja dan kalau suaminya Devan mau mendengarkan nasehatnya, ya tinggal dinasehati saja. dan kalau suaminya ini ternyata bandel dan nakal, apa lagi ditambah pelit dan suka melakukan kekerasan, maka mungkin tidak sulit bagi Desi untuk meninggalkannya. simple saja. tapi tentu harus ada alasannya.
setelah hampir 15 menit mereka makan di meja makan, dan di sana Desi sudah selesai duluan, akhirnya Devan juga selesai makan.
"Alhamdulillah! terima kasih untuk nikmat hari ini ya Allah.." ucapnya sambil membaca doa selesai makan. sementara Desi yang tidak membaca doa setelah makan itu merasa sedikit malu. ya walaupun sebenarnya hal itu bisa dibaca di dalam hati saja. tapi kalau bacanya seperti cara suaminya membaca doa itu, terdengar tidak terkesan riya dan menyombongkan.
di tunggu updatenya
semoga benih " cinta mereka menyatu & cepat hamil...