Viola adalah gadis SMA yang berumur 18 tahun yang hidupnya berubah setelah mamanya menikahi duda anak 2. Anak papa angkatnya itu 2 laki-laki, dan siapa sangka anak bungsu papanya itu adalah guru olahraga yang dingin di sekolahnya. Dia harus menjadi keluarga baru guru yang tidak dia sukai itu. Viola sama sekali tidak akrab dengan kakak keduanya itu tapi dia akrab dengan kakak pertamanya dan papa angkatnya itu. Keluarga mereka pun rukun tapi hanya kakak keduanya yang tidak mau tinggal dengan mereka. Viola dan kakak keduanya pun sering bertengkar sampai akhirnya mereka berdua timbul perasaan suka. Bagaimana cara mereka berdua menjalani hubungan cinta satu keluarga dan beda usia ini? Apakah mereka akan mengalah dengan orang tua mereka atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gywnee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 09
Naura dan Arka jalan-jalan dipinggir pantai sambil bergandengan tangan.
"Sudah lama ya kita tidak jalan-jalan berdua ke pantai," Naura.
Arka tersenyum.
"Iya, aku rindu moment ini."
Naura tersenyum.
"Kapan kita makan bareng sama orang tuamu, aku juga belum kenalan sama keluarga baru mu," Naura.
"Nanti setelah mereka pulang, mereka masih honeymoon," Arka.
Naura mengangguk mengerti.
"Naura," Arka.
"Iya?"
"I love you." Arka sambil tersenyum.
Naura tersenyum lalu dia memeluk Arka.
.
Setelah selesai makan Alca mengajak Viola bermain piano, Viola berdiri disamping Alca yang sedang bermain piano itu
"Coba!" Alca lalu beranjak dari tempat duduknya, lalu Viola duduk.
"Yang mana yang harus ditekan? semuanya putih, tidak ada bedanya kah?" gumam Viola dengan kebingungan.
"Doremifasolasido." Alca.
Viola menekan tutsnya dengan asal dan berakhir dengan nada tidak jelas.
"Berhenti! berhenti!" Alca.
Viola menoleh ke Alca.
"Aku tidak pernah seumur hidup duduk di sini, main piano lagi," Viola.
Alca menghela nafas, lalu Alca melihat jam nya dan sekarang sudah pukul 5 sore.
"Aku mau pergi, kalau ada apa-apa telpon." Alca.
Viola mengangguk.
Lalu Alca ingat tentang kejadian kemarin, Alca melihat ke jendela dan langitnya sangat cerah hari ini tidak mungkin turun hujan.
"Aku pergi!" Alca lalu pergi.
“Oh iya kak…yang lama ya hehe..” gumam Viola dengan senang.
Viola bernafas lega.
"Hah akhirnya aku bebassss..." teriak Viola dengan senang.
.
Keesokan harinya, kelas Viola sedang pelajaran olahraga dan Alca mengajar kelas mereka juga, anak-anak sedang berlatih basket satu persatu dan Alca yang menilai mereka.
"Pak Alca ganteng banget," gumam anak-anak itu.
Viola berdecak.
"Paan b aja." gumamnya.
"Viola." panggil Alca.
Lalu Viola maju ke depan, Gia terkejut saat melihat Viola dari belakang.
"Viola," Gia
Tapi Viola tidak mendengarnya
Lalu Viola mencoba memasukan bola ke ring tapi gagal.
Alca menghela nafas.
"Kenapa buruk dalam semua hal," gumam Alca dengan heran.
Viola berdecak kesal, lalu Alca melihat celana Viola yang ada bercak darah, Alca menoleh ke teman-teman Viola mereka sedang membicarakan Viola.
"Aduh Viola gimana sih.." gumam Gia dengan kesal.
Alca melepas jaketnya dan memakaikan untuk menutupi bagian belakang Viola.
"Kenapa? ada apa?" tanya Viola dengan heran.
"Sudah kubilang untuk stok pembalut kan," bisik Alca dengan kesal.
"Memangnya kenapa?" Viola masih tidak paham.
Alca menghela nafas.
"Maaf pak kami permisi dulu." Gia mengajak Viola pergi.
Alca menghela nafas.
“Anak itu benar-benar…” geram Alca dengan kesal.
.
Setelah itu Viola ganti pakaian, dia juga sudah memakai pembalut punya Gia.
"Kau beruntung sekali ada Pak Alca," Gia
Viola menghela nafas.
"Aku malu sama mereka," Viola dengan sedih.
"Tidak apa-apa wanita mah biasa begitu." Gia.
Viola mengangguk tersenyum.
.
Setelah itu mereka keluar dan mereka bertemu dengan Valdo.
"Viola," sapa Valdo sambil tersenyum.
Viola tersenyum.
"Kau sudah tahu ada belajar buat persiapan ujian nanti, kita bisa bebas memilih kelompok, jadi aku sudah memilihmu," ucap Valdo.
"A.a.aku?" sontak Viola dengan terkejut.
"Uwau.." gumam Gia dengan heran.
Valdo mengangguk.
"Kau juga mau sekalian?" Valdo ke Gia.
Gia menggelengkan kepalanya.
"Aku.. aku sama temen," jawab Gia. Sebenarnya dia tidak punya pasangan belajar kelompok tapi dia merasa Valdo ingin mendekati Viola jadi dia berusaha untuk memberikan kesempatan mereka untuk berdua.
Valdo mengangguk mengerti.
"Sama siapa kau?" bisik Viola dengan heran.
"Ada." Gia sambil tersenyum.
"Bagaimana Viola?" Valdo.
"Terima." bisik Gia.
Viola mengangguk.
Valdo tersenyum.
"Lalu pulang sekolah bisa kita belajar bareng?" Valdo.
"Tentu saja." Viola sambil tersenyum.
Dan setelah itu Valdo pergi karena Viola menyetujui hal itu.
"Wah gila kau sama Valdoo.." Gia dengan heboh.
"Aduhh dia pasti akan kaget karena aku bodoh," Viola dengan cemas.
"Semua orang tahu kalau kau di peringkat terakhir kok, tenang saja." jawab Gia sambil tersenyum.
"Kau menghiburku atau menghinaku sih?" tanya Viola dengan kesal.
“Tapi Valdo mengajakku karena iba sama peringkatku kah?” gumam Viola dengan heran.
"Wah pokoknya jangan sia-siain kesempatan emas ini, wah gila aku masih kaget saat Valdo di sini." Gia dengan kagum.
"Iya sih, tapi kenapa dia memilihku?" Viola dengan heran.
"Atau mungkin dia suka sama kau?" Gia.
"Eih jangan bercanda, mana mungkin tipenya seperti ku, tipe-tipe dia tuh yang kayak Angel." Viola
"Ya pikiran orang mah mana ada yang tahu," Gia.
"Bener juga sih." Viola.
.
Angel dan Alca sedang di perpustakaan, Alca sedang mengajari pelajaran yang tidak dimengerti Angel, saat Alca sedang menjelaskan materinya Angel malah senyum-senyum melihat Alca.
"Angel kapan kau bisa jika hanya melihatku?" tanya Alca dengan heran.
Angel terkekeh.
"Apa Bapak tidak punya pacar? Bapak tahu kota digosipkan pacaran loh," Angel.
"Fokus ke pelajaran." Alca.
Angel tersenyum.
"Iya pak," jawabnya dengan senang.
Setelah selesai dengan jam les privatnya dengan Angel, Alca kembali ke ruangannya.
"Wah Pak Alca, Bapak memang beruntung ya bisa dapat reputasi dari papanya Angel karena Bapak jadi guru privat kepercayaan Angel." puji guru sebelah Alca.
"Saya melakukan itu bukan untuk reputasi." Alca sambil tersenyum.
"Tapi itu tidak terjadi pada semua guru, mau sebaik apapun kita ke Angel kalau dia tidak menyukai kita ya percuma saja," guru itu dengan sedih.
Alca berdecak, dia sangat tidak menyukai hal ini, dia sangat paham kalau semua guru disini selalu mengutamakan Angel, dan tidak ada satupun guru yang berani memarahi Angel kecuali dirinya, Angel memang diistimewakan disini.
"Masuk!" guru matematika itu membawa beberapa murid yang tidak pernah mengerjakan tugas, dan guru-guru terkejut karena kelas bawah hampir semua muridnya masuk ke ruang guru.
"Astaga.." guru lain.
"Ini kenapa semua dibawa kesini bu?"
"Saya tuh capek banget sama kelas ini, satu anak pun tidak ada yang mengerjakan tugas sayaa," ucap guru itu dengan kesal, dia Bu Lita.
Alca melihat ada Viola juga disana, dia menghela nafas.
Viola memalingkan wajahnya dari Alca, dia takut Alca benar-benar akan membunuhnya sekarang.
"Angkat kaki kalian dan jewer kuping sampingnya." Bu Lita.
"Ya Ampun bu sakit tauk kalau gitu.." keluh Viola.
"Khusus Viola sama Gia ikut Pak Alca." Bu Lita.
"Saya?" Alca dengan heran.
"Bapak luang kan? tolong hukum apa saja ke mereka berdua saya sudah nyerah karena mereka paling bahagia disini." Bu Lita.
"Sisanya ikut saya!" Lalu Bu Lita keluar.
Alca menatap Viola dengan kesal.
Viola menundukkan kepalanya.
Dan setelah itu Alca membawa mereka berdua keluar, mereka mengikuti Alca dari belakang.
"Pak kita mau dibawa kemana?" tanya Gia dengan heran.
"Ikuti saya saja jangan banyak tanya." Alca.
"Iya pak." Gia sambil menundukkan kepalanya.
Lalu mereka masuk ke ruang musik, mereka heran karena mereka dibawa ke ruang musik padahal ruang musik terlihat sangat bersih.
"Kenapa kita kesini Pak?" Gia.
"Iya.. padahal masih bersih ruangannya," Viola.
Alca membalikan badannya ke mereka.
"Mulai saat ini saya akan menjadi guru kalian." Alca.
"Hm? guru apa nih maksudnya?" Gia dengan heran.
"Jangan-jangan... " Viola sudah feeling hal ini.
"Mencari bakat kalian!" Alca.
Viola membelakan matanya dengan terkejut.
"Tidak!!!!!!!!!" teriak Viola.