NovelToon NovelToon
Istrimu, Tapi Tak Pernah Jadi Pilihanmu

Istrimu, Tapi Tak Pernah Jadi Pilihanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Pernikahan Kilat
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yullia Widi

Aku pernah percaya bahwa cinta itu cukup.

Bahwa selama kita mencintai seseorang dengan sepenuh hati, ia akan tinggal. Bahwa kesetiaan akan dibalas dengan kesetiaan. Bahwa pengorbanan akan membuka jalan menuju kebahagiaan. Aku percaya, sampai kenyataan memaksaku membuka mata: tidak semua cinta menemukan jalannya, dan tidak semua istri benar-benar menjadi pilihan.

Namaku Nayla. Seorang istri di atas kertas. Di kehidupan nyata? Aku lebih sering merasa seperti tamu dalam rumahku sendiri. Aku memasak, mencuci, merapikan rumah, menyiapkan segala kebutuhan suamiku. Tapi tak sekalipun aku merasa dipandang sebagai seseorang yang ia banggakan. Tak pernah aku lihat binar di matanya ketika menatapku. Tidak seperti saat ia menatap layar ponselnya, tersenyum kecil, membalas pesan yang tak pernah kutahu isinya.

Aku dan Raka menikah karena keadaan. Aku menyukainya sejak lama, dan saat kami dipertemukan dalam sebuah kesempatan yang kelihatannya takdir, aku langsung mengiyakan tanpa banyak berpikir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yullia Widi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 : Bukan Aku yang Ia Cari

Aku menatap bayanganku di cermin kamar, mencoba membaca luka yang tak terlihat orang lain. Rambutku mulai kusut, kulitku terlihat lebih pucat, dan mataku… tampak mati. Aku kehilangan diriku perlahan-lahan, dalam pernikahan yang seharusnya menjadi tempatku tumbuh, bukan tempatku hancur.

Pagi ini, seperti biasa, Arvan bergegas pergi tanpa sepatah kata. Hanya suara pintu mobil yang menutup keras, meninggalkan denting perasaan yang retak. Kopi yang kubuat masih utuh di meja. Dinginnya kini menyaingi suasana rumah ini. Aku tak tahu sejak kapan ia tidak lagi menyentuh sarapan buatanku, mungkin sejak mulai menyukai kopi instan kantor, atau… sejak perempuan itu hadir kembali dalam hidupnya.

Perempuan itu. Sosok yang hanya kudengar dari desas-desus dan sisa-sisa chat yang belum sempat ia hapus. Namanya sering muncul, samar, seperti bayangan. Tapi cukup untuk membuatku tahu, aku tak pernah benar-benar menjadi pusat dunianya.

Kadang aku ingin marah, tapi pada siapa? Pada dia yang datang dan pergi sesuka hati? Atau pada Arvan yang membiarkannya masuk, bahkan setelah bersamaku?

Hari ini aku menemukan bukti lagi. Sebuah tiket konser. Dua lembar. Tanggalnya hari Sabtu kemarin malam saat Arvan bilang lembur. Tiket itu terselip di saku jaket kerjanya, tanpa rasa bersalah. Dan yang paling menyakitkan? Aku tahu, itu bukan untuk kami.

Aku duduk di tepi ranjang, menatap tiket itu dengan gemetar. Tak ada namaku di sana. Tak pernah ada aku dalam rencana akhir pekannya. Dan meski aku tahu dia berbohong, aku tetap menunggunya malam itu dengan hati yang menolak menyerah, dan pikiran yang mencoba mencari alasan.

“Kenapa kamu nggak pulang lebih awal?” tanyaku waktu itu. Tapi ia hanya menjawab singkat, “Banyak kerjaan.”

Aku terlalu sering membiarkan diriku percaya. Karena aku takut menghadapi kebenaran yang mungkin akan menghancurkan semua yang kupunya. Tapi sekarang, dengan tiket ini di tanganku, kebohongan itu menjadi terlalu jelas.

Dan sakitnya? Aku masih memikirkan bagaimana caraku membuat dia tetap bertahan.

Aku mulai bertanya pada diriku sendiri: kenapa aku masih di sini? Kenapa aku masih berusaha mencintainya, padahal aku tahu dia tidak lagi menaruh cinta yang sama? Apa karena janji pernikahan? Atau karena aku terlalu takut menjadi sendiri?

Malam itu, aku mencoba bicara. Aku duduk di meja makan sambil menunggu Arvan pulang. Kukumpulkan keberanianku yang tercecer selama bertahun-tahun.

Begitu pintu terbuka dan dia masuk, aku berkata pelan, “Kita bisa bicara sebentar?”

Dia meletakkan tasnya tanpa menjawab. Wajahnya lelah, atau malas aku tidak tahu. Tapi akhirnya dia duduk di seberangku. Mata kami bertemu, tapi tak ada lagi getaran yang dulu menghangatkan dada.

“Apa kamu masih mencintaiku?” tanyaku lirih.

Pertanyaan itu seperti melemparkan batu ke danau yang tenang. Diamnya bergelombang, tapi tidak ada jawaban.

“Aku istrimu, Van. Tapi aku tidak merasa jadi pilihanmu. Bahkan aku ragu, apakah aku pernah jadi yang kamu inginkan sejak awal.”

Arvan menunduk, menatap jemarinya. “Na, hidup ini kadang nggak berjalan sesuai rencana.”

Itu saja? Itu jawabannya?

Aku mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan air mata yang mulai mendesak keluar. Aku tidak ingin menangis lagi. Aku ingin terlihat kuat walau dalam hati aku sudah rapuh.

“Aku cuma butuh kamu jujur. Kalau kamu memang tidak mencintaiku lagi, aku akan pergi.”

Kata-kataku menggantung di udara, menggema di dinding rumah yang dulunya penuh tawa. Tapi dia tidak berkata apa-apa. Hanya diam, dan itu lebih menyakitkan daripada kata ‘tidak’.

Karena kadang, keheningan adalah konfirmasi paling jelas bahwa kamu tak lagi dibutuhkan.

Keesokan harinya, aku berkemas. Bukan karena dia menyuruhku pergi. Tapi karena aku tahu, aku tidak bisa bertahan jika terus seperti ini.

Aku menuliskan surat pendek, dan menaruhnya di atas meja makan.

“Arvan, aku lelah menjadi bayangan. Jika kamu sudah menemukan cahaya yang kamu cari, maka aku tidak akan berdiri di jalur itu lagi. Aku pergi bukan karena tidak mencintaimu, tapi karena aku harus mulai mencintai diriku sendiri.”

Aku keluar dari rumah itu dengan langkah berat. Tapi ada kelegaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Mungkin aku tidak menang dalam cinta ini, tapi aku tidak ingin terus kalah dalam hidupku sendiri.

Kupilih pergi. Kupilih sembuh.

Dan kupilih tidak menjadi perempuan yang mencintai lebih dari dirinya sendiri.

1
Mamah dini
raka atau arvan
Mamah dini
mudah2an pilihanmu yg sekarang ada benarnya nay, jgn diam kalau GK di anggap
Mamah dini
mampir thor, kasian kmu nay , semoga kedepan nya kmu bisa bahagia sm orang yg benar2 mencintaimu menghargaimu dn melindungimu, semangat terus nay .
yuliaw widi: Aamiin, Makasih Mamah dini 🤍 sudah mampir dan ikut merasakan luka Nay.
yuliaw widi: Aamiin, Makasih Mamah dini 🤍 sudah mampir dan ikut merasakan luka Nay.
total 2 replies
Dâu tây
Baca ceritamu bikin nagih thor, update aja terus dong!
yuliaw widi: Terima kasih! Tenang, update-nya bakal lanjut terus kok 🤍
total 1 replies
Jennifer Impas
Wow, aku gak bisa berhenti baca sampai akhir !
yuliaw widi: Makasih! Senang banget ceritanya bikin kamu terus baca 😍
total 1 replies
mr.browniie
Menggetarkan
yuliaw widi: Terima kasih banyak, senang sekali bisa menyentuh hati pembaca 🖤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!