Wang Bao pemuda pekerja keras menyelamatkan sepupunya dari sebuah kecelakaan, namun malah tertabrak dan melakukan transmigrasi ke dunia lain memasuki tubuh pemuda yang memiliki nama yang sama dengannya. Di dunia tersebut jiwa Wang Bao masuk ke dalam tubuh tuan muda dari keluarga bangsawan, mengetahui hal tersebut Wang Bao sengat senang hidup dengan kekayaan Wang Bao berpikir akhirnya tiba kesempatan untuknya bersantai tanpa harus bekerja mati-matian untuk mencari uang sayangnya ternyata Wang Bao terjebak ke dalam keluarga seniman beladiri, yang mengutamakan kekuatan membuat Wang Bao berpikir untuk melarikan diri dari dunia bela diri tapi semakin ingin melarikan diri Wang Bao semakin terjebak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mirna Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perpindahan Jiwa
"Bagaimana kondisi tuan muda?" Terdengar suara berat agak parau terlihat sedang berdiskusi pada seorang tabib berambut tipis dengan memegang jarum totok.
Sesekali pria berambut tipis itu menyeka keringatnya saat berusaha melakukan usaha terbaiknya untuk menyelamatkan orang sakit yang ada di hadapannya namun pada akhirnya tabib itu menyerah ia menghela nafas berat kemudian mulai mengemasi alat medisnya.
"Kondisinya tidak bagus, sebaiknya segera persiapkan pemakaman." Ucapnya pasrah.
"Humm, sudah kuduga." Gumam Ming Fu, lalu segera mengantar tabib ke gerbang utama.
"Bagaimana kondisinya?" Tanya pelayan lainnya penasaran.
Ming Fu menghela nafas berat, "sudah tidak ada harapan." Ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Segera kirim surat ke kediaman utama, Tuan muda Wang Bao sudah tiada dan tanyakan dimana ritual pemakamannya akan dilaksanakan."
Dua jam kemudian seekor burung pembawa pesan tiba, di dalam gulungan pesan yang dibawanya memerintahkan untuk mengadakan ritual di lembah saja, mayat tuan muda tidak perlu dibawa kembali ke kediaman utama.
Ming Fu terdiam lalu meminta pelayan yang ada untuk mempersiapkan ritual pemakaman.
Tubuh Wang Bao yang kurus kering karena sakit di pindahkan ke dalam peti mati lalu di simpan di aula berduka selama tiga hari.
Selama tiga hari tidak ada orang yang datang untuk mengunjungi mayat Wang Bao membuat Ming Fu frustasi, selama tiga hari dua malam Ming Fu sudah duduk di depan peti mati tuan mudanya itu hingga pada hari ke tiga tangisannya mulai pecah.
"Walaupun saat masi hidup tuan muda bukanlah majikan yang baik, nampak arogan dan pemarah tapi ini sungguh keterlaluan bagaimana bisa tidak ada satupun yang datang ke pemakamanmu, sungguh tragis." Gumam Ming Fu yang masih duduk di depan peti mati majikannya.
"Wang Bao!!!"
Terdengar teriakan dari luar, disusul masuknya perempuan paruh baya tengah menangis tersedu-sedu.
"Ibu, Hati-hati."
Nyonya Wang Zhi tidak sendiri ia datang bersama dengan putra ke-2 Wang Ziyu dan Putra ke-3 Wang Ping.
"Wang Bao!!!" Pekik Nonya Wang semakin sedih saat melihat tubuh Wang Bao begitu kurus terlihat tulang-belulang menonjol keluar.
Walaupun Wang Bao bukan darah dagingnya dan merupakan anak seorang selir Nyonya Wang Zhi tetap menyayanginya seperti anak kandung sendiri, sayangnya tiga tahun lalu Wang Bao menderita penyakit aneh.
Penyakit Wang Bao tidak diketahui saat semua orang menyerah untuk mengobati, tiba-tiba datang seorang pengembara yang mengatakan sebuah ramalan bahwa tubuh Wang Bao bukan sakit melainkan terkena karma dari leluhur ibunya tidak dapat disembuhkan dan membawa nasib buruk, hal itu membuat takut keluarga utama dan meminta untuk mengasingkan Wang Bao jauh di lembah hitam tidak berpenghuni.
"Aku terlambat, seharusnya aku datang lebih awal huhuhu..." Tangis Nyonya Wang Zhi, "Ibunya mati muda, kini anaknya pun mati muda menyusul ibunya, padahal aku sudah berjanji pada ibumu untuk menjagamu menggantikannya."
"Bagaimana bisa seperti ini?" Tanya Wang Ziyu, ikut prihatin melihat kondisi adik ke-limanya yang begitu tragis.
"Kondisi Tuan Muda Wang Bao tidak pernah membaik setelah meninggalkan kediaman utama tuan."
"Ibu, lebih mudah bagi Wang Bao untuk segera di semayamkan, mari kita beri penghormatan terakhir."
Nyonya Wang Zhi mengangguk, lalu mundur tiga langkah dibelakangnya berdiri kedua putranya diikuti oleh Ming Fu hendak memberikan penghormatan terakhir.
Uhuk..
Samar-samar terdengar suara batuk.
Uhuk... Uhuk...
Terdengar kembali suara batuk dan Kini semakin jelas.
"Ibu apa kau sakit?"
Wang Ping mendekati ibunya, memakaikan jubah miliknya berfikir bahwa ibunya terkena angin terlalu lama jadi batuk-batuk.
"Bukan ibu yang batuk."
Setelah pernyataan Nyonya Wang Zhi mereka lalu saling tatap.
"Lalu siapa yang batuk-batuk? " Ming Fu heran mencari ke sekeliling mengira pelayanan lainnya ada yang sakit.
"Uhuk... Hhuk... To-tolong." Terdengar suara lirih dari dalam peti mati di depan mereka.
"Peti matinya bersuara." Pekik Ming Fu.
Bakk.. Bakkk
"To-tolong... Aku tidak bisa bernafas."
Suaranya semakin jelas segera Wang ziyu dan Wang Ping membuka peti mati dan benar saja adik mereka Wang Bao membuka matanya.
"Wang Bao." Panggil keduanya hampir bersamaan.
Wang Bao terhentak mencengkram dadanya kuat, berusaha mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Rasa sakit di dadanya membuat Wang Bao kesulitan bernapas seperti ada beban berat yang menindihnya.
"Uhuk... Uhuk..
"Hah? Cepat berikan dia air." Minta nyonya Wang Zhi.
Ming Fu mengangguk segera berlari keluar beberapa saat kemudian ia datang membawa mangkok berisi air, kemudian dengan hati-hati memberikannya pada Wang Bao.
Wang Bao tidak segera bereaksi, matanya sibuk mengamati keseluruhan kediaman, penasaran apa yang dilihat Wang Bao mereka semua ikut menatap setiap apa yang dilihat Wang Bao.
"Apa ini prank?" Tanya Wang Bao sedikit kagum dengan ketelitian setting zaman kuno yang terlihat begitu nyata. "Mana Yu Cheng? Candaannya sudah keterlaluan." Gumamnya dengan berusaha keluar dari peti mati.
"Dasar kau Yu Cheng, berapa banyak uang ayahmu yang kau hamburkan untuk melakukan prank klise seperti ini."
Wang Bao tidak berhenti mengoceh sementara orang-orang bingung dengan tingkah laku dan ucapan Wang Bao yang tidak dapat mereka mengerti.
"Pa-p-panggilkan Tabib, cepat!" Nyonya Wang Zhi panik.
Segera Wang Fu berlari keluar hendak memanggil tabib.
"Wang Bao apa yang salah?" tanya Wang Ziyu.
"Ah! Saya meminta maaf atas nama sepupuku, dia masih belum dewasa Mohon para tuan-tuan tidak menagih bayaran terlalu tinggi atas properti yang dia pakai."
"Wang Bao!" Nyonya Wang zhi memastikan keadaan Wang Bao.
"Nyonya maaf tapi anda ini siapa?" Wang Bao menepis tangan Nyonya Wang Zhi.
"Wang Bao kau sudah benar-benar gila ya?" Wang Ping sedikit emosi melihat Wang Bao mendorong ibunya.
"Tunggu sebentar ya, Yu Cheng pasti berbunyi di sekitar sini."
Wang Bao berjalan dengan tertatih-tatih, mencari sepupunya Yu Cheng di seluruh tempat namun masih belum menemukan keberadaan Yu Cheng.
"Eh?"
Wang Bao mulai merasa ada yang tidak beres saat ia keluar melewati gerbang utama, sepanjang jalan tidak ada aspal dan sepanjang matanya melihat tidak ada gedung tinggi yang terlihat.
Segera Wang Bao panik, kesana kemari mencari jalan utama namun sepanjang yang dilihatnya hanyalah hamparan hutan bambu.
Semakin lama Wang Bao berjalan semakin masuk ia kedalam hutan, ketika melihat pohon tinggi segera memanjat naik berharap ia hanya tersesat di dalam hutan sayangnya usahanya sia-sia Wang Bao tidak melihat apapun dari sana benar-benar hanya hamparan hutan bambu.
"AKU ADA DIMANAAA!!!"
Wang Bao berteriak, tidak ada jawaban hanya suaranya yang terpantul kembali.
...***...