perjalanan seorang anak yatim yang berusaha menjadi pendekar untuk membalaskan dendam atas kematian pamannya karena perampokan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menyatroni Markas perampok
Ke tujuh anak buah perampok itu langsung mengepung Arya
" he he he , tahun depan akan jadi perayaan kematianmu bocah!" teriak salah satu dari perampok itu dan sepertinya ia adalah pemimpin di kelompok ini .
" belum tentu," jawab Arya santai, tanpa sepengetahuan para perampok itu , Arya menaburkan racun pelemah yang ia buat saat berada di dasar jurang kematian.
Racun itu tak berbau, juga tak berwarna , Arya bisa saja melumpuhkan mereka semua tapi pasti ada yang berhasil kabur nantinya, untuk mencegah itu dan menghemat tenaga Arya memakai racun .
" kurang ajar kalau begitu matilah !" salah seorang yang geram langsung mengangkat goloknya dan hendak menebas Arya
" eh"
Bruk
Perampok itu tersungkur, racun yang Arya sebar membuahkan hasil . perampok yang lain bingung melihat temannya terjatuh , namun tak lama mereka pun merasa lemas, tulang mereka seakan tak mampu menopang tubuh mereka
bruk
bruk
bruk
semuanya terjatuh ,
" apa yang kau lakukan pada kami!" teriak pemimpin kelompok itu
" tak , ada hanya sedikit racun, " jawab Arya santai.
" cepat berikan penawarnya!" serunya lagi,
" he he he, jawab dulu pertanyaan ku, baru aku berikan, kalau tidak, racun itu akan menggerogoti kalian hingga menjadi cairan" Arya tertawa dan mengancam mereka , sebagian dari mereka pucat namun sebagian tak percaya.
" kamu pasti berbohong!" bentak pemimpin itu tak percaya.
" Arya melompat cepat ke semak , tak lama ia kembali dengan seekor ular piton sebesar lengan .
" kalian tak percaya?, lihat ini!" seru Arya , ia melolohkan serbuk racun pada ular itu lalu menggeletakan di depan perampok itu.
.tak lama ular itu lemas seperti gejala yang mereka alami, dan tak lama mereka melihat ular itu menggeliat dengan desis keras dan tak lama diam tak bergerak lagi, tubuhnya perlahan menciut dan akhirnya hanya tersisa cairan merah kental.
Glek
para perampok itu menelan ludah kasar
.." kau ingin bertanya apa,, tapi tolong lepaskan kami" pinta pemimpin kelompok itu ketakutan .
" siapa saja yang di utus ke desa ini?" tanya Arya, sambil menatap mereka satu persatu.
" kalau ke desa ini hanya kami" jawab mereka
" ada berapa orang di markas kalian dan siapa pemimpinnya ?" tanya Arya lagi.
" ada 42 orang, kami di pimpin oleh tiga ketua." jawab ketua kelompok itu.
" baiklah ,kalau begitu selamat tinggal" ucap Arya , tubuhnya berkelebat cepat ,jarinya bergerak menotok urat kematian mereka
" Argh"
" argh"
" kamu berbohong , katanya mau melepaskan kami!" teriaknya ketakutan
" melepaskan kalian!, hanya akan menjadi penyakit di kemudian hari!" ucap Arya mendengus.
satu persatu mereka berjatuhan, dan tewas di tempat , Arya tak memberi ampun pada mereka , bayangan kematian paman yang tertembus anak panah masih membayang di mata.
Arya mengubur mereka di hutan desa yang tak jauh dari sana, agar tak jadi penyakit karena mayat mereka yang membusuk nantinya. Belum lagi ia tak tahu efek dari racun yang ia taburkan pada mereka, setelah membersihkan area itu dari racun ia melesat , tujuannya ke gunung Elang, di mana para perampok itu berkumpul.
saat sampai di gunung Arya berjalan mengendap endap, gunung elang jarang ada yang mendaki karena menjadi sarang perampok sejak puluhan tahun yang lalu. Pohon pohon rindang dengan akar menjuntai di sepanjang jalan.
keaaaak
keaaaak
beberapa burung elang kaget dan berterbangan panik saat Arya meloncati pepohonan tempat mereka bersarang.
" ssssssst, jangan berisik, nanti aku ketahuan" ucap Arya pada elang elang itu .
markas Perampok di gunung elang ternyata sangat megah, bangunan nya kokoh , dengan gerbang besar dan beberapa penjaga bolak balik berjalan menjaga gerbang .
Arya tak mungkin masuk lewat depan ,ia harus menyelinap dan melemahkan lawan dari dalam.
Arya melihat sekeliling , ia melihat di belakang markas Perampok itu ternyata jurang , dan angin berhembus dari sana masuk ke dalam markas.
" seperti nya aku harus memakai racun bius. Jika aku memakai racun mematikan takutnya ada sandera di sana" gumam Arya yang melihat keadaan di sekitar.
Shuut
Arya meloncat dan menuju jurang yang di lihatnya, ia memperkirakan arah angin yang pas ,agar semua bubuk racunnya bisa menyebar sempurna di markas itu.
Arya menaburkan racun biusnya di beberapa tempat , dan ia menunggu untuk beberapa saat sambil menuju ke gerbang depan lagi.
" berhasil, oye oye!" teriak Arya senang, saat melihat empat penjaga gerbang di depan terlihat menggeletak.
" banguuun!" apa yang terjadi!" suara menggelegar terdengar dari dalam markas , rupanya ada beberapa orang yang tak terpengaruh oleh racunnya .
Dredeeeeeek
Gerbang terbuka, tiga orang dengan pakaian hitam keluar , dari markas Perampok itu
" sepertinya mereka pemimpin perampok ini?" tanya Arya dalam hatinya
" kakang ada tak beres, semua tertidur hanya kita bertiga yang tidak!" seorang yang berpenampilan plontos berbicara .
" sepertinya iya , ini seperti dupa penidur?" sahut salah satu dari mereka yang di panggil kakang oleh plontos tadi.
" Adi , braja ,coba kau lihat tawanan kita , siapa tahu ada yang akan membebaskannya!" teriak
." baik kakang!" yang di panggil braja dengan cepat masuk kembali ke dalam markas
" ternyata benar ada yang mereka sandera" gumam Arya ,yang memperhatikan dari atas dahan
dua pemimpin itu memeriksa penjaga gerbang dan berusaha menyadarkannya namun tak bisa juga.
" wuuut"
plaaaak
aduuuh
Si kepala plontos menjerit kesakitan saat sebuah batu mengenai kepalanya.
" siapa itu!, keluar" teriak plontos marah , kini di kelapanya yang plontos terdapat hiasan benjol kemerahan.
" he he he, botak benjol nya kurang satu lagi, kalau ada dua pasti kamu mirip babi bertanduk " ucap Arya tertawa sambil turun dari pohon.
" kurang ajar, kau belum tahu siapa aku,!" teriak botak marah,
Arya menggeleng
" Belum , kan baru ketemu, kenalan dong" ucap Arya sambil mengulurkan tangan mengajak si plontos bersalaman .
" huh, aku kebo gundul" ucap plontos tanpa sadar menyambut uluran tangan Arya.
" aku dewa kematian" Arya melesat setelah berkata ,
wuuut
duugh
aaaargh
Kebo gundul yang mendapat tendangan di perut buncitnya menjerit dan terjatuh.
Wuuut
Kakak si plontos melihat adiknya mengaduh dan terjatuh langsung menyerang Arya
plak
plak
Arya menyambut serangan tangan Kakak plontos ,
Arg
Kakak plontos menjerit, saat lengan mereka beradu, tangannya kesemutan dan ada hawa panas yang masuk ke dalam tangannya.
Aaargh
Plontos yang tadi ke tendang ,tiba tiba menjerit kesakitan, tubuhnya yang subur perlahan memerah
" kau ....kau memakai tapak merah!" ucap kakak plontos ketakutan , tangan yang di tangkis Arya pun kini memerah seperti pukulan Tapak merah.
Aaargh
aaaargh
keduanya tiba tiba menjerit lagi, kini bukan hanya tempat mereka beradu tenaga atau yang terpukul berwarna merah, tetapi sekujur badan, mereka kepanasan seperti sedang berada dalam air panas ,
" toloooong "
" toloooong "
keduanya berkelojotan sambil berteriak minta tolong,
" kakang, Adi, apa yang terjadi!" Braja yang tadi masuk ke dalam markas keluar mendengar teriakan kedua saudaranya.