Sahara, si arwah penasaran yang sekarang sudah menjadi pendamping keluarga Darmawan masih harus terus berperang melawan para jin dan manusia yang masih ingin mengganggu keluarga itu.
Tapi sekarang dia tidak hanya di temani Rukmini atau Gandra saja, ada dua anaknya yang merupakan algojo yang mendampingi Dimas dan Kania yang terikat perjodohan darah. mereka adalah Argadana dan Anggadana.
Bintang dan Galuh juga masih terus membantu anak anak mereka agar bisa hidup dengan tenang dalam masa penyatuan perjodohan itu.
mampukah Sahara dan kedua anaknya melindungi keluarga Darmawan terutama Dimas dan Kania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merayu Sahara
Rukmini meminta Sahara untuk keluar saja dari pertarungan karena sepertinya Sahara sudah mengeluarkan banyak energinya untuk membuat para pocong itu terlihat oleh mereka, hingga tubuh Sahara lemas dan perlu menarik energi baru.
"Hhrrr... Hrrrr.."
"Jangan terus menggeram! Kami bosan mendengar itu!" bentak Gandra segera membanting pocong terakhir itu sampai si pocong terbakar habis
"Ikuti asap asap itu, asap itu akan menuju ke tempat orang yang mengirim mereka" ucap Rukmini segera terbang bersama Hala sementara Gandra akan menemui Sahara untuk memberikan energi miliknya agar Sahara bisa segera pulih.
"Di mana Sahara" gumam Gandra terus mencari istri cantiknya itu
"Sahara" panggil Gandra di atas atap rumah Bintang
"Ayahanda, Ibunda tidak ada di sini, Ibunda sedang isi energi di dalam, makan singkong bakar dan rendang" ucap Anggadana
"Lalu kalian sendiri kenapa malah di sini?" tanya Gandra
"Kami mengawasi tokek kami Ayahanda, supaya dia bekerja dengan benar" jawab Anggadana menunjuk siluman buaya berukuran sebesar rumah Bintang yang sedang rebahan di lahan Bintang
"Pastikan dia tidak menghancurkan lahan Bintang"
"Siap Ayahanda" jawab keduanya
Gandra turun kembali dan menuju ke dapur Bintang, terlihat di sana Sahara sedang duduk di bawah meja dengan sepiring rendang juga nasi dan sayuran, di sampingnya ada Lingga yang sedang menyiapkan es buah dan juga beberapa makanan yang Sahara sukai.
"Ayolah Sahara, ijinkan aku untuk melihat anak anakmu itu, Gandra saja tidak bisa aku lihat, hanya kamu dan nenek Rukmini yang bisa aku lihat" bujuk Lingga yang ternyata berniat merayu Sahara agar membuatnya bisa melihat anak anak Sahara
Gandra hanya menyaksikan itu dari sudut dapur Bintang sambil terkekeh karena Sahara yang asik makan sama sekali tidak terganggu dengan ocehan Lingga.
"Eeuuu, Alhamdulillah, tinggal minum es buah" ucap Sahara yang sudah bersendawa tapi masih juga ingin meminum es buah dari Lingga
"Sahara" rengek Lingga
Grep. Tak.
"Sudah sana, anak anak Sahara ada di atas genteng, kamu bisa lihat mereka di sana" jawab Sahara menjitak kening Lingga dengan sedikit percikan sinar hijau yang masuk ke dalam kepala Lingga.
"Aakhhh!" kenapa ada kaki berbulu di sana?" pekik Lingga yang melihat wujud asli Gandra. Gandra segera merubah wujudnya seperti seorang manusia dan menghampiri Lingga juga Sahara.
"Hihihihi.. Itu Gandra, suaminya Sahara, kan kak Lingga juga pernah lihat dia dulu" ucap Sahara
"Iya, tapi wujud yang tadi itu baru pertama aku lihat" ucap Lingga dengan wajah pucat karena sosok Gandra asli tingginya bahkan sama dengan atap langit langit rumah Bintang yang berlantai dua.
"Salahmu sendiri ingin melihat hal yang sebenarnya akan membuat kamu tidak bisa tidur, kamu pikir bangsa kami seperti kalian, sama sekali tidak" ungkap Gandra
"Apa aku akan melihat semuanya?" tanya Lingga
"Iya, semuanya" jawab Sahara polos
"Jangan takut, jika kamu melihat bangsaku, pura puralah tidak melihat mereka, kami kadang menyerupai manusia tapi kami tidak akan persis seperti manusia pada umumnya, orang yang punya indra keenam bisa melihat itu" ucap Gandra
..........................
Sementara itu, Rukmini dan Hala terus mengikuti arah asap dari para pocong itu yang ternyata mengarah pada sebuah rumah besar yang ada di tengah perkebunan karet.
"Tak salah lagi, itu perbuatan Samad" ucap Rukmini berdiri di luar lahan Samad
"Kamu benar Rukmini, orang ini yang tidak pernah ber urusan dengan tuan Galuh dan juga Bintang, sekarang malah terang terangan memusuhi mereka" jawab Hala
Perkebunan Samad juga tidak di biarkan kosong, ada sosok jin terwujud kuda yang menjaga tempat itu bersama para pasukannya.
Pyar.
Sebuah bola api melayang ke arah Rukmini dan Hala, jika mereka tidak sigap, mungkin mereka sudah terbakar saat itu juga.
"Apa yang di lakukan budak keluarga Darmawan dan Raharja di sini!" bentak jin berwujud kuda itu yang bernama Doka dengan suara tegas.
"Aku hanya mengikuti beberapa pengganggu yang berani menghancurkan acara pembukaan bengkel cucuku!' jawab Rukmini tak kalah tegas
"Kalian salah tempat kalau ke sin!"
"Kami tidak salah, karena memang asap itu masuk ke dalam rumah tuanmu!" jawab Hala
"Pergi atau aku akan menyerang kalian sekarang juga!" bentak Doka
"Untuk apa aku pergi, aku berada di luar lahan Samad, dan satu lagi, kita para jin di larang untuk menyerang jin yang tidak masuk ke dalam kahan keluarga yang kita lindungi" jawab Rukmini tidak takut sama sekali
"Sialan! Kenapa siang siang begini aku harus bertemu dengan jin licik seperti kalian!" umpat Doka
"Akan lebih sial lagi kalau kamu dan tuanmu itu masih tetap mengganggu keluarga yang kami lindungi, kamu pikir kami tidak tahu kalau selama ini kamu dan pasukan mu terus masuk ke dalam lahan Darmawan dan Raharja setiap malam!" sindir Rukmini
"Jangan menuduh!" ujar Doka
Brak.
Rukmini melempar satu sosok kuda berwarna hitam ke depan Doka, sosok kuda itu hanya tinggal kepalanya saja karena tubuhnya sudah di makan oleh siluman buaya peliharaan Argadana dan Anggadana.
"Daru! Anakku!" teriak Doka memeluk kepala anaknya yang sudah di habisi Argadana
"Mau menyangkal? Terima akibat dari kelancanganmu masuk ke lahan Darmawan!" bentak Rukmini
"Kalian menabuh genderang perang denganku!" ucap Doka emosi
"Silahkan datang jika kamu mampu menembus pagar gaib yang kami buat, anakmu saja bahkan sampai hancur seperti itu, aku tidak sabar melihatmu juga hancur, agar Samad juga tidak bisa lagi berbuat jahat pada tuan Galuh dan Bintang" sinis Hala
"Kamu pikir kami takut Doka, kami ini bahkan sudah lebih lama hidup di dunia yang fana ini Doka, jangan meremehkan kami karena kami tidak pernah membuat masalah dengan siapapun" ungkap Rukmini
"Kami diam dan tidak membuat keributan, tapi bukan berarti kami takut dengan jin lain ataupun setan lain di luar sana" ungkap Hala
Doka terus memeluk kepala anaknya Daru, dia menghilang dari sana dan terlihat terbang ke arah tengah lahan Samad dan mengabaikan Rukmini juga Hala yang hanya menatap datar sosok Doka yang terus menangisi kematian anaknya.
"Pantaskah dia menerima ini Hala?" tanya Rukmini
"Dia sama seperti kita Rukmini, hanya Abdi seorang manusia, hanya saja bedanya kita di berikan manusia yang bisa menghormati kita, Doka di berikan manusia yang hanya memperbudak dirinya saja" jawab Hala juga prihatin dengan Doka
"Ayo kembali ke rumah Bintang, dan bersihkan semua energi negatif di sana sebelum kita memasangi pagar gaib di tempat itu" ajak Rukmini dan mereka berdua langsung terbang kembali ke rumah Bintang.