NovelToon NovelToon
Seharum Cinta Shanum

Seharum Cinta Shanum

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Selingkuh / Cinta Terlarang / Ibu Mertua Kejam / Pelakor jahat
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Shanum dan Wira Wiguna sudah menikah selama 6 tahun dan memiliki seorang anak bernama Mariska namun kebahagiaan mereka harus diuji saat Niar, mertua Shanum yang sangat benci padanya meminta Wira menikah lagi dengan Aura Sumargo, wanita pilihannya. Niar mau Wira menikah lagi karena ingin memiliki cucu laki-laki yang dapat meneruskan bisnis keluarga Wiguna. Saat itulah Shanum bertemu Rivat, pria yang membuatnya jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebaikan Hati

Kembalinya Niar ke gubuk tua itu setelah mengetahui Shanum berhasil kabur, bagaikan badai yang menerjang. Wajahnya merah padam, urat-urat di lehernya menonjol, dan matanya menyalang penuh amarah. Ia tak henti-hentinya memaki kedua orang suruhannya yang terhuyung-huyung ketakutan.

"Kalian ini dungu atau apa, hah?!" teriak Niar, suaranya melengking memecah keheningan ladang. Ia menunjuk-nunjuk ke arah pintu gubuk yang terbuka dan tali yang tergeletak di lantai. "Dia sudah kabur! Wanita lemah itu bisa lolos dari kalian berdua?! Kalian ini benar-benar tidak becus!"

Niar mondar-mandir di depan mereka, gesturnya dramatis. Ia menjambak rambutnya sendiri saking frustrasinya. "Aku sudah bilang, jaga dia baik-baik! Sekarang dia hilang! Kalian tahu ini berarti apa?!"

Kedua pria itu hanya bisa menunduk, tidak berani menatap mata Niar yang penuh kobaran api. Salah satu dari mereka mencoba berbisik, "Kami sudah mencari di sekitar sini, Nyonya... tapi tidak ada jejak."

"Omong kosong!" Niar berteriak heboh, suaranya semakin tinggi. "Kalian pikir aku bodoh?! Pasti kalian tertidur! Dasar pemalas! Aku tidak akan memaafkan kalian kalau sampai Shanum tidak ketemu!"

Ia melayangkan tendangan ke arah kaki salah satu pria, meskipun tidak mengenai, namun cukup untuk membuat mereka tersentak. "Aku sudah merencanakan semuanya dengan sempurna! Dan kalian merusaknya! Kalian tahu berapa banyak uang yang sudah aku keluarkan untuk ini?! Kalian ini benar-benar sampah!"

Niar terus mengumpat, mengeluarkan setiap kata kasar yang ia tahu. "Dasar pecundang! Parasit! Jangan sampai wanita itu kembali ke Wira! Kalian mengerti?! Jika sampai dia kembali, aku akan pastikan kalian berdua tidak akan pernah melihat matahari lagi!" Ancaman itu dingin dan serius, membuat kedua pria itu bergidik.

"Cari dia sekarang juga! Sampai ke pelosok desa ini! Kalau perlu, bakar semua gubuk dan rumah yang mencurigakan!" perintah Niar, matanya dipenuhi kegilaan. "Aku tidak peduli bagaimana caranya! Temukan dia! Hidup atau mati, dia harus ada di hadapanku!"

Niar meraih ponselnya, menelepon seseorang dengan tangan bergetar. "Tambah orang! Perintahkan mereka untuk menyisir setiap jengkal area ini! Shanum harus ditemukan! Sekarang!" Ia berbicara dengan nada panik namun penuh otoritas.

Kemarahan Niar tak terbendung. Hilangnya Shanum adalah pukulan telak bagi egonya. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa wanita yang ia anggap rendah bisa lolos dari genggamannya. Perburuan Shanum telah dimulai, dan Niar bersumpah, ia tidak akan berhenti sampai wanita itu kembali ke dalam kekuasaannya.

****

Shanum duduk di bangku kayu panjang di dapur sederhana itu, selagi Rivat menceritakan singkat kisah Shanum kepada kedua orang tuanya. Pak Pamuji, seorang pria paruh baya dengan sorot mata teduh dan senyum kebapakan, duduk di seberang Shanum. Sementara Bu Roro, wanita berperawakan mungil dengan wajah hangat dan sorban batik di kepalanya, duduk di samping Shanum, sesekali mengusap punggung wanita muda itu.

Setelah Rivat selesai, keheningan menyelimuti ruangan. Hanya suara jangkrik dari luar yang terdengar. Shanum menunduk, masih merasa malu dan takut dengan kondisinya.

"Ya Tuhan, Nak," Bu Roro memecah keheningan, suaranya lembut dan penuh keprihatinan. "Kasihan sekali kamu. Ibu tidak bisa membayangkan bagaimana perasaanmu."

Pak Pamuji mengangguk, raut wajahnya menunjukkan simpati yang mendalam. "Sungguh kejam perlakuan mertuamu itu, Nak. Tidak seharusnya seorang ibu mertua memperlakukan menantunya seperti itu." Ia menatap Shanum dengan tatapan menenangkan. "Tapi syukurlah kamu bisa selamat dan sampai di sini."

Shanum mendongak, matanya berkaca-kaca lagi. "Saya... saya tidak tahu harus berterima kasih bagaimana, Bapak, Ibu. Kalian sudah menyelamatkan saya."

"Tidak perlu sungkan begitu, Nak," kata Bu Roro sambil menggenggam tangan Shanum. "Manusia itu harus saling tolong-menolong. Apalagi kamu dalam kesulitan seperti ini." Ia tersenyum tipis. "Anggap saja rumah ini rumahmu sendiri sekarang. Kamu bisa tinggal di sini selama yang kamu mau, sampai keadaan aman."

"Betul kata Ibu, Nak," tambah Pak Pamuji. "Kamu tidak perlu khawatir soal apa pun di sini. Kami akan menjagamu. Rivat juga akan membantu sebisa mungkin."

Rivat mengangguk setuju. "Kami akan memastikan Ibu aman, Bu Shanum. Tidak ada yang akan berani mengganggu Ibu di desa ini."

Hati Shanum terasa sedikit lapang mendengar kata-kata tulus dari keluarga Rivat. Setelah pengalaman pahit yang baru saja ia alami, kebaikan yang tulus ini terasa seperti oase di padang gurun. Ia merasa ada secercah harapan.

"Tapi... mertua saya pasti akan mencari saya," ucap Shanum, kekhawatiran masih tersisa. "Dia punya banyak orang dan kekuasaan."

"Jangan khawatirkan itu dulu, Nak," kata Pak Pamuji. "Desa kami ini terpencil, tidak mudah ditemukan jika tidak tahu jalannya. Dan kami juga akan berhati-hati. Yang penting sekarang kamu pulihkan diri dulu. Makan yang banyak, istirahat yang cukup. Kesehatanmu adalah yang utama."

Bu Roro menyodorkan semangkuk bubur hangat pada Shanum. "Ayo, Nak, dimakan. Dari semalam kamu belum makan apa-apa."

Shanum meraih mangkuk itu dengan tangan gemetar. Rasa lapar yang ia tahan akhirnya menyeruak. Di tengah kesederhanaan gubuk itu, Shanum menemukan kehangatan dan rasa aman yang tak pernah ia dapatkan dari rumah mewah mertuanya. Keluarga Rivat, Pak Pamuji, dan Bu Roro, dengan tulus menunjukkan kasih sayang dan kepedulian.

****

Kembali ke rumah mewahnya di Jakarta, Niar mengempaskan tubuhnya ke sofa dengan kasar. Wajahnya masih memerah karena amarah dan frustrasi yang memuncak. Rencana penculikan Shanum yang gagal total membuat dirinya seperti terbakar. Ia tidak bisa menerima kekalahan ini.

"MAULIDA!" teriak Niar, suaranya menggelegar memenuhi seisi rumah. Ia memanggil asisten rumah tangganya itu dengan nada penuh kemarahan.

Tak lama, Maulida muncul tergopoh-gopoh dari dapur, wajahnya pucat pasi. Ia tahu betul arti teriakan Niar yang seperti itu. "Iya, Nyonya? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya takut-takut.

Niar bangkit dari duduknya, menatap Maulida dengan sorot mata tajam yang menusuk. "Bantu apa?! Kau ini tidak becus mengurus rumah! Apa gunanya punya asisten rumah tangga kalau semuanya berantakan seperti ini?!" Niar menunjuk sembarangan ke arah meja kopi yang sebenarnya sudah rapi.

Tanpa peringatan, Niar meraih vas bunga kristal yang berisi mawar merah di atas meja dan melemparkannya ke lantai dengan sekuat tenaga. Vas itu hancur berkeping-keping, suara pecahannya yang nyaring memekakkan telinga, membuat Maulida terlonjak kaget. Aroma mawar dan air membasahi karpet mahal.

"Nyonya, ada apa?" Maulida bertanya, mencoba menenangkan diri, meskipun tubuhnya gemetar.

"Apa?! Kau tanya ada apa?!" Niar semakin kalap. Ia mengambil gelas air minum yang terletak di dekatnya dan melemparkannya juga ke dinding. Gelas itu pecah, airnya memercik ke mana-mana. Suasana menjadi gaduh oleh amukan Niar yang tak terkendali. "Kau tahu aku sedang kesal! Dan kau malah bertanya ada apa?!"

Maulida hanya bisa menunduk, tidak berani membantah. Ia tahu bahwa ini adalah pelampiasan amarah Niar akibat sesuatu yang terjadi di luar rumah, dan dialah sasaran termudahnya.

"Dasar tidak berguna! Kalian semua memang tidak becus!" Niar terus mengumpat, matanya menyalang ke arah Maulida. "Aku sudah muak dengan semuanya! Wanita itu, Shanum, dia berani melarikan diri! Berani-beraninya dia melawan aku!"

Niar menjambak rambutnya sendiri saking frustrasinya. "Aku harus menemukan Shanum! Bagaimanapun caranya! Tidak akan kubiarkan dia hidup tenang setelah mempermalukan aku seperti ini!"

Ia berbalik, mondar-mandir di ruang tamu yang kini berserakan pecahan kaca. "Telepon semua orang! Suruh mereka mencari Shanum! Di setiap sudut kota ini! Periksa semua terminal, stasiun, bandara! Dia tidak boleh lolos! Aku tidak akan pernah memaafkannya!" Niar terus berteriak, amarahnya meluap-luap.

1
Rohmi Yatun
dari awal cerita kok wira sama Bpk nya tu gk pinter jdi laki2.. heran aja🤔
Hatus
Shanum yang sabar ya.. terkadang mendapat suami baik ada aja ujiannya, apalagi jika ujian itu dari mertua 🥹
Hatus
Padahal, senang itu di puji🤭
Hatus
Romantisnya 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!