NovelToon NovelToon
Cinta Yang Sederhana

Cinta Yang Sederhana

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Istri ideal / Slice of Life
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: De Shandivara

Aditya patah hati berat sebab Claudia—kekasihnya— memilih untuk menikah dengan pria lain, ia lantas ditawari ibunya untuk menikah dengan perempuan muda anak dari bi Ijah, mantan pembantunya.

Ternyata, Nadia bukan gadis desa biasa seperti yang dia bayangkan sebelumnya. Sayangnya, perempuan itu ternyata sudah dilamar oleh pria lain lebih dulu.

Bagaimana kisah mereka? Ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Bermalam

Rasanya sudah begitu mengantuk, ia lelah setelah seharian ini berkeliling kota. Namun, begitu dia sudah kelar dari kamar mandi bahkan sengaja berdiam diri duduk di atas closet, lebih dari sejam berada di dalam sana, baru muncul di benaknya untuk keluar.

Berharap, ketika dia keluar, Aditya sudah tertidur karena jujur saja dia akan merasa malu tidur seranjang berdua.

Terlebih pakaian tidurnya yang terlalu sexy menurutnya. Stelan piyama berbahan satin berwarna merah muda yang kini melekat di tubuhnya.

Terpaksa dia pakai, tidak ada pakaian ganti lain. Itu yang diberikan oleh staf hotel ketika mereka meminta piyama untuk sepasang suami istri. Memang tersedia, meski harus memberikan biaya lebih. Dan sangat disayangkan karena hanya untuk satu malam.

Sebelum pintu itu digedor oleh Aditya, Nadia memutuskaan untuk keluar lebih dulu dari persembunyiannya.

Benar, Aditya memang memejamkan mata di atas ranjang itu. Dengan dia yang sudah berselimut dan melipat kedua tangannya, bersandar setengah badan di atas tumpukan bantal.

Nadia pikir, dia akan mengganggu tidur seeokor singa kalau naik ke ranjang yang sama. Lalu, Aditya akan terbangun.

Tidak-tidak. Aku tidak boleh mengganggunya. Pikir Nadia.

Ia berjalan mengendap-endap. Mengambil satu bantal yang nganggur di ujung. Ia menarik perlahan. Berjalan mengendap-endap lagi menuju sofa.

Iya, lebih baik malam ini aku tidur di sana.

“Ekhem!”

Namun, suara itu membuatnya terkejut dan langsung tiarap supaya tidak terlihat. Dari bawah ranjang itu, dia dapat melihat kaki yang turun ke bawah. Lalu pemilik kaki itu berdiri tegak, menghadap samping, lalu berjalan lurus.

Melewatinya menuju kamar mandi dan mengetuknya seraya bertanya.

“Nadia, masih di dalam? Nad?”

Nadia masih pada posisinya, tentu bukan tempat persembunyian yang baik.

“Eh buset! Nad?!” kata Aditya terkejut melihat seseorang bersujud di atas karpet.

“Nadia? Ngapain, kamu?”

Nadia bangkit. Dengan senyum meringis, dia memeluk bantalnya.

“Tadi ini, A. Apa itu, anu...” Dia tidak bisa berkata-kata.

Dia semakin gugup ketika Aditya berjalan mendekat padanya.

Karena dia juga sedang malu, piyama dari hotel memang berlengan panjang, tetapi model celana bahan yang tipis dan cukup ketat di badannya. Dia malu berpakaian seperti itu di depan pria, termasuk Aditya.

“Belum tidur, A?” tanya Nadia saat Aditya tepat berdiri di depannya yang diam dan hanya menatap.

“Mau. Tunggu kamu, di kamar mandi lama banget. Ayo, tidur. Sama-sama,” jawabnya sambil meraih satu tangan Nadia.

“A,” kata Nadia menahan Aditya yang kian mendekat.

Aditya memandangi dari atas ke bawah. Pada kaki Nadia yang selalunya terbungkus stocking panjang itu, kini terlihat lagi setelah kejadian sialan di hotel itu.

Kakinya yang benar-benar mulus, bersih, dan kemerahan seperti kaki bayi.

“Lama banget di kamar mandi, ngapain saja di dalam sampai aku ketiduran.”

“Euh, maaf, tadi...” kata Nadia gugup.

Namun, dia tak sempat menjawab. Tangan Aditya sudah meraih dagunya. Memaksa Nadia mendongak dan kurang dari tiga detik bertatapan, Aditya sudah lebih dulu mengecup bibir Nadia.

Cuma menempel. Namun, diam dan cukup lama sampai Aditya yang memulai untuk menggerakkan perlahan miliknya.

Menekan dan merasakan betapa kenyal dan segarnya bibir Nadia yang sangat berbeda dari bibir perempuan manapun jua.

Biar Aditya menggerakkan miliknya lebih dalam dan terus menuntut, Nadia hanya diam dan terkepal erat genggaman tangannya memeluk bantal.

Tanpa sadar, Aditya terlalu menuntut hingga dia harus terhenyak dan terhenti ketika Nadia nyaris terjengkal karena ia yang terus mendorong tubuh hingga condong ke belakang tanpa sengaja.

Matanya terbuka, sejak tadi memang mata Nadia tidak terpejam, berbeda dengan Aditya yang menikmati manis dan ranumnya bibir Nadia yang dia kecup untuk yang pertama kalinya.

Dua pasang mata itu bertatapan.

Pandangan Aditya turun pada bibir kecil Nadia yang menjadi lebih merah dan basah, semburat senyum pun muncul di bibir Aditya.

Aditya menyadari benar, jika ciuman itu seperti baru pertama pertama kali baginya yang terlihat bagaimana perempuan itu tak berpengalaman sama sekali.

Sangat kaku dan tidak ada pergerakkan untuk membalas.

Aditya mengusapnya bibir Nadia, benar-benar berwarna pink asli. Sehat, lembab, dan manis bukan karena rasa varian lipstrik.

“Kok diam saja?” tanya Aditya lembut membenarkan kerudung Nadia yang berantakan sebab ulahnya.

Dia merapikannya kembali.

Sedangkan Nadia gemetar di dalam jiwa. Suara Aditya seketika terdengar berbeda, terdengar lebih halus, lembut, dan mendayu-dayu yang pernah Nadia dengar dari mulut pria itu.

Nadia menggeleng. Membiarkan Aditya menatapnya, sedangkan dia masih terpaku menatap mata sayu, bibir tipis, dan wajah bersih dari seorang pria di depannya yang baru saja menciumnya.

“Apakah ini yang pertama bagimu?” Jempolnya mengusap-usap rahang Nadia.

Nadia diam, mulutnya lekas terkatup. Ia menelan susah payah ludahnya sendiri.

Tanpa perlu Nadia menjawab, Aditya akan paham pada jawabannya.

Pria itu menggeleng-geleng. “Ish, ish, ish. Sama sekali gak ada pengalamannya. Haruskah aku mengajarimu lagi, bagaimana caranya berciuman yang benar?” tanya Aditya selekasnya.

“Bukankah kita pasangan halal, Nad?”

Tidak terdengar suara apapun selain suara berisik denyut jantung masing-masing. Nadia menggapi tangan Aditya yang sejak tadi hinggap di pipi.

“Benar kan kita sudah halal, Nad?”

“Katakan iya, jika benar.”

Nadia yang ditahan dagunya tidak bisa menghindar selain mengangguk.

“Katakanlah, aku ingin mendengarnya,” pinta Aditya.

“Iya.”

Untuk itu, Aditya lantas membopong Nadia menuju ranjang. Membaringkan perempuan itu dengan penuh kelembutan.

Aditya berdiri menatap Nadia yang berbaring di tepi ranjang dengan malu-malu.

Pria itu sedang berbicara sendiri di dalam hatinya.

Jika apa yang kulihat hari lalu ketika pria lain telah lebih dulu menggaulinya dan itu adalah suatu kebenaran, maka aku akan melupakan hal itu selamanya.

Jika dia memang jodohku, aku akan menerima apapun dirinya dengan sepenuh hati dan jiwa.

Aditya naik ke atas ranjang. Dengan anggukan yang Nadia berikan sebagai izin untuk menyentuhnya lebih jauh.

Tidak ada yang bisa Aditya lihat selain daripada kelembutan dan keindahan setiap inci tubuh Nadia yang selalu terbungkus, terawat, dan seperti sesuatu yang mahal yang terjaga dari polusi dan sentuhan manusia siapa pun.

“Cantik,” satu kata yang diucap ketika ia melihat pemandangan yang sangat indah di depan mata.

Detik demi detik bagi Aditya adalah penghayatan yang khidmat dan ikhlas penuh kasih sayang. Detik demi detik bagi Nadia adalah pengabdian yang nyata bukan kepada manusia, tetapi kepada Tuhannya.

Hingga sesuatu berhasil menggoyak jiwa raganya dan sesuatu asing yang memaksa masuk dan menembus sesuatu yang paling inti dari dirinya.

Terasa panas dan seperti merobek lapisan kulit di bagian dalam, menusuk tajam jauh ke pangkal dan terdalam hingga tidak ada yang bisa dikatakan selain jeritan dan kepalan tangan yang meremas kedua sisi sarung bantal yang ditempatinya.

Air matanya luruh, tetapi ia tidak mau mengeluh. Rasa sakit yang nyata yang membuat tubuhnya bergetar hebat, payah bernapas dengan sejuta rasa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Menusuk dalam dan berulang, meski perlahan ia ingin meminta sebuah pengampunan.

“Auh, A. Sakit.” Satu kata paling itu mampu meredam Aditya untuk tidak bertindak ceroboh.

Ia menghentikan pergerakannya, setelah satu hentakan terakhir telah membuat dirinya berhasil menembus liang cakrawala yang memabukkan, tetapi perempuan itu mengejan hingga bergetar sekujur tubuhnya.

Tangannya mencengkeram kedua lengannya, bibirnya terkulum, dan mata yang terpejam rapat.

Air matanya luruh deras dan napas yang tercekat-cekat. Ia merintih, meminta Aditya untuk menghentikan semuanya.

Adtiya terpaksa diam sejenak. Dan baru dia sadari, jika kepunyaan istrinya masih sangat sempit dan sangat sulit untuk menggerakkan miliknya menembus lebih ke dalam.

“Cukup, A.”

Harusnya tidak begini jika ini bukan yang pertama kali baginya.

Aditya melepaskan diri. Perlahan, dia menarik diri dan mengambil posisi.

Nadia dengan perlahan bangkit dan mengambil jarak. Dia bergerak mundur, duduk bersandar pada bed board.

Dia menggeleng sambil meraih selimut untuk menutupi tubuhnya.

“Cukup dulu, A. Sakit. Maaf, maaf,” katanya sambil mengusap air mata.

Dia meraih tisu di atas nakas untuk mengusap air matanya, lalu memberikan kotak tisu itu kepada Aditya untuk membersihkan miliknya.

Aditya meraih beberapa lembar untuk mengusap miliknya, lalu dia tertegun terbungkam dan menyibak selimut.

“Nadia? Apa kamu?”

Hingga Aditya menyadari jika dia menemukan darah yang membasahi tisu setelah mengusap miliknya hingga cairan berwarna merah segar itu rupanya mengenai sprei.

“Nadia, kamu?”

Nadia masih tersedu-sedu. Dia menutup wajahnya, mencoba untuk tidak menangis, tetapi ia tidak bisa menahannya.

1
Niar Zahniar
novel selalu rumit thor
darsih
Nadia ayok suami nya nyusul ke kampung
Ayu
di tunggu up nya lagi yaa

semangat /Determined/
hello shandi: Makasih, Kak Ayu🥰
total 1 replies
darsih
aditilya ada2 aja takut SM kecoa
hello shandi: Hehehe....
total 1 replies
darsih
kasihan Aditya nada
darsih
Aditya kasihan bngt
hello shandi: Hehehe. Kata Nadia : rasain deh
total 1 replies
Ayu
kalau berhenti setidaknya bikin ending yang melegakan hati yah Thor /Ok/
ayuk Up lagiih hehee
Ayu
bagus kok , terusin up nya saya tunggu
hello shandi: makasih kak😊
total 1 replies
darsih
Claudia pinter bngt kmaren aja ninggalin Adit
darsih
pasti Claudia yg dteng tuh
darsih
s Bisma eror suami istri pelukan malah ngajaknribuk SM Aditia
darsih
aduh JD penasaran siapa ya
darsih
GC juga Aditia d sofa pun jadi
hello shandi: wkwkwk 😅😅
total 1 replies
Niar Zahniar
ampun deh si aditia, , dlu elham irit bicara imi aditia ngoceh aja kerja nya
hello shandi: iya kebalikannya nih
total 1 replies
darsih
wkwkwkwwkwk
aditi Aditia kocak beud masak masih amatiran
Indah Lestari
jgn2 kamu bkn is3 k2 Nad...bs jadi is3 k10 atw 20....
darsih
Aditya ternyata playboy Nadia baru tau kelakuan Aditya
darsih
Nadia. masih perawan Adit JD kudu sabar
darsih
modus s Aditia 😀😀
Agnes Gulo
semangat kk utk UP, nih cerita gak kalah seru dr kisah elham dan dita 😍
hello shandi: Hehehe, okey👍🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!