RINJANI (Cinta sejati yang menemukannya)
jani seorang gadis yang terlahir dari keluarga yang berantakan, dirinya berubah menjadi sosok pendiam. berbanding terbalik dari sikap aslinya yang ceria dan penuh tawa.
hingga jani bertemu dengan seorang pria yang merubah hidupnya, jani di perkenalkan dengan dunia yang sama sekali belum pernah jani ketahui,jani juga menjalin sebuah hubungan yang sangat toxic dengan pria itu.
Dapatkah Jani terlepas dari hubungan toxic yang dia jalani? atau Jani akan selamanya terjebak dalam hubungan toxic nya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AUTHORSESAD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HIDUP YANG SEMPURNA
Langkah kaki Jani kini sedikit melambat, sungguh kakinya terasa pegal karena terus berjalan tanpa henti, hingga Jani memutuskan untuk naik bus saja. Tidak masalah jika harus mengeluarkan beberapa ribu untuk naik bus, asalkan kakinya tidak merasakan pegal.
Jani berjalan ke arah Halte bus yang tidak terlalu jauh dari tempatnya tadi, dengan sedikit berpikir tentang kemana perginya Ezra, sampai dirinya di tinggalkan begitu saja.Helaan nafas terdengar begitu berat dari seorang RINJANI.
Sungguh—hidupnya memang sudah sangat berat akhir-akhir ini, bahkan masalah keluarga nya di mana ayahnya yang brengsek itu selalu saja datang meminta surat tanah rumah yang sedang di tempati mereka.
Dan sekarang—Jani harus mendapatkan pacar yang memiliki sifat RANDOM, di mana sebentar bisa manis dan begitu lembut padanya, namun sedetik kemudian bisa berubah seperti seekor singa yang siap memburu mangsanya.
Jani menyandarkan kepalanya pada tiang halte, saat ini dirinya sangat lelah dengan semua yang dia hadapi. Jani menarik nafasnya kasar berulang kali, berharap beban yang menumpuk sedikit menghilang.
TING........ Terdengar bunyi notifikasi dari hape milik Jani.
Dengan malas Jani mengambil hapenya dari saku hoodie yang dia pakai.
LILIS(•ૢ⚈͒⌄⚈͒•ૢ)
[Kak.... kata ibu, nnti mampir bli token listrik. Listrik di rumah sdh mati]
Jani kembali memejamkan matanya dan menarik nafasnya kasar, setelah melihat isi chat dari adiknya, Jani merasa jika memang hidupnya sangat menyedihkan.
"TUHAAAANNNN.... TOLONG BERIKAN HAMBAMU INI UANG YANG BANYAK!!!!!!!" Teriak Jani sangat kencang.
Jani baru saja melihat isi dompetnya yang hanya ada dua lembar uang berwarna biru, itu juga akan jani pakai untuk ongkos pulang. Kalau di tambah beli token listrik?
"AAAAKKKKHHHHH...... " Teriak jani kembali dengan kaki yang dia hentakan ke aspal.
Tentu orang-orang yang sedang menunggu bua juga langsung memperhatikan Jani, bahkan ada yang berpikir kalau gadis yang sedang duduk di samping mereka gila.
"Tenang aja, gue belum gila. Gue masih waras" Ucap Jani dengan suara lemas dan kepalanya yang dia sandarkan pada tiang.
"Kasihan sekali dia, mana masih muda" Bisik seorang ibu pada orang di sampingnya.
"Iya, bahkan dia tidak sadar kalau dia itu gila" Sambung wanita yang berdiri di sisi Jani.
Mereka menatap kasihan dan miris, melihat sosok Jani. Tak terkecuali dengan sosok seorang pria yang tak sengaja berhenti di area halte.
Sosok pria dengan tubuh tinggi dan wajah tampan. Matanya sedikit sipit, dan ada lesung pipi di kedua pipinya. Menambah kesan manis pada wajahnya.
"Lucu—dia yang teriak-teriak nggak jelas, dan dia sendiri yang klarifikasi kalau dia masih belum gila" Pria itu tersenyum memperhatikan tingkah Rinjani.
"Dasar Cegil, tapi—menarik dan lucu juga" Netral Hazel milik pria itu terus memperhatikan Jani yang sedang duduk namun kayak orang kesurupan.
Hingga bus yang mereka tunggu akhirnya datang, mereka langsung buru-buru naik. Begitu juga dengan Jani yang naik dan memilih duduk di belakang, Jani memasang earphone dan menyandarkan kepalanya pada kaca bus, Jani memejamkan matanya menahan segala sesak yang di rasakan. Bahkan tanpa terasa mata indah Jani mengeluarkan buliran bening.
Memang berat hidup yang Jani jalani saat ini, dengan masalah keluarganya, di tambah ekonomi yang harus setiap hari Jani pikirkan. Belum ayahnya yang selalu datang meminta surat tanah.
Begitu Bus yang Jani tumpangi pergi, pria yang sedari tadi memperhatikan Jani juga ikut pergi meninggalkan halte.
*********
⪻𝙺𝚎𝚍𝚒𝚊𝚖𝚊𝚗 𝚁𝚘𝚜𝚊𝚕𝚒𝚗𝚎│𝟸𝟶:𝟹𝟶⪼
Rumah sederhana yang menjadi tempat berlindung Rinjani dan juga adik-adiknya serta ibunya malam ini nampak gelap, bahkan Lisa dan Rosaline juga sampai duduk di teras rumah.
Mereka menunggu Jani, sekalian juga mencari sedikit cahaya dari lampu tetangga. Pintu pagar rumah nampak terbuka, namun itu bukanlah bayangan Jani. Bayangan itu sosok seorang pria, Rosaline berpikir jika jangan-jangan suaminya yang gila datang malam ini untuk meminta surat tanah lagi.
"Loh mbak, kok gelap-gelapan gini sih?" Suara berat pria itu sangat familiar di telinga Rosaline.
"Eh—iya Ndy, mbak lupa belum isi Token listrik" Ucap Rosaline bingung.
Andy—pria yang datang ke rumah sederhana Rinjani adalah adik dari Rosaline, Andy mengambil hapenya dari saku celana bahan yang dia pakai, tangannya membuka sebuah aplikasi dan tak lama jari-jarinya memasukan beberapa angka pada meteran listrik rumah Jani.
Dan—seperti sulap, rumah yang tadinya gelap kini langsung menjadi terang. Nampak Liliy yang duduk di pangkuan Rosaline dan Lisa dia duduk di lantai, tangannya memegang buku pelajaran.Pasti sebelum rumahnya gelap Lisa sedang belajar.
"Ayo salim dulu sama Om Andy" Rosaline bicara lembut pada Lisa dan Liliy.
Lisa dan Liliy bergantian menyalami tangan Andy.
"Om Andy nggak bawa es klim?" Tanya Liliy dengan polos.
Suara cadel nya membuat Andy tertawa mendengarnya. Andy yang gemas langsung menggendong Liliy dan membawanya masuk, Lisa dan Rosaline juga ikut mengekor Andy yng sudah melangkah lebih dulu. Lisa terus berjalan masuk menuju dapur, sedangkan Rosaline kini wanita paruh baya yang terlihat memiliki aura tenang dan lembut itu duduk di depan adiknya yang masih memangku Liliy.
"Kenapa?" Rosaline langsung bertanya pada adiknya ini.
Rosaline sangat tau, jika adiknya ini akan datang ke rumahnya jika sedang ada masalah dengan istrinya. Namun meski jarang datang. Andy—dia sering mengirimkan uang untuk kakak perempuan nya ini.
"Aku sudah bingung mbak" Andy menarik nafasnya sedikit kasar.
"Tehnya Om" Lisa keluar dari dapur membawa dua cangkir Teh.
Lisa berlutut dan menaruh cangkir tehnya di atas meja, Lisa tak lupa memberikan senyuman yang ramah kepada Om nya ini. Bukankah sebagai tuan rumah harus bersikap baik pada tamunya.
"Terimakasih sayang" Andy mengusap kepala Lisa lembut.
"Sama-sama Om" Jawab Lisa ramah.
"Ayok Liliy sama kak Lisa, kita belajar mewarnai princess" Lisa menatap Liliy yang masih di pangku oleh Andy.
Tak ada bantahan, Liliy langsung turun dn ikut Lisa masuk ke dalam kamarnya, didikan Rosaline memang sangat bagus, Andy juga mengakuinya.
Andy Wijaya—Pria yang masih terlihat tampan dan gagah di usianya yang sudah menginjak kepala empat ini . Andy begitu tulus dan sangat menyayangi keponakan-keponakannya ini. Bukan apa-apa menurut Andy—di bandingkan dengan Giselle putrinya, mereka lebih bisa menghormati dan menyayanginya dengan tulus.
"Vivian—dia kembali berulah mbak" Andy sedikit menundukan wajahnya.
Rosaline yang sudah tau kebiasaan adik iparnya itu, hanya bisa menarik nafasnya kasar. Sungguh dirinya merasa sedih melihat rumah tangga adik lelakinya ini yang sangat menyedihkan.
Ingin memberikan saran tapi—dia saja gagal dalam berumah tangga, dan yang membuat dada Rosaline semakin sakit—kenapa adiknya hrus mengalami hal yang sama sepertinya. Di selingkuhi oleh pasangannya.
"Kamu sudah cari informasi? Jangan-jangan cuma salah paham kamu saja" Rosaline berusaha menenangkan adiknya yang terlihat sangat kalut.
Terlihat dari kemeja hitamnya yang dia gulung sampai batas siku, dan dua kancing atas yang di biarkan terbuka, rambutnya yang berantakan tak seperti Andy biasanya.
"Sudah mbak, aku malah sampai suruh anak buahku buat ikutin kemana vivian seharian ini" Ada luka yang tak terlihat dari setiap ucapan Andy.
"Tapi kamu nggak bisa langsung menuduh istri kamu, siapa tau itu temennya" Rosaline masih berusaha berpikir positif.
Tidak ada kata-kata menjelekkan adik iparnya itu, bahkan meski sebenarnya Rosaline juga pernah melihat vivian masuk ke dalam sebuah hotel dengan pria yang tentunya itu bukan Andy.
Namun—tidak sekalipun Rosaline mengadukannya pada Andy,Rosaline tidak mau jika rumah tangga adiknya akan sama seperti dirinya. Cukup dirinya saja yang mengalami kegagalan. Adiknya jangan, pikiran itu selalu berputar di otaknya.
Ikatan kakak-beradik Rosaline dan Andy sangtalah kuat dan kental,sejak kedua orang tua mereka tiada Rosaline yang selalu mengurus Andy, dari Andy SMA sampai dia kuliah, Rosaline yang mengurusnya, padahal saat itu Rosaline juga sibuk mengurusi perusahaan mendiang ayah mereka, yang saat ini pimpinan sudah di ambil alih oleh Andy. Itu sebabnya Andy sangat berterima kasih pada kakaknya ini.
Tapi—kenapa kehidupan Rosaline bisa sampai seperti ini? perusahaan yang Andy pimpin mengalami kemajuan yang sangat pesat, hingga Andy mendirikan sebuah perusahaan lagi, dan di situlah Rosaline menjabat sebagai CEO, perusahaan yang bergerak di bidang property. Rosaline yang kala itu memang sudah menikah dengan Ammar, memang di kenal sangat tangguh dan handal dalam mengurus perusahaan nya, tak butuh waktu lama perusahaan yang di pimpin Rosaline maju.
Namun—hal itu tidak bertahan lama, Ammar yang bekerja di sebuah bank, kedapatan mengelakkan uang. yang nominalnya tidak sedikit, hingga Rosaline harus menjual rumah mewahnya dan beberapa saham miliknya pada Andy. Dan—begitulah seterusnya sampai Rosaline hanya memiliki rumah yang dia tempati sekarang, itu adalah ulah Ammar yang kerap bermain dengan wanita lain dan menjadikan nya sebagai simpanan.
Kembali pada Andy dan Rosaline yang masih sama-sama duduk dengan pikiran mereka masing-masing, Andy menegakan tubuhnya dan mengusap wajahnya. Rasa lelah, kecewa dan sakit terlihat dari sorot mata Andy.
"Sudah aku pastikan mbak, dia memang selingkuhannya vivian" Andy tersenyum getir.
"Ini sudah yang kesekian kalinya vivian mengkhianati aku mbak" Suara Andy terdengar sangat lirih.
Rosaline menarik nafasnya, Rosaline menggeser duduknya agar sedikit lebih dekat dengan Andy. Rosaline mengusap bahu Andy lembut dengan penuh kasih sayang, layaknya seorang ibu Rosaline memeluk Andy yang sudah meneteskan air matanya. Terlihydari bahu Andy yang bergetar.
Hingga Andy tidak bisa membendung setiap sakit dan luka yang dia rasakan, selama ini dirinya terus saja di khianati oleh orang yang paling dia cintai, bahkan selama ini Andy sengaja menutup matanya agar dirinya bisa tetap mempertahankan rumah tangganya. Namun—kali ini dirinya sudah berada di ujung batas mampunya.
Andy tersedu dan terisak di dalam pelukan kakaknya, Rosaline hanya bisa memeluk adiknya yang sedang kalut dengan lembut dan hangat. Rosaline menahan tangisan nya agar dia bisa menguatkan adiknya ini.
***********
Sedangkan Rinjani dirinya baru saja turun dari bus, kepala Jani menoleh ke kanan dn ke kiri mencari minimarket untuk membeli token listrik, maklum..... Jani tidak memiliki aplikasi yang bisa membeli token listrik secara online.
"Nah itu dia" Jani segera menyebrang ke arah minimal market.
Tangannya mengambil dompet usang yang isinya tidak seberapa, langkah Jani sedikit cepat hingga sebuah motor dengan dua pengendara meleleh dirinya dan mengambil dompetnya.
Jani bengong, shock—kejadian tadi begitu cepat, tangan Jani masih menggantung di udara, dompet miliknya di jambret dan di dalamnya ada uang untuk membeli token listrik.
Ya tuhan— kehidupan macam apa ini? Jani terkekeh masih di tempatnya hingga suara klakson mobil berhasil mengembalikan kesadarannya.
TTIIINNNN.......
"Kalau mau cosplay jadi batu jangan di tengah jalan mbak" Ucap seorang ibu dari dalam mobil Toyota Corolla
"Maaf Bu" Jani tersentak dan sedikit membungkuk meminta maaf.
Kini Jani berjalan menuju rumahnya yang masih beberapa meter dari sini, dengan langkah lemah dan pikiran yang sangat berisik, Jani memilih untuk memotong jalan. Kakinya terus menyusuri sebuah jalan yang sangat sepi, bahkan jalan yang Jani lalui jarang di lalui orang jika sudah malam.
"Kenapa hidup gue soal banget sih, apa gue harus di ruwat dulu?" Mulut Jani terus bicara dengan tangannya yang memegang tali ranselnya.
"Ngapain coba—itu jambret ambil dompet gue, nggak tau apa isinya cuma dikit" Jani terus mendumel kesal
"Harusnya kalau mau jambret tuh ibu yang pakai mobil tadi" Kesal jani semakin bertambah.
Tangan Jani merogoh saku hoodie nya, dia ingin meminta Lisa menjemputnya, rasanya kaki jani sudah tidak ingin di gerakan lagi. Bahkan kakinya saja ikutan ngambek.
Jani membuka whatsapp dan mengerikan chat pada Lisa, namun hanya ada simbol jam di room chat dirinya dan Lisa, dengan masih melangkah lemas Jani berkali-kali membuang nafasnya kasar, hingga bunyi notifikasi dari hapenya berbunyi
TING.......
Jani segera membuka notif pesan pendek yng baru saja masuk, seketika tubuh Jani mendadak kamu, kakinya tak lagi bisa di gerakan. Apa-apaan ini pesan masuk yang memberitahu jika kuota Jani habis.
Jani tertawa keras dengan wajah yang menunduk, benar-benar kocak memang hidup yang Jani jalani.
"Hahahahahaha......... " Jani semakin menertawakan hidupnya yang sangat sempurna.
Saking serius tertawa Rinjani tidak sadar jika saat ini dirinya sedang berdiri di tengah-tengah dua geng motor yang siap baku hantam.
"Bukannya itu Rinjani?" Bisik Damar pada Erlan.
Erlan yang memang berdiri di bagian paling depan, memang sudah menyadari jika itu Rinjani. Namun Erlan sengaja tidak mendekati Jani karena bisa saja itu akan di jadikan kelemahannya oleh rivalnya nanti. Erlan hanya diam memperhatikan Jani yang masih tertawa.
"Kenapa lagi sih Lo nyet" Ucap Gibran lirih.
"Tuh cewek kenapa sih, kemasukan apa emang agak kurang?" Ucap salah seorang dari geng motor BLACK HUNTER.
"Diam" Suar dingin Erlan langsung membuat anggota BLACK HUNTER itu langsung kicep. Sedangkan sedari tadi seorang pria yang juga ketua geng motor yang akan tawuran dengan BLACK HUNTER sedang memperhatikan tingkah Jani.
Dua kali dia melihat gadis yang sama dengan tingkah yang sama juga.
'Apa mungkin dia beneran gila?' dia membatin dengan mata yang terus menatap ke arah Jani.
NIDAL ALEXIUS pria berwajah tampan, mata sipit dengan iris mata berwarna Hazel, kulitnya putih bak susu, dengan rambut hitam legam. tak lupa lesung pipi yang menghiasi senyuman nya membuat senyuman NIDAL nampak manis.
Namun siapa sangka jika dia adalah ketua geng motor DARK DEVIL di mana para anggotanya sangat arogan dan menakutkan.
"Gimana kita langsung serang aja?" Ucap salah satu anggota DARI DEVIL.
Lo nggak lihat?" Nidal menunjuk pada Jani dengan dagunya."Ada cewek stress"
Anggota DARK DEVIL yang juga sedang ikut memperhatikan Jani tertawa melihat tingkah Jani.
Selesai dengan ritual tawanya, Jani mengangkat wajahnya dan melihat ke kanan dan kekiri, nampak banyak orang dengan membawa senjata tajam, ada juga yang tangan kosong.
Mata Jani menatap ke arah kanan di mana kelompok geng motor Erlan berada di sana, netra Jani melihat sosok Erlan yang berdiri di barisan depan, mata mereka bersitubruk hingga kamu Jani melangkah mendekati Erlan.
Jani melihat ke seluruh anggota BLACK HUNTER, nampak ada Gibran yang sedang menatapnya juga, beralih mata Jani menyapu pada sekelompok geng motor DARK DEVIL yang juga sedang mentap ke arahnya,.
"Lo mau Fight? " Ujar Jani menatap Erlan
Erlan diam, entah kenapa dirinya mendadak bisu, bahkan untuk menjawab pertanyaan yang sangat mudah dari Jani lidahnya terasa kelu.
"KALIAN MAU BERANTEM?!!!" tangan Jani menarik krah baju Erlan. "NGAPAIN LO BERANTEM!!!"
Jani makin erat mencengkram krah bau Erlan. Jani bahkan memukul dada Erlan, entahlah rasnya Jani membutuhkan pelampiasan untuk semua beban yang menghimpit dadanya.
"Lo nggak ada kerjaan lain apa?! Enak ya jadi kalian, nggak mikir apa-apa" Jani melihat bergantian pada anggota BLACK HUNTER.
"Yang ada di otak kalian cuma berantem, berantem, coba deh kalian mikir gimana Lo bisa beli token listrik"
What the hell....... kenapa harus token listrik coba? memang nggak ada yang lain apa selain token listrik.
"Kalian yang di sini—nggak tau kan gimana rasanya nggak bisa beli token listrik, dompet Lo ke jambret, terus Lo pulang jalan kaki" Jani menatap pada semua anggota geng motor di sana.
Tak terkecuali geng motor DARK DEVIL, yang mana mereka sangat bingung dengan sikap Rinjani, bahkan mungkin mereka menganggap Jani gila.
"Jan—" Gibran hendak mendekat, namun Jani dengan cepat memberi kode dengan menyilangkan tangannya di depan dada.
"Stop..... Lo pikir lo keren ikutan kayak gini? Lo nggak mikir gimana sedihnya Fita kalau sampai lo luka" Jani menatap Gibran dengan air mata yang sudah menumpuk.
Sedangkan Erlan dia hanya membiarkan saja Jani yang sedang mengeluarkan semua keluhannya kesahnya.
"Oi..... udah belum ini Dramanya?" Nidal yang sedari tadi diam mengamati Jani kini buka suara,
Jani berbalik menatap ke arah Nidal, dan berjalan mendekati Ketua dari DARK DEVIL. Jani berdiri di depan ketua yang terkenal sangat kejam dan tidak berperasaan.
"DRAMA!!!! LO BILANG DRAMA!!!!!" Dengan suara tinggi Jani marah di depan wajah Nidal.
"Lo mau tau apa yang di sebut Drama?" Jani mendekati Nidal dan langsung menendang betis Nidal.
Telak..... tulang kering Nidal terkena tendangan kaki Jani, semua mata yang melihat itu langsung membola melihat bagimana Rinjani dengan tak kenal rasa takut menendang seorang NIDAL ALEXIUS, ketua dari geng motor DARK DEVIL.
Hidupmu bakal makin sempurna Jani—