NovelToon NovelToon
The Villain Wears A Crown

The Villain Wears A Crown

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: karinabukankari

Balas dendam? Sudah pasti. Cinta? Tak seharusnya. Tapi apa yang akan kau lakukan… jika musuhmu memakaikanmu mahkota?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon karinabukankari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10: The Heir in the Shadows

Malam itu, Seraphine berdiri di balkon kamarnya, menatap langit Ravennor yang gelap.

Angin membawa bau debu dan bara.

Ia tahu apa arti ledakan itu.

Orin sudah memulai perang.

Dan pertanyaannya sekarang: di sisi mana ia akan berdiri saat istana runtuh?

Dari bawah, suara kaki terdengar mendekat. Bukan pelayan. Bukan penjaga.

“Seraphine,” suara Caelum dari balik pintu. “Boleh aku masuk?”

Ia ragu sejenak. Lalu berkata, “Pintunya tidak terkunci.”

Caelum masuk perlahan, membawa gulungan peta tua.

“Aku pikir kita perlu bicara... tentang bawah tanah.”

Seraphine menoleh padanya, menatap lelaki yang pernah ingin ia hancurkan—dan sekarang… ingin ia lindungi dari kehancuran yang datang.

Atau mungkin hanya... menundanya sedikit lebih lama.

...“Sometimes, the ones who hide are not the cowards—They are the ones plotting the ending.”...

Lorong-lorong bawah tanah Istana Ravennor terbakar dalam keheningan. Setelah ledakan dan kerusuhan semalam, para penjaga sibuk menyapu puing dan mencari jawaban, namun tak satupun dari mereka menemukan Orin—anak lelaki yang seharusnya sudah mati tujuh tahun lalu.

Seraphine berdiri mematung di ambang pintu ruang bawah tanah, tatapannya menyapu jejak langkah yang mengarah ke dinding batu yang terbuka sedikit—cukup untuk tubuh kecil melintas.

“Dia hidup…” bisiknya. “Orin hidup…”

Caelum berdiri di belakangnya, diam. Tak seperti biasanya, malam ini wajahnya tidak diliputi kemarahan, melainkan kebingungan—dan rasa bersalah yang menua di balik matanya.

“Kau yakin itu adikmu?”

“Bahkan jika aku buta, aku akan mengenal caranya berlari,” jawab Seraphine dengan getir.

Tiba-tiba terdengar suara aneh dari lorong samping. Seperti—suara seseorang… mengunyah?

Dari bayangan, muncul sosok kecil bertudung, menggigit apel besar dan membawa tongkat logam yang ujungnya terbakar biru.

“Wah, wah, wah,” kata si pria kecil sambil mengunyah. “Sepertinya dua orang bangsawan sedang berpiknik di ruang mayat.”

Seraphine langsung siaga, tapi Caelum mengangkat tangannya. “Siapa kau?”

“Aku?” Pria itu membuka tudungnya. Wajahnya muda, tapi penuh luka bakar tua dan rambutnya berdiri tak beraturan seperti tersambar petir. Senyumnya lebar—terlalu lebar untuk wajah sekecil itu.

“Namaku Flick. Penjaga ruang bawah tanah. Pembersih puing. Dan—penghuni tidak sah selama sebelas tahun. Ssssst, jangan bilang siapa-siapa.”

Seraphine menyipitkan mata. “Kau lihat anak lelaki semalam. Dimana dia?”

Flick mengangkat alis. “Yang kecil, lincah, dan hampir membuat aku ketiban reruntuhan? Ya, dia lewat sini. Menjambak rambutku dulu sebelum kabur. Kurasa dia adikmu, ya?”

“Di mana dia sekarang?” Caelum bertanya lebih keras.

Flick terkikik. “Kalau aku kasih tahu, apa aku boleh tinggal di lantai atas? Tempat tidur, air hangat, dan makanan yang tidak berbulu?”

Seraphine dan Caelum saling pandang. Seraphine menjawab, “Kalau kau bohong, aku akan pastikan tempat tinggal barumu adalah gua naga.”

Flick berpikir keras. “Hmmm, naga atau tempat tidur hangat… Oke, bocah itu kabur ke ruang persembunyian lama Ordo Umbra. Tapi tempat itu tidak stabil sekarang. Banyak jebakan. Kalian butuh penunjuk jalan—seperti aku.”

Beberapa jam kemudian, Flick memimpin jalan melewati jalur bawah tanah yang nyaris runtuh, sambil terus berceloteh.

“Di kanan ada jebakan panah. Jangan injak batu berbentuk bunga. Di kiri… oh, itu tempat aku biasanya buang sampah. Maaf bau keju.”

Seraphine terbatuk. “Kau tinggal di sini sebelas tahun?!”

“Yup! Aku sempat punya teman tikus bernama Harold. Tapi dia kabur menikah dengan rakun.”

Caelum mengerutkan kening. “Apa kau selalu seperti ini?”

“Hanya pada hari-hari ganjil.”

Tiba-tiba mereka sampai di pintu tua dari baja, penuh dengan ukiran simbol sihir kuno. Seraphine merasakan hawa familiar—sama seperti malam saat ia diselamatkan oleh Ordo Umbra.

“Di sini,” bisik Flick, “tapi kau harus masuk sendiri, Nona Serius. Aku hanya penunjuk jalan, bukan pengantar takdir.”

Seraphine menatap Caelum, lalu menarik napas dan mendorong pintu itu perlahan.

Di dalamnya… gelap.

Namun kemudian terdengar suara.

“Jangan mendekat.”

Sebuah obor menyala.

Dan di sana, berdiri Orin.

Lebih tinggi, lebih kurus, matanya tak lagi polos seperti bocah tujuh tahun lalu. Kini ada luka memanjang dari pelipis ke dagunya. Bajunya compang-camping, tapi tubuhnya menjulang penuh siaga.

“Aku tahu kau akan datang,” katanya. “Tapi aku bukan lagi anak yang kau tinggal dulu, Seraphine.”

“Orin…”

“Kau datang bersama dia?” Ia menunjuk Caelum. “Anak pembunuh itu?”

Seraphine menahan napas. “Caelum tidak…”

“Dia anak raja!” suara Orin meninggi. “Ayah kita mati karena tahta yang mereka pertahankan! Dan kau—kau muncul kembali sebagai calon ratu?!”

Sebuah ledakan energi sihir meletus dari tangan Orin. Dinding retak. Flick kabur sambil berteriak, “Waktunya menyelamatkan pantat sendiri!”

Seraphine berdiri di depan Caelum, melindungi.

“Orin, dengarkan aku. Aku tidak kembali untuk menyerah. Aku kembali untuk mengambil kembali apa yang milik kita. Tapi aku butuh kau.”

Orin menatapnya, ragu.

Caelum melangkah maju. “Kau ingin membenciku? Lakukan. Tapi jangan benci dia.”

Suara Orin pelan. “Dunia ini sudah mengkhianati kita semua. Aku hanya percaya satu hal sekarang…”

“Apa itu?” Seraphine bertanya.

“Bahwa pewaris sejati kerajaan bukanlah yang duduk di atas takhta… tapi yang tahu bagaimana rasanya kehilangan segalanya.”

Ia menatap Seraphine tajam. “Dan jika kau masih mengingat itu… mungkin kita bisa bicara.”

Lampu obor berkedip. Dunia bergoyang. Masa lalu dan masa depan berdiri dalam satu ruangan—dan masa depan mulai bergetar tak menentu.

...“A crown is not always worn. Sometimes, ...

...it’s hidden beneath the ashes and blood.”...

Ruang bawah tanah kembali sunyi setelah percakapan yang nyaris menjadi duel maut. Orin akhirnya menurunkan sihirnya, walau tatapan curiganya pada Caelum tetap menusuk seperti belati yang belum dilepas dari sarung.

Flick, yang entah dari mana muncul kembali, sedang mengunyah kacang goreng dari kantong kain. “Nah, kalau kalian sudah selesai reuni penuh tangisan dan ancaman sihir, mungkin kita bisa keluar dari sarang ular ini? Bau reruntuhan bikin perutku geli.”

Caelum hanya menghela napas dan memutuskan mengabaikan komentar Flick. Sementara itu, Seraphine memandangi adiknya.

“Kenapa kau tidak mencariku, Orin?” tanyanya pelan.

Orin menunduk. “Karena aku pikir kau mati. Sama seperti Ayah dan Ibu. Sama seperti kita semua.”

Seraphine melangkah mendekat dan memeluknya, pelan. Tak ada balasan seketika, tapi kemudian Orin menghela napas panjang dan membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan kakaknya—untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun.

Tapi tak ada waktu untuk benar-benar larut dalam reuni. Flick tiba-tiba berdiri kaku.

“Ada langkah-langkah mendekat,” bisiknya. “Bukan dari kalian. Bukan dari bawah juga…”

Seraphine dan Caelum saling pandang. “Atas?”

Di ruang tahta Ravennor, segala sesuatu tampak seperti potret sempurna dari kekuasaan. Tapi malam itu, tirai-tirai hitam diganti menjadi merah darah. Raja Aldric berdiri di jendela, memandang langit malam yang memerah oleh sihir yang bergerak.

Di sampingnya berdiri Jenderal Varka—mata tajam, mulut tipis, dan sepatu bot berdarah.

“Mereka sudah menemukannya,” kata Varka. “Anak lelaki itu.”

“Orin,” gumam sang Raja. “Yang terakhir dari mereka.”

“Perintah Anda?”

Raja memutar cincin emasnya. “Biarkan mereka percaya mereka menang. Biarkan Seraphine menyatukan potongan-potongan keluarganya. Dan ketika waktunya tiba…”

Ia berbalik. Mata hijau zamrudnya menyala. “Kita patahkan mereka sekaligus. Sekali dan untuk selamanya.”

Sementara itu, Flick memimpin mereka melalui jalur rahasia menuju sayap timur istana, tempat tersembunyi yang bahkan penjaga istana pun tak tahu.

“Tempat ini dulu gudang anggur rahasia milik Permaisuri kedua,” jelas Flick sambil membuka pintu tua. “Tapi setelah dia hilang entah kemana, anggur diganti jadi… mayat.”

“Terima kasih atas citra menyenangkan itu,” ujar Caelum kering.

“Setidaknya mayat-mayat itu sudah pergi,” sahut Flick. “Atau… berjalan keluar sendiri. Siapa tahu, Ravennor itu penuh kejutan.”

Mereka akhirnya tiba di sebuah ruangan kecil, dengan dinding batu dan lentera tua. Orin duduk bersila di lantai, memainkan potongan medali perak milik ayah mereka.

“Seraphine,” katanya tanpa menatap. “Ada sesuatu yang kau harus tahu.”

“Apa?”

“Ayah… tahu ini akan terjadi. Dia tahu kita akan dikhianati.”

Seraphine memicingkan mata. “Apa maksudmu?”

Orin mengangkat medali itu dan menekannya. Klik. Dari dalamnya keluar potongan peta dan secarik kertas lusuh dengan simbol aneh yang berdenyut pelan seperti nadi hidup.

“Ini… peta menuju Sumber Cahaya Pertama. Tempat di mana darah kerajaan Ravennor berasal. Sihir sejati. Dan satu-satunya tempat yang bisa membuktikan… siapa yang sebenarnya berhak atas mahkota.”

Seraphine mendekat. “Ini… legenda. Itu hanya dongeng, Orin.”

Orin tersenyum kecil, tapi sinis. “Sama seperti kita dulu dongeng bagi para bangsawan—sampai mereka membunuh kita.”

Caelum mendekat, menatap peta itu. “Jika ini benar… maka kita semua dalam bahaya. Jika Raja tahu ini ada…”

“Dia sudah tahu,” potong Orin. “Dan dia akan menghancurkan kita sebelum kita sampai ke sana.”

Flick memotong obrolan dengan suara lantang, “Oke, semua orang menyusun rencana rahasia, sementara aku di sini cuma pengen makan roti panggang. Ada yang bawa selai?”

Seraphine menghela napas. “Kau benar, Flick. Kita butuh istirahat. Tapi hanya satu malam. Besok, kita cari Sumber Cahaya. Dan jika harus melawan seluruh kerajaan, kita akan mulai dari tempat ini.”

Orin menatap Seraphine dalam-dalam. “Kau yakin?”

Seraphine menatapnya kembali. Mata mereka kini setara—dua saudara yang kehilangan terlalu banyak untuk mundur sekarang.

“Aku yakin. Karena kebenaran… bukan hanya soal siapa yang duduk di atas takhta. Tapi siapa yang cukup kuat untuk menyingkap semua kebohongan yang menahannya.”

Di tempat lain, sebuah bayangan mengikuti pergerakan mereka. Sosok berjubah hitam menuliskan sesuatu pada gulungan merah darah, lalu meniupnya hingga hancur jadi abu.

“Kepada Yang Mulia,” katanya perlahan. “Ratu palsu telah menemukan jalan menuju cahaya. Maka biarkan kegelapan lebih dulu menyambutnya.”

1
karinabukankari
🎙️“Capek? Lelah? Butuh hiburan?”

Cobalah:

RA-VEN-NOR™

➤ Teruji bikin senyum-senyum sendiri
➤ Kaya akan plot twist & sihir kuno
➤ Mengandung Caelum, Ash, dan Orin dosis tinggi

PERINGATAN:
Tidak dianjurkan dibaca sambil di kelas, rapat, atau pas lagi galau.
Efek samping: jadi bucin karakter fiksi.

Konsumsi: TIAP JAM 11 SIANG.
Jangan overdosis.
karinabukankari
“Kamu gak baca Novel jam 11?”

Gemetar...
Tangan berkeringat...
Langit retak...
WiFi ilang...
Kulkas kosong...
Ash unfollow kamu di mimpi...

➤ Tiap hari. Jam 11.

Ini bukan sekadar Novel.
Ini adalah TAKDIR. 😭
karinabukankari
“Halo, aku kari rasa ayam...
Aku sudah capek ngingetin kamu terus.”

➤ Novel update jam 11.
➤ Kamu lupa lagi?

Baiklah.
Aku akan pensiun.
Aku akan buka usaha sablon kaus bertuliskan:

❝ Aku Telat Baca Novel ❞

#AyamMenyerah
karinabukankari
Ash (versi ngelantur):
“Kalau kamu baca jam 11, aku bakal bikinin kamu es krim rasa sihir.”

Caelum (panik):
“Update?! Sekarang?! Aku belum siap tampil—eh maksudku… BACA SEKARANG!”

Orin (pegangan pohon):
“Aku bisa melihat masa depan... dan kamu ketinggalan update. Ngeri ya?”

📅 Jam 11. Tiap hari.

Like kalau kamu tim baca sambil ketawa.
Komen kalau kamu tim “gue nyempil di kantor buat baca novel diem-diem”
karinabukankari
“Lucu…
Kamu bilang kamu fans Ravennor,
Tapi jam 11 kamu malah scroll TikTok.”

Jangan bikin aku bertanya-tanya,
Apakah kamu masih di pihakku…
Atau sudah berubah haluan.

➤ Novel update tiap hari.
➤ Jam 11.

Jangan salah pilih sisi.
– Orin
karinabukankari
“Aku tidak banyak bicara…
Tapi aku perhatikan siapa yang selalu datang jam 11… dan siapa yang tidak.”

Dunia ini penuh rahasia.
Kamu gak mau jadi satu-satunya yang ketinggalan, kan?

Jadi, kutunggu jam 11.
Di balik layar.
Di balik cerita.

– Orin.
karinabukankari
“Oh. Kamu lupa baca hari ini?”

Menarik.

Aku kira kamu pembaca yang cerdas.
Tapi ternyata...

➤ Baca tiap hari. Jam 11.
➤ Kalau enggak, ya udah. Tapi jangan salahin aku kalau kamu ketinggalan plot twist dan nangis di pojokan.

Aku sudah memperingatkanmu.

– Ash.
karinabukankari
📮 Dari: Caelum
Untuk: Kamu, pembaca kesayanganku

"Hei…
Kamu masih di sana, kan?
Kalau kamu baca ini jam 11, berarti kamu masih inget aku…"

🕚 update tiap hari jam 11 siang!
Jangan telat… aku tunggu kamu di tiap halaman.

💙 – C.
karinabukankari
🐾 Meong Alert!

Kucing kerajaan udah ngamuk karena kamu LUPA update!

🕚 JAM 11 ITU JAM UPDATE !

Bukan jam tidur siang
Bukan jam ngelamunin mantan
Bukan jam ngintip IG crush

Tapi... JAMNYA NGIKUTIN DRAMA DI RAVENNOR!

😾 Yang kelewat, bakal dicakar Seraphine pakai kata-kata tajam.

#Jam11JamSuci #JanganLupaUpdate
karinabukankari
🐓 Jam 11 bukan jam ayam berkokok.
Itu jamnya:
✅ plot twist
✅ karakter ganteng
✅ baper kolektif
✅ kemungkinan besar ada adegan nyebelin tapi manis

Jangan lupa update TIAP HARI JAM 11 SIANG

📢 Yang gak baca… bakal disumpahin jadi tokoh figuran yang mati duluan.
karinabukankari
🕚 JAM 11 SIANG ITU JAM SUCI 😤

Itu bukan jam makan, bukan jam rebahan...
Itu jam baca komik kesayangan KAMU!

Kalau kamu ngelewatin update:
💔 Caelum nangis.
😤 Seraphine ngambek.
😎 Ash: “Terserah.”

Jadi yuk… BACA. SEKARANG.

🔁 Share ke temanmu yang suka telat update!
#ReminderLucu #UpdateJam11
karinabukankari
⚠️ PENGUMUMAN PENTING DARI KERAJAAN RAVENNOR ⚠️

📆 Update : SETIAP HARI JAM 11 SIANG!

Siapa yang lupa...?
➤ Ditarik ke dunia paralel.
➤ Dikejar Orin sambil bawa kontrak nikah.
➤ Dijadikan tumbal sihir kuno oleh Ash.
➤ Dipelototin Seraphine 3x sehari.

Jadi... JANGAN LUPA BACA YAAA!

❤️ Like | 💬 Komen | 🔔 Follow
#TimGakMauKetinggalan
karinabukankari
📢 HALOOO PARA PEMBACA TERSAYANG!!
Komik kita akan UPDATE SETIAP HARI!
Jadi jangan lupa:
💥 Siapkan hati.
💥 Siapkan cemilan.
💥 Siapkan mental buat gregetan.

⏰ Jam tayang: jam 11.00 WIB

🧡 Yang lupa update, nanti ditembak cinta sama si Caelum.

➕ Jangan lupa:
❤️ Vote
💬 Komen
🔁 Share
🔔 Follow & nyalain notif biar gak ketinggalan~
Luna_UwU
Ditambahin sekuel dong, plis! 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!