Setelah pernikahan yang penuh kekerasan, Violet meninggalkan segala yang lama dan memulai hidup baru sebagai Irish, seorang desainer berbakat yang membesarkan putrinya, Lumi Seraphina, sendirian. Namun, ketika Ethan, mantan suaminya, kembali mengancam hidup mereka, Irish terpaksa menyembunyikan Lumi darinya. Ia takut jika Ethan mengetahui keberadaan Lumi, pria itu akan merebut anaknya dan menghancurkan hidup mereka yang telah ia bangun. Dalam ketakutan akan kehilangan putrinya, Irish harus menghadapi kenyataan pahit dari masa lalunya yang kembali menghantui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 9
Irish menertawai dirinya sendiri, merasakan betapa lemahnya dirinya. Dia menghapus air matanya, berdiri, dan menyalakan lampu. Cahaya oranye yang lembut menyinari apartemen kecilnya, menciptakan suasana yang sedikit lebih hangat. Irish menarik napas dalam-dalam, membuka komputernya, dan memeriksa email, apakah ada perusahaan yang merespons resume yang telah dia kirim.
Namun, setiap perusahaan tempatnya mengirim lamaran tak satu pun memberi tanggapan.
Irish menggelengkan kepalanya. Lulusan Universitas Hogwarts dengan pengalaman kerja empat tahun, gaji yang diminta pun tidak tinggi. Mengapa tidak ada yang tertarik mempekerjakannya?
Apakah ini ada hubungannya dengan Ethan?
Pikiran itu muncul lagi. Irish menggelengkan kepalanya sekali lagi dengan ekspresi jijik. Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Ethan? Bahkan setelah semua ini, dia masih berusaha menghalangi jalannya!
Memikirkan itu, kepala Irish mulai terasa berat.
“Hachii...” Irish bersin, rasa tidak enak badan semakin mendera sejak mandi dengan air dingin malam sebelumnya, ditambah obat flu yang sepertinya tidak banyak membantu.
Dia membuka laci untuk mencari obat flu yang tersisa, dan tiba-tiba matanya tertumbuk pada sebuah kartu nama. Itu adalah kartu nama Direktur Anton, yang pernah dia simpan untuk mencari peluang lebih besar dalam pekerjaan sebelumnya. Meskipun dia sudah meninggalkan perusahaan itu, jika dia bisa menghubungi Direktur Anton, apakah ada kemungkinan dia bisa kembali bekerja di Perusahaan Besar?
Dengan cepat, Irish meraih kartu nama itu, menatap jam di dinding, sekitar pukul delapan malam. Mungkin belum terlambat. Ini kesempatan terakhirnya.
Dia memutar nomor yang tertera di kartu itu, telepon berdering tiga kali sebelum terhubung. Namun, yang terdengar di ujung telepon adalah suara bising. Suara wanita, gelas yang berbenturan, tawa pria, suasana di bar.
"Halo? Dengan siapa saya berbicara?" Suara mabuk Direktur Anton terdengar dari ujung telepon.
"Halo, Direktur Anton, apakah Anda ingat saya? Saya Irish, terakhir kali kita berbicara di acara jamuan." Suara Irish terdengar manis, cukup untuk membangunkan Direktur Anton yang sedikit mabuk.
"Ingat, ingat!" Direktur Anton langsung duduk tegak, mengangguk dan bertanya, "Ada apa, Nona Irish?"
"Begini, Direktur Anton, saya mendengar bahwa Perusahaan Besar tempat saya berkerja, sedang merencanakan proyek besar dengan perusahaan Anda. Saya ingin membicarakan kesempatan kerjasama ini." Irish mencoba terdengar meyakinkan, meski dalam hati dia ragu apakah Direktur Anton akan mempercayainya. Dia harus berbohong, dia tidak bisa mengatakan jika dia telah di keluarkan dari perusahaan.
"Ah, begitu," Direktur Anton tampak ragu sejenak, lalu berkata, "Kita bisa bicara lebih lanjut nanti, tidak perlu terburu-buru."
Irish merasa sedikit tidak enak. Apa Direktur Anton tidak memberi kesempatan padanya? Apakah dia akan menyerah begitu saja?
Dengan tekad, Irish meneguk ludah dan berkata, "Direktur Anton, seperti yang Anda ketahui, kesempatan kerja sekarang sangat sulit didapat. Saya harap Anda bisa memberi saya kesempatan ini."
"Tentu..." Direktur Anton terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Sebenarnya, saya akan bertemu beberapa bos besar dalam tiga hari ke depan. Saya harap Anda bisa menemani saya. Saya akan perkenalkan Anda kepada beberapa orang penting. Kesempatan untuk bekerja dengan saya akan lebih besar jika Anda ikut."
Irish terdiam. Apa Direktur Anton bermaksud mengundangnya untuk menemani pertemuan dengan para bos? Tapi, dalam keadaan seperti ini, dia tidak punya banyak pilihan.
Setelah beberapa detik ragu, Irish berkata, "Baik, Direktur Anton. Tolong beri saya alamatnya, saya akan datang."
"Bagus, alamatnya di Starlush Hotel. Jangan sampai terlambat."
"Terima kasih, Direktur Anton, atas kesempatan ini." Irish berterima kasih, meskipun suaranya terdengar tidak sepenuhnya tulus.
"Jangan khawatir, Nona Irish. Jika Anda mengikuti saya dengan baik, banyak kesempatan akan datang pada Nona Irish."
"Ya, saya mengerti." Irish tersenyum tipis, tetapi senyum itu menyimpan kepahitan yang dalam.
Setelah menutup telepon, Irish berbaring lemah di tempat tidurnya. Dia merasa sangat lelah, tak hanya fisik, tapi juga mental. Dalam hatinya, Irish tahu apa yang akan terjadi dalam tiga hari ke depan, namun dia tidak punya energi untuk menahan takdir yang sepertinya sudah ditentukan. Dia hanya ingin tidur, dan melupakan sejenak semua yang terjadi.
Tiga hari berlalu begitu cepat.
Irish berdiri di depan cermin, merias wajahnya dengan riasan sederhana namun elegan. Matanya yang cantik tampak dipenuhi kesedihan, namun ia tetap berusaha tampil sempurna. Setelah mengoleskan lipstik berwarna natural, dia siap untuk pergi.
Irish mengenakan gaun hitam dengan punggung terbuka, desain yang dia buat sendiri. Gaun itu berani dan menawan, dengan renda hitam di bagian bawah yang menambah kesan elegan. Punggungnya yang indah terlihat dengan jelas berkat potongan "V" besar di bagian belakang, menarik perhatian orang yang melihatnya. Ia mengenakan sepatu hak stiletto berwarna perak, yang menambah kesan elegan saat ia melangkah keluar dengan tas di tangannya.
Dia menuju alamat yang diberikan, sampai di depan pintu ruangan yang dimaksud oleh Direktur Anton.
Setelah menarik napas dalam-dalam, Irish melangkah masuk. Begitu masuk, bau alkohol dan asap rokok langsung tercium. Lampu redup, musik keras, dan sekitar enam atau tujuh orang terlihat di dalam ruangan, meski wajah mereka sulit dikenali.
Irish mencari-cari dalam keramaian itu, dan akhirnya menemukan Direktur Anton. Dia duduk dekat pintu, sedang bernyanyi dengan mikrofon, sementara tangan lainnya melingkar di pinggang seorang wanita yang duduk di sampingnya.
Irish memandangi wanita-wanita itu, lalu melihat dirinya sendiri, dan menyadari bahwa dibandingkan dengan mereka, pakaiannya terlihat sangat sopan.
"Direktur Anton!" Irish menyapa dengan senyum di wajahnya.
Direktur Anton mendengar suara Irish dan langsung melambaikan tangan, sementara wanita yang duduk di sampingnya segera berdiri dan memberi ruang. Irish ragu sejenak, namun akhirnya duduk di samping Direktur Anton.