Namanya Wang Chen. Dia adalah seorang pemuda bodoh yang bahkan dianggap gila oleh para murid Perguruan Tangan Sakti.
Hanya Souw Liancu yang tidak melihat seperti itu. Souw Liancu merasa Wang Chen selalu melindunginya dan kekuatan Wang Chen tidak ada bandingannya.
Wang Chen bisa bertindak di luar nalar saat dibutuhkan, dan bisa muncul jadi sosok tangguh saat dibutuhkan. Souw Liancu tahu kalau Wang Chen memiliki latar belakang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gregorious, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7 Misteri Wang Chen
Ia langsung teringat akan kejadian di Arena Unjuk Kekuatan beberapa hari yang lalu.
Saat itu ia bertanya kepada Wang Chen tentang petunjuk yang diberikan, tetapi Wang Chen menyangkalnya. Wang Chen bilang dia sudah seharian berada di atas bukit dan tidak ke mana-mana.
Tetapi Souw Liancu sangat yakin melihat Wang Chen di tribun penonton memberikan petunjuk-petunjuk gerakan yang menyelamatkannya dari kekalahan.
Jika memang benar Wang Chen sering lupa dengan apa yang baru saja dilakukannya, maka sangat mungkin bahwa saat itu Wang Chen memang memberikan petunjuk, tetapi kemudian lupa bahwa ia pernah melakukan hal itu. Penjelasan ini masuk akal!
Sementara Souw Liancu tenggelam dalam pikirannya, badai petir mulai mereda. Gemuruh guntur semakin jauh, hujan mulai berkurang intensitasnya. Dan seiring dengan meredanya badai, tangisan Wang Chen juga perlahan berhenti.
Wang Chen yang tadinya duduk di lantai sambil menangis perlahan berdiri. Ia mengusap wajahnya yang basah oleh air mata, kemudian menatap sekeliling dengan ekspresi bingung.
"Eh? Mengapa kalian semua ada di kamarku?" tanya Wang Chen dengan polos, suaranya kembali normal, tidak lagi seperti suara anak kecil yang ketakutan tadi.
Tan Peklong melotot. "Kamarmu?! Ini kamar Nona Souw, bodoh! Kau yang masuk kesini dengan tidak sopan!"
Wang Chen menatap sekeliling dengan lebih teliti, kemudian wajahnya menunjukkan kebingungan yang lebih dalam. "Ini... ini memang bukan kamarku. Tapi... bagaimana aku bisa ada di sini? Aku tidak ingat datang kesini."
"Tentu saja kau tidak ingat karena kau memang gila!" bentak Tan Peklong dengan marah. "Sekarang keluar dari sini sebelum aku menendangmu lagi!"
Wang Chen tampak masih bingung, tetapi ia mengangguk patuh dan mulai berjalan keluar dengan langkah gontai. Pakaiannya masih basah, meninggalkan jejak air di lantai kamar.
Setelah Wang Chen keluar, Tan Peklong berbalik menghadap Souw Liancu dengan wajah khawatir. "Nona, apakah Anda baik-baik saja? Apa dia menyakiti Anda?"
Souw Liancu menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja."
"Sebaiknya mulai sekarang Nona mengunci pintu kamar saat malam. Wang Chen itu tidak bisa diprediksi. Siapa tahu dia tiba-tiba masuk lagi dan melakukan hal yang lebih tidak sopan."
"Aku akan menguncinya. Terima kasih sudah datang, Peklong. Terima kasih juga, Gu Hong."
Gu Hong membungkuk sopan. "Sama-sama, Nona Souw. Kalau ada masalah lagi dengan Wang Chen, jangan ragu untuk memanggil kami."
Setelah kedua pemuda itu pergi, Souw Liancu menutup pintu kamarnya. Tetapi sebelum menguncinya, ia mendengar suara Tan Peklong di luar yang masih terdengar kesal.
"Peklong, tunggu," panggil Souw Liancu sambil membuka pintu lagi sedikit.
Tan Peklong yang baru beberapa langkah menjauh segera berbalik. "Ya, Nona?"
"Terima kasih sudah membantu tadi. Tetapi... lain kali jangan menendang Wang Chen terlalu keras. Dia sedang ketakutan dan tidak tahu apa yang dilakukannya."
Wajah Tan Peklong berubah. Ada kekecewaan yang jelas terlihat di matanya. "Nona terlalu baik kepada dia. Dia tidak pantas mendapat kebaikan seperti itu."
"Peklong..."
"Maaf, Nona. Iya. Saya patuh Saya permisi dulu." Tan Peklong membungkuk kaku dan pergi dengan langkah cepat.
Souw Liancu menghela napas. Ia tahu Tan Peklong cemburu, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa tentang itu. Ia menutup pintu dan kali ini benar-benar menguncinya.
Gadis itu kembali ke mejanya, tetapi tidak melanjutkan membaca buku. Pikirannya terlalu penuh dengan berbagai hal tentang Wang Chen. Ia menatap lilin yang masih menyala, bayangan api yang menari-nari di dinding.
Semua hal tentang Wang Chen sangat aneh dan tidak masuk akal. Pemuda yang dianggap gila dan bodoh, yang tidak bisa belajar kultivasi paling dasar. Tetapi ia pernah memberikan petunjuk gerakan yang sangat canggih yang bahkan guru-guru senior mungkin tidak menguasainya.
Pemuda yang kadang berteriak-teriak tidak jelas, tetapi kadang bisa duduk tenang dengan postur yang begitu gagah. Pemuda yang katanya sering berbohong, tetapi mungkin sebenarnya itu karena ia hanya lupa dengan apa yang sudah dilakukannya.
Dan yang paling aneh, Wang Chen yang tadi menangis memanggil-manggilnya "ibu" dengan suara seorang anak kecil. Itu bukan pura-pura. Souw Liancu yang sudah cukup lama bergaul dengan berbagai orang bisa membedakan tangisan yang tulus dengan yang palsu.
Tangisan Wang Chen tadi adalah tangisan yang sangat tulus, tangisan seseorang yang benar-benar ketakutan dan membutuhkan perlindungan.
Souw Liancu berdiri dan berjalan ke jendela. Hujan sudah berhenti, hanya gerimis tipis yang masih turun. Langit masih gelap, tetapi petir sudah tidak menyambar lagi. Di kejauhan, ia bisa melihat lampu-lampu dari bangunan lain di kompleks perguruan.
"Siapa sebenarnya dirimu, Wang Chen?" bisiknya pada bayangannya sendiri di kaca jendela.
Suatu firasat tumbuh di hatinya. Mungkin, hanya mungkin, Wang Chen bukanlah orang biasa. Mungkin di balik topeng kegilaan dan kebodohannya, tersembunyi seorang kultivator yang sangat kuat. Mungkin ada sesuatu yang terjadi padanya di masa lalu, sesuatu yang traumatis yang membuat pikirannya terganggu dan terpecah-pecah.
Dan mungkin, hanya mungkin, sosok Wang Chen yang berdiri di tribun memberikan petunjuk adalah kepribadian yang berbeda, kepribadian yang menguasai kultivasi tingkat tinggi. Sementara Wang Chen yang menangis ketakutan pada petir adalah kepribadian lain, kepribadian seorang anak kecil yang trauma.
Penjelasan ini terdengar gila dan tidak masuk akal. Tetapi dalam dunia kultivasi, banyak hal yang tidak masuk akal bisa terjadi. Souw Liancu pernah mendengar dari ayahnya tentang kultivator yang mengalami deviasi kultivasi dan kepribadiannya terpecah menjadi beberapa bagian. Atau kultivator yang terkena serangan jiwa dan pikirannya terganggu.
Apakah itu yang terjadi pada Wang Chen?
Souw Liancu merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Bukan hanya rasa penasaran, tetapi juga sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuat jantungnya berdegup sedikit lebih cepat setiap kali ia memikirkan Wang Chen.
Sesuatu yang membuat ia ingin melindungi pemuda aneh itu, ingin mengetahui semua rahasianya, ingin membantu dia entah dari apa yang mengganggunya.
Ia menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran-pikiran itu. Ini bukan waktunya untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Ia datang ke Perguruan Tangan Sakti untuk belajar dan menjadi kuat, bukan untuk terlibat dalam misteri tentang seorang pemuda gila.
Tetapi semakin ia mencoba mengusir pikiran itu, semakin kuat pikiran itu menempel di benaknya.
Dengan helaan napas panjang, Souw Liancu akhirnya menyerah. Ia kembali ke mejanya dan duduk, tetapi tidak membuka bukunya. Ia hanya duduk di sana, menatap api lilin yang perlahan mengecil, sambil memikirkan Wang Chen dan semua misteri yang mengelilinginya.
Di luar, malam semakin larut. Kompleks Perguruan Tangan Sakti perlahan sunyi. Lampu-lampu dipadamkan satu per satu. Tetapi di kamar Souw Liancu, lilin masih menyala, dan gadis muda itu masih terjaga, pikirannya penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab.
***
Dan di suatu tempat di kompleks perguruan yang sama, Wang Chen berbaring di kasur kecilnya di kamar pelayan, menatap langit-langit dengan mata terbuka lebar.
Apakah ia ingat apa yang terjadi tadi malam? Apakah ia tahu bahwa ia menangis memeluk kaki Souw Liancu sambil memanggil-manggilnya "ibu"? Tidak ada yang tahu.
Yang pasti, misteri tentang Wang Chen semakin dalam, dan Souw Liancu semakin terjerat di dalamnya, mau tidak mau.