Seorang mafia kelas kakap, Maxwell Powell nyaris terbunuh karena penghianatan kolega sekaligus sahabatnya. Namun taqdir mempertemukannya dengan seorang muslimah bercadar penuh kharisma, Ayesha, yang tak sengaja menolongnya. Mereka kemudian dipersatukan oleh Allah dalam sebuah ikatan pernikahan gantung karena Ayesha tak ingin gegabah menerima lamaran Maxwell terhadapnya. Kehidupan seorang muallaf dengan latar belakang kehidupan gelap seorang mafia mengharuskan sang gadis muslimah yang nyaris sempurna ini harus menguji dulu seberapa mungkin mereka kelak bisa membangun rumah tangga Islami yang seutuhnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurliah Ummu Tasqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9. Diburu
Ayesha mengendap-ngendap. Ia waspada dengan keadaan sekelilingnya yang gelap gulita. Dia harus segera mengalihkan perhatian orang-orang yang memburunya saat ini. Ayesha sadar bahwa ke lima orang dengan senjata di balik baju mereka benar-benar tidak sedang bercanda untuk mencabut nyawanya jika saja mereka melihatnya.
Teringat dengan kisahnya tadi siang. Ia baru saja berhasil memanah buruannya ketika tiba-tiba mendengar suara tembakan dari arah sampingnya. Dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat siapa yang datang. Mereka adalah orang-orang yang sama yang akan membunuh Maxwell waktu itu. Ternyata mereka masih penasaran dengan keadaan Maxwell dan ingin menuntut balas padanya.
Mereka sedang menembak seseorang yang Ayesha tahu persis, dia adalah pekerja di pabriknya. Ayesha sangat marah sekali melihat kebiadaban mereka. Mereka ternyata tidak main-main. Mereka pasti sudah menyelidiki dirinya. Tidak banyak gadis bercadar seperti dirinya di Rusia ini dan punya kebiasaan seperti dirinya yang suka berburu. Mereka sepertinya sudah mencium keberadaannya yang punya hubungan dengan pabrik arang di dekat hutan ini. Namun apa salah pekerjanya hingga harus meregang nyawa hanya untuk mencari tahu tentang Ayesha. Dan karena tahu mereka menginginkan dirinya, maka tanpa pikir panjang Ayesha menampakkan dirinya dan menantang.
“Hei, jangan hanya berani pada orang yang lemah. Akulah yang kalian cari”, teriaknya.
Dengan menunggang kuda putihnya, Ayesha melepas satu anak panah yang mengenai tangan sang penembak yang sedang menodongkan tembakannya ke arah si pekerja. Setelah berhasil mengenai sasarannya ia lantas memacu kudanya melarikan diri. Yang ada dalam kepala Ayesha adalah menjauhkan mereka dari orang-orang yang tidak bersalah. Dia terus memacu kudanya dengan kecepatan penuh. Ia tahu pasti ia akan dikejar, namun yang jelas ke lima orang itu pasti butuh waktu dulu untuk menggapai kendaraan mereka karena yang Ayesha lihat mereka tidak sedang bersama dengan kendaraannya.
Setelah satu jam lamanya memacu si Putih, Ayesha pun berhenti. Ia terus menoleh ke belakang dan belum mendapati orang-orang itu menemukannya. Karena penasaran, Ayesha pun kemudian menyembunyikan kudanya di sebuah padang rumput yang tinggi dan kemudian naik ke sebuah pohon yang cukup rindang dan berdahan banyak. Ia mengawasi dari atas. Tak lama kemudian dia mendengar suara motor balap gunung membelah kesunyian hutan. Mereka ada 3 motor dan ternyata mereka adalah orang-orang yang mencarinya. Untungnya, mereka tidak tahu keberadaan Ayesha saat ini dan terus menjalankan motornya seperti kesetanan jauh melewati pohon yang dinaikinya.
Ayesha termangu. Ia sedang dalam buruan mereka semua saat ini dan tidak tertutup kemungkinan mereka akan menemukan rumahnya. Orang-orang haus darah dan punya uang seperti mereka pastilah punya alasan khusus untuk mencarinya sampai sejauh ini. Hm, ternyata jauhnya hutan yang dulu tempat dia berburu ketika mendapatkan Maxwell tidak menyesatkan mereka untuk menyelidiki hanya di seputaran tempat itu. Selama dua minggu ini berarti mereka tidak henti memburuku. Oh tidak, tepatnya memburu James, bukan aku. Siapa sebenarnya James sampai mereka berusaha keras seperti ini. Ayesha menggumam sendiri dalam hati. Banyak hal yang kini berputar di kepalanya, sampai ketika dia sadar bahwa waktu sholat juhur telah tiba. Dia bergegas turun dari pohon tersebut dan melangkah dengan cepat mencari air. Dia tidak berpikir untuk menunggang kudanya. Biarlah si Putih sementara ini tetap berada di sana. Kelak kalau ia tidak menemukanku aku yakin ia akan kembali pulang ke rumahnya. Ya, Putih adalah hewan kesayangannya yang sudah hafal jalan menuju rumahnya. Teringat dengan rumahnya, ia mendadak menjadi sedih. Maafkan aku semuanya. Tidak ada pesta rusa panggang malam ini. Aku tidak bisa pulang. Aku harus menghindari rumah untuk sementara waktu sampai orang-orang asing ini pergi jauh. Pikirnya.
Setelah mendapatkan telaga dan berwudhuk, Ayesha pun segera menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Tak lama setelah ia selesai dan berdoa, dalam kewaspadaannya terhadap sekelilingnya ia kemudian mendengar suara rombongan orang yang menuju ke arahnya. Bergegas ia kembali mencari pohon yang bisa dipanjat dan dengan tubuhnya yang ringan dan terlatih ia pun kini bertengger di tempat yang aman. Untunglah ia menyukai pakaian hijau, salah satu manfaatnya ketika berburu adalah dia bisa menyamar di dalam rerimbunan daun ini.
Tak lama kemudian, sampailah sebuah rombongan berkuda dengan beberapa tandu di atasnya. Sepertinya mereka adalah keluarga pejabat yang sedang berlibur untuk berburu juga di hutan ini. Mereka ada sekitar 10 orang yang semuanya membawa senapan berburu dengan 3 buah tandu di atas kuda. Entahlah apa isi tandu-tandu yang tertutup tersebut, yang jelas sepertinya ada barang berharga di dalamnya. Bisa jadi anak-anak pejabat atau logistik. Ayesha masih tak bergeming dari tempatnya. Dia hanya mengamati dari atas dan masih mempelajari suasana. Dia ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh rombongan ini.
Setelah tiba di telaga, rombongan dengan 13 ekor kuda itu pun berhenti. Seorang yang berpakaian paling elit di antara mereka nampak memberi komando. Semuanya segera turun dari kudanya. Salah seorang dari mereka nampak mendekati sebuah tandu dan menyibakkannya. Muncullah seorang anak lelaki yang kira-kira berusia 7 tahun. Anak lelaki yang tampan dan pemberani. Pikir Ayesha. Anak itu pun melompat turun dan segera mendekati lelaki berpakaian bagus tadi. Ia menunjuk-nunjuk ke arah telaga. Sepertinya ia ingin bermain di air yang sangat jernih itu. Kemudian tandu berikutnya di dekati dan disibakkan, ternyata ada barang-barang logistic di dalamnya. Si pesuruh mengambil sebuah tenda instan dan dengan cepat memasangnya. Rupanya mereka ingin beristirahat di sini. Pikir Ayesha. Lalu apa isi tandu yang satu lagi? Ayesha penasaran. Ternyata penasarannya segera hilang ketika ia melihat pesuruh lain membuka tandu tersebut. Dari dalamnya muncul seorang wanita cantik berambut pirang. Sepertinya ia adalah istri sang pejabat. Wanita itu pun turun dari tandunya dan bergabung bersama suami dan anaknya. Ayesha menemukan ide. Ia kemudian diam-diam turun dan pura-pura duduk seperti sedang beristirahat di bawah pohon yang jaraknya dengan rombongan tersebut sekitar 50 m.
Ketika menyadari ada orang lain di situ, salah seorang pesuruh menegur Ayesha.
“Hai nyonya, sedang apakah nyonya ada di sini?” Tanya si pesuruh dengan sopan.
“Oh maaf Sir, saya hanya beristirahat di sini. Saya juga sedang berburu, namun sekarang saya sedang tersesat. Kuda tunggangan saya tertinggal karena asyik dengan buruan saya” Ayesha mencoba tidak berbohong.
“Ada apa Jack. Bicara dengan siapa engkau?”
“Oh tuan, maaf ada wanita yang sedang tersesat di sini” si pesuruh yang bernama Jack menjelaskan pada tuannya. Sang tuan menghampiri mereka. Dia memperhatikan penampilan Ayesha dengan seksama. Sesaat kemudian dia pun berkata.
“Apa yang bisa saya bantu nyonya”
“Oh tuan jika kalian berkenan, bolehkah aku ikut rombongan tuan hingga bisa keluar dari hutan ini. Aku tersesat. Jika aku sudah keluar aku akan ingat jalan pulang.”
“Oh boleh nyonya. Silahkan. Tapi kami ingin istirahat dulu. Mungkin 1 jam lagi kami baru akan bergerak kembali. Kami juga sudah selesai dan akan segera keluar dari sini. Dimanakah alamat tinggal nyonya? Mungkin saya tahu.”
“Oh saya tinggal di distrik Siczen tuan”, Ayesha menyebut nama sebuah tempat yang berlawanan arahnya dengan rumahnya.
“Oh saya tahu tempat itu. Silakan beristirahat dulu. Kalau kami sudah selesai kami akan segera mengajak nyonya”
“Terimakasih banyak tuan”. Pejabat yang baik. Pikir Ayesha.
Akhirnya Ayesha pun ikut dengan rombongan tersebut. Dia diberi tempat di dalam tandu bersama logistic. Mereka terpaksa kemalaman di jalan karena beberapa kali berhenti untuk mengikuti keinginan si kecil yang tampan. Dan saat mereka sampai di distrik Sicizen, Ayesha melihat 5 orang yang memburunya sedang duduk di sebuah café di pinggir jalan. Ayesha terkesiap. Untunglah dia ada di dalam tandu, dan mereka tidak melihatnya. Mereka hanya menatap heran melihat rombongan berkuda, sama dengan keheranan warga sekitar. Tapi mungkin ini bukan pertama kalinya mereka melihat rombongan seperti ini yang mirip dengan cerita di jaman kerajaan atau kekaisaran. Mereka hanya sekedar ingin melihat saja untuk memenuhi rasa penasaran mereka.
Ayesha kini mengendap-ngendap keluar dari tandu. Rombongan yang ditumpanginya rupanya hendak singgah di café ini untuk makan dan minum. Tentu saja Ayesha harus segera pergi sebelum orang-orang jahat itu melihatnya.
Keesokan paginya.
Alhamdulilillah. Sepertinya aku sudah jauh dari rumah. Beberapa distrik telah kulalui. Kuharap mereka tidak kembali lagi mencariku sampai ke pabrik. Pikir Ayesha setelah sholat subuh di penginapan kecil yang disewanya tadi malam. Sebuah inn yang berada di pinggiran distrik Rayon setelah distrik Sicizen yang dilewatinya bersama rombongan berkuda pejabat . Ayesha merasa cukup lega. Walau pun ia lupa tidak membawa ponselnya, tapi ia tidak lupa membawa ATM dalam dompetnya. Ia kini berpikir untuk sekedar memberi kabar pada kakaknya Ahmed. Dia dan keluarganya pasti saat ini sangat khawatir. Maafkan Ayesha kak, kek. Aku tidak bermaksud membuat kalian jantungan karena kehilangan diriku malam ini. Desah Ayesha dalam hati. Ia mendadak aneh dengan dirinya. Mengapa ini bisa terjadi. Apakah aku memang Allah taqdirkan harus masuk ke dalam kehidupan James dan terseret sampai sejauh ini? jika cuma aku yang terseret, tidak mengapa. Aku tidak takut. Tapi bagaimana kalau juga merembet ke keluargaku yang lain. Oh God. Engkau tak akan menguji hambaMu di luar kemampuan. Ayesha menghibur dirinya sendiri.
Ia berjalan menuju seorang vendor di pinggir jalan yang menjual roti isi sayur. Roti berukuran besar ia beli dua dan sebotol air mineral untuk mengganjal perutnya sementara di pagi ini, karena untuk membeli makanan besar ia masih sulit menemukan yang halal. Jalanan di distrik yang lumayan luas ini sedang ramainya. Ini hari Senin, permulaan yang bagus setelah musim liburan anak sekolah usai. Banyak orang yang mulai beraktivitas kembali seperti biasa. Ada yang sedang duduk-duduk di halte menunggu bus. Ada yang sedang sarapan roti seperti dirinya di vendor-vendor yang banyak mangkal di pinggir jalan. Dan ada juga sekelompok pemuda yang nampak bercengkrama melepas rindu. Mereka sepertinya para mahasiswa yang sedang reunian setelah liburan.
Sedang asyik menikmati makannya, tanpa disangka muncullah 5 orang berwajah sangar yang kini tak asing lagi di mata Ayesha. Seketika Ayesha sadar, bahwa ia belum berganti pakaian. Oh God. Tapi ia tidak usah cemas. Ini tempat ramai. Apakah mereka berani menodongkan senjatanya ke kepalanya? Sedang mereka hanya orang asing? Sekelebat ide menerangi kepala Ayesha dan ia pun tersenyum. Dengan bahasa Rusianya yang kental, ia pun berteriak ke arah orang-orang di sekitarnya.
“Oh tuan-tuan lihatlah orang-orang asing ini, mereka sepertinya ******* yang hendak mengganggu wanita Rusia”, teriak Ayesha sambil berpura-pura berlindung di balik vendor yang tegap di dekatnya. Sang vendor yang menyadari kedatangan orang-orang asing di tempatnya pun terkejut dan langsung memanggil teman-temannya.
Kelima orang kaki tangan Joeris terkejut tak menyangka sama sekali jurus jitu yang dilakukan Ayesha terhadap mereka. Melihat situasi yang tidak memungkinkan mereka pun memutuskan untuk melarikan diri. Walaupun mereka bersenjata di balik pakaiannya tapi menembak seorang wanita Rusia di tempat umum, sedang mereka hanyalah berstatus warga negara asing adalah sangat beresiko. Mereka bisa dicap ******* dan akan menjadi buronan negara. Oh tidak. Mereka hanya bertugas menemukan Maxwell dan membunuhnya. Bukan ingin berurusan dengan sebuah negara berdaulat dan besar seperti Rusia.
Ayesha mengucapkan terima kasih banyak pada para pedagang dan orang-orang sekitar yang membantunya. Ia pun segera pamit dan menyelinap di antara keramaian orang-orang di pasar yang berada tak jauh dari jalanan itu. Tujuannya adalah toko pakaian. Ya, dia harus mengganti pakaiannya jika ia tidak ingin mudah dikenali para pemburunya. Setelah beberapa waktu lamanya, ia pun menemukan pakaian yang cocok untuknya. Sebuah setelan baju panjang selutut yang dipadu dengan celana panjang longgar. Selembar kain panjang untuk syal yang dimodifikasinya sebagi jilbab berhasil menutupi kepalanya dan Ayesha memutuskan untuk membeli masker. Ia tidak bisa lagi menggunakan cadar seperti biasa, karena orang-orang itu juga akan mudah mengenalinya. Ia menggunakan masker untuk menutupi wajah rupawannya.
Ayesha bercermin dan kini ia bersiap untuk menuju sebuah wilayah yang lebih jauh lagi. Rumah Yovanna. Gadis rusia teman masa kecilnya yang selama ini hanya beberapa kali ia kunjungi khusus untuk meminta pertolongan saja. Selebihnya ia hanya sering meneleponnya jika rindu. Meski berbeda keyakinan dengan Yovanna, tapi toleransi di antara mereka bisa mengeratkan hubungan keduanya. Mereka tidak punya rasa segan lagi satu sama lain. Mereka bersahabat dengan tulus. Dan baru 2 minggu sebelumnya Ayesha meminta bantuan kakeknya untuk mengobati Maxwell yang sedang sekarat.