NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Ibu.

Jodoh Pilihan Ibu.

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Tukar Pasangan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rinnaya

Dijodohkan dengan pria kaya raya? Kedengarannya seperti mimpi semua perempuan. Tapi tidak bagi Cloe.

Pria itu—Elad Gahanim—tampan, sombong, kekanak-kanakan, dan memperlakukannya seperti mainan mahal.

“Terima kasih, Ibu. Pilihanmu sungguh sempurna.”

Cloe tak pernah menginginkan pernikahan ini. Tapi siapa peduli? Dia hanya anak yang disuruh menikah, bukan diminta pendapat. Dan sekarang, hidupnya bukan cuma jadi istri orang asing, tapi tahanan dalam rumah mewah.

Namun yang tak Cloe duga, di balik perjodohan ini ada permainan yang jauh lebih gelap: pengkhianatan, perebutan warisan, bahkan rencana pembunuhan.

Lalu, harus bagaimana?
Membunuh atau dibunuh? Menjadi istri atau ... jadi pion terakhir yang tersisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinnaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Tempat pulang.

Kala pintu utama terbuka lebar, Cloe mengernyit oleh cahaya matahari yang memantul di antara lantai granit yang berkilau. Mentari pagi di hari ketiga pasca pernikahan mereka menyapa dengan sinarnya yang cerah, kontras ironis dengan atmosfer dingin yang membeku di antara Cloe dan Elad.

“Panas di kota terasa lebih menyakitkan,” keluh Cloe setelah mengalaminya beberapa hari ini.

Pelayan melewati Cloe, menembus kengerian bercahaya di depan sana. Ia pikir pelayan itu akan menjadi abu setelahnya.

“Apa yang kau tunggu? Cepat jalan.” Elad menyenggolnya.

“Aku tidak yakin melewati panas itu.”

Alis Elad terangkat. “Bukankah di desa kau biasa berjemur?”

“Iya, tapi enggak pernah sampai sepanas ini!”

“Ya, tempat kau tumbuh besar adalah daerah pegunungan. Di sana dingin meski terik. Sudah, jangan banyak mengeluh. Ayo jalan.” Elad menarik tangan Cloe, memaksa dia berjalan menembus panas yang membuat wanita itu menjerit terbakar.

Suasana di dalam mobil pribadi Elad terasa seperti gencatan senjata yang rapuh setelah pertempuran sengit. Cloe, dengan gestur angkuhnya, memilih untuk duduk di bangku belakang, menciptakan jarak fisik dan emosional yang kentara.

‘Gadis desa, terlebih di daerah pergunungan, biasa dipandang sebagai sosok yang lembut dan rendah hati. Lalu ... anomali dari mana ini?’ Dia menatap kaca spion dalam.

Elad, yang duduk di balik kemudi dengan rahang mengeras, merasakan dirinya lebih seperti seorang sopir pribadi bagi seorang nona bangsawan yang sombong. Situasi ini dengan cepat memicu bara permusuhan yang laten di antara mereka.

"Bisakah kau menjelaskan alasanmu duduk di belakang? Apa kau menganggapku ini pengemudimu, Nona Cloe yang terhormat?" tanya Elad dengan nada suara yang tajam, berusaha menyembunyikan kekesalannya di balik lapisan sarkasme.

Cloe menghela napas pendek, mengalihkan pandangannya ke pemandangan luar jendela yang bergerak cepat. "Memangnya kenapa? Aku hanya ingin menikmati pemandangan yang mungkin lebih menarik daripada wajah masammu. Lagipula," lanjutnya dengan nada mencibir, "aroma parfum wanita murahanmu membuat perutku sedikit bergejolak."

Ya, di dalam mobil tersebut masih tertinggal aroma wanita. Mungkin tadi malam atau sebelumnya, Jasmin berada di dalam mobil ini.

"Parfum wanita murahan kau bilang?" Elad tertawa sinis, tatapannya sesaat beralih ke kaca spion untuk menatap Cloe. "Setidaknya aromanya tidak menyengat seperti toko bunga yang tumpah, sampai membuat orang lain kesulitan bernapas di ruang tertutup!"

"Oh, jadi sekarang kau mulai mengkritik seleraku? Memangnya selera seorang pria yang bahkan tidak bisa memilih pakaian yang pas untuk dirinya sendiri setinggi apa?" balas Cloe dengan tatapan meremehkan.

"Setidaknya seleraku tidak seburuk nasib memiliki pasangan hidup yang ternyata lebih mirip ratu es daripada seorang istri!" tukas Elad, emosinya mulai terpancing.

"Dan aku," sahut Cloe dengan nada dingin, "menyesal seumur hidup karena terjerat pernikahan dengan pria arogan, kekanak-kanakan, dan selalu merasa paling benar sepertimu!"

Debat sengit itu terus berkecamuk di antara mereka, mengisi keheningan perjalanan dengan lontaran kata-kata pedas yang menyayat hati.

Elad mencengkeram setir semakin erat, buku-buku jarinya memutih menahan amarah. Sementara itu, Cloe memeluk dirinya sendiri, mencoba membangun tembok pertahanan dari serangan verbal suaminya. Kilatan permusuhan terpancar jelas dari kedua mata mereka, menciptakan jurang yang semakin dalam di antara dua insan yang seharusnya memulai hidup bersama.

Di tengah ketegangan yang memenuhi kabin mobil, tanpa terasa mereka telah tiba di tujuan. Mobil berbelok memasuki sebuah gerbang besi yang megah, diapit oleh pilar-pilar batu kokoh yang menjulang.

Cloe sedikit terkesiap melihat luasnya pekarangan yang tertata rapi, dengan taman-taman hijau yang membentang dan air mancur yang memercikkan air dengan gemericik halus. Namun, yang paling mencuri perhatiannya adalah bangunan utama yang berdiri kokoh di kejauhan.

Rumah Elad ... rumah yang mulai saat ini akan menjadi tempatnya pulang, sebuah tempat yang tak pernah ia bayangkan akan sebesar dan semegah ini, bahkan melebihi kemewahan rumah mertuanya. Arsitekturnya memadukan gaya klasik dan modern, dengan jendela-jendela besar yang memantulkan cahaya matahari dan atap yang menjulang tinggi.

Saat mobil berhenti dengan mulus di depan pintu masuk yang megah, dua orang pelayan berseragam abu-abu dengan garis emas di kerahnya segera menghampiri. Dengan gerakan cekatan dan tanpa suara, mereka membuka bagasi dan mulai mengangkat koper-koper dan tas-tas milik Cloe.

Cloe hanya bisa terpaku di tempat duduknya, menatap rumah baru yang hanya ada dalam angannya dulu.

“Kenapa?” Elad berkacak pinggang. “Apakah kemewahan ini tidak cocok untukmu? Kau bisa masuk ke kandang kancilku kalau begitu. Ada di belakang rumah.”

“Aku lebih suka tidur di kandang kambing!” Cloe melangkah cepat, mengabaikan tawa Elad di belakangnya.

Entah apa yang lucu.

Pelayan lain menyambut. “Nyonya, Anda mau beristirahat di dalam kamar?”

“Aku ingin kamar yang berbeda dari dia.” Cloe mengarahkan jempol ke belakang, lalu memperhatikan gelagat pelayan yang meragu usai bertemu tatap dengan tuannya di belakang.

“Antarkan dia ke kamarku,” titah Elad.

“Ma-mari ikuti saya, Nyonya.”

Cloe mendengus. Sebelum dia melangkah, dia menoleh tajam ke Elad. “Bajingan,” umpat Cloe. Rasa muak dan kecemasan bercampur aduk dalam benaknya, menciptakan badai kecil di balik ekspresi dinginnya.

***

Pintu, jendela, semua tertutup rapat. AC bertiup sejuk membuat tidur siang Cloe terasa begitu lelap. Dengan piyama pendek berkarakter lucu, dia leluasa berguling ke sana ke mari.

Namun, sayup-sayup suara dari lantai bawah membuyarkan mimpinya. Dengan langkah malas, ia menuruni tangga, dan matanya langsung menangkap pemandangan yang membuatnya mendidih.

Di ruang tamu, Jasmin, dengan anggunnya, sedang dijamu oleh salah seorang pelayan rumahnya. Senyum tipis menghiasi bibir Jasmin saat menerima secangkir teh.

"Wah, ada nyonya simpanan rupanya di sini," cetus Cloe, suaranya sinis dan penuh ejekan. Ia berkacak pinggang, menatap Jasmin dengan tatapan merendahkan. "Memang tidak punya malu ya, berani-beraninya kamu bersantai di rumah suamiku!"

Pelayan yang sedari tadi berdiri canggung di dekat Jasmin, menundukkan kepalanya, berusaha tak terlibat dalam situasi yang jelas-jelas panas itu.

Jasmin meletakkan cangkirnya perlahan, menatap Cloe dengan sorot mata yang lembut namun menyimpan ketegasan. "Justru kamu yang seharusnya sadar diri, Cloe. Sejak awal, Elad adalah kekasihku. Hatinya hanya untukku, dan dia tidak benar-benar mencintaimu." Nada bicaranya tenang, namun setiap kata yang terucap terasa menusuk. "Kamu hanya formalitas, status yang mengikatnya tanpa cinta."

Mendengar pembelaan Jasmin yang begitu percaya diri, Cloe justru tertawa terbahak-bahak. "Kau benar. Tapi sebagai simpanan tahu diri sedikitlah, ya. Entah apa masa lalumu sampai ditolak keras oleh keluarga Elad.”

Diam-diam Jasmin mengepalkan tangan, menunduk dalam. Apa ini? Ia pikir bisa menindas Cloe kendati dia berasal dari daerah pegunungan. Padahal ia menggambarkan Cloe sebagai sosok lugu dan polos. Bukan karena dia dari desa saja, tetapi juga dari waktu Cloe melarikan diri selepas melihat kemesraannya di kantor Elad.

Cloe melipat tangan di dadanya, memutar bola mata malas. “Kau bisa bangga sekarang. Aku tidak sabar melihatmu menangis setelah kematian Elad.”

Jasmin mendongak. “Apa maksudmu?”

“Orang menyebalkan seperti dia tidak heran memiliki banyak musuh.” Cloe berbalik, terkejut sebab ternyata ada Elad tiga tangga di atasnya. “Minggir!” gertak Cloe. Cepat-cepat melarikan diri sebab tidak ingin melihat aksi perselingkuhan yang mencoreng harga dirinya.

Bersambung....

1
Rittu Rollin
yuk up nya dtunggu ya thor
Rittu Rollin
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!