Arumi tidak menyangka. Jika tawa Ibu mertua nya selama ini, hanya lah untuk menutupi lu-ka yang ada di dalam diri nya. Ibu mertua yang begitu baik, ternyata selama ini hidup tersik-sa di rumah nya. Beliau bukan hanya di sik-sa oleh kakak ipar nya Arumi. Tapi juga Abang ipar nya. Mereka berdua, benar-benar manusia yang tak punya hati.
Sanggup kah Ibu mertua nya Arumi bertahan dengan kelakuan anak dan menantunya? Atau, apakah Arumi bisa membawa Ibu mertuanya pergi dari neraka itu?
Ayo temukan jawaban nya langsung! Baca nya jangan lompat-lompat, ya. Biar author semangat nulis nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Arumi dan Bu Aminah pergi berjalan-jalan dengan mengendarai sepeda motor baru. Warga desa yang melihat, tidak menyangka jika Aminah dan menantu baru nya bisa memiliki Sepeda Motor keren keluaran terbaru.
Apalagi saat ini, Aminah duduk di belakang sang menantu sambil memeluk nya dengan erat. Beliau takut sekali jika sampai jatuh.
"Arumi, jangan kencang-kencang, Nak. Ibu takut."
"Ini nggak kencang kok, Bu. Apa Ibu sebelum nya sudah pernah naik sepeda motor?"
"Belum. Dulu hanya punya sepeda."
"Bukan nya Bang Romi beli sepeda motor untuk Ibu?"
"Motor yang mana?"
"Yang di pakai oleh Bang Dika itu. Itu kan punya Ibu. Arumi yang pilih saat itu. Bukan itu saja, pakaian yang di pakai Kak Ayu juga kebanyakan dari Arumi untuk Ibu."
"Hmm,,,,,"
Bu Aminah terdiam dan tidak bisa menjawab. Ia tidak ingin bicara lebih jauh. Walaupun Dika dan Ayu bertingkah seperti itu, mereka berdua tetap lah anak dan mantu nya.
Dan Arumi pun, tidak ingin bertanya lagi. Ia membawa Bu Aminah ke suatu tempat.
"Ayo, Bu."
"Ini dimana?"
"Toko baju. Kata Bang Romi toko baju ini lumayan bagus. Arumi jadi pengen belanja."
"Untuk apa kita belanja baju? Baju yang kalian belikan tempo hari masih lah bagus."
"Bu, Minggu depan kan ada acara hajatan di kampung kita. Apa Ibu lupa?"
"Oh itu? Tapi, Ibu memang sudah lama tidak pergi ke acara seperti itu."
"Kenapa? Bukan nya kalau di undang, kita harus datang?" Tanya Arumi sambil menatap netra sang Ibu Mertua.
Lagi, Bu Aminah terdiam. Beliau bingung mau jawab apa. Pakaian bagus tak ada. Uang apa lagi. Mana berani Ia pergi ke acara hajatan.
Arumi menggandeng tangan Ibu mertua nya dan membawa beliau masuk. Kaki nya bergetar karena baru kali itu beliau masuk ke toko yang bagus dan wangi.
"Ada yang bisa di bantu?" Tanya pelayan toko tersebut.
"Mbak, tolong carikan baju yang bagus untuk Ibu saya, ya."
"Baik. Akan saya bawakan mana yang menurut Ibu suka."
Salah satu pekerja yang ada di toko baju itu, langsung mencarikan baju yang cocok dengan Bu Aminah.
Sambil melihat-lihat pakaian yang ada di sana, Arumi dan Bu Aminah pun menunggu.
"Aminah. Kau Aminah kan? Mau ngapain kau di sini? Mengemis?" Ucap seorang wanita paruh baya yang kebetulan ada di sana.
"Mengemis? Mengapa anda mengatakan hal seperti itu, Bu Rahmi?"
"Bukan nya memang seperti itu? Kau selalu saja mengemis uang anak dan mantu ku."
Arumi yang awal nya tidak mengerti dengan apa yang di maksud oleh wanita itu, akhirnya tahu kemana arah percakapan mereka.
"Maaf, anda siapa? Anda mengenal Ibu mertua saya?"
Wanita yang bernama Rahmi, memandang sinis ke arah Arumi yang saat itu ikut dalam pembicaraan mereka.
"Mertua? Apa kau wanita aneh yang menggantikan posisi Anak ku?"
"Wanita aneh? Aku? Nggak salah? Anak mu yang aneh dan pemalas. Enak saja omongin untuk orang lain." Ucap Arumi kesal.
"Dasar nggak tahu sopan santun ni anak."
Arumi tidak membalas lagi perkataan wanita itu. Ia langsung menggandeng tangan mertua nya, karena pakaian-pakaian yang akan di coba, telah tiba.
Dan ternyata, Bu Rahmi malah mengikuti mereka karena penasaran. Seperti Anak nya, Seperti itu juga Ibu nya. Rahmi dan Ayu sama-sama memiliki sikap yang tidak baik.
"Bu, baju nya bagus-bagus. Ayo Ibu coba."
Bu Aminah pun langsung mencoba pakaian itu. Namun, saat ia akan mengambil baju itu dari tangan Arumi, Bu Rahmi langsung menarik pakaian itu.
"Heh Aminah. Jangan sok mau beli baju bagus dan mahal deh. Nanti habis uang anak ku. Kau jadi mertua harus tahu diri."
"Saya yang akan membayar pakaian Ibu mertua saya. Dan anda, tidak berhak melarang Ibu mertua saya."
Arumi benar-benar tegas berbicara dengan Bu Rahmi. Ia tak ingin, hari mereka di kacau kan oleh Wanita itu.
"Memang nya kamu punya uang?"
"Jelas dong. Memang nya anak anda. Tahu nya hanya minta saja. Kerja dong! Jangan selalu menyuruh suami nya untuk meminta uang suami saya. Anda tahu, bahkan uang yang dikirimkan Bang Romi, habis di curi oleh Menantu anda."
"Tidak mungkin!"
"Terserah kalau tidak percaya. Bahkan, jika suami saya marah. Dia bisa mengambil kembali sepeda motor milik nya, yang di pinjamkan ke anak dan mantu anda!"
Wajah Bu Rahmi memerah. Ia benar-benar kesal sekali. Ia sama sekali tidak tahu dengan apa yang terjadi.
Bu Rahmi hanya diam dan tidak mengatakan apapun lagi. Beliau hanya terdiam dan menatap lekat ke arah Arumi yang sedang membantu Bu Aminah.
"Tolong, semua pakaian yang di coba oleh mertua saya, di bungkus." Ucap Arumi.
"Apa? Semua? Jangan nak. Banyak sekali pakaian nya. Nanti mau Ibu pakai ke mana?"
"Pakai di rumah saja. Ibu sekarang harus tampil cantik." Ucap Arumi sambil memandang ke arah Bu Rahmi.
Bu Rahmi masih belum bisa mencerna apapun. Bagaimana mungkin Arumi bisa dan sanggup membeli pakaian yang harga nya lumayan itu.
Sedangkan Arumi, ia sangat senang sekali bisa membungkam mulut Bu Rahmi. Uang segitu, tak jadi masalah bagi nya.
Mereka pun pulang setelah mampir di warung bakso terdekat. Senyum Bu Aminah terlihat sangat natural.
Arumi benar-benar tidak menyangka selama ini Bu Aminah sendirian menanggung semua derita yang ada.
Bu Aminah benar-benar potret seorang mertua yang sangat baik dan lembut. Beruntung Arumi memiliki mertua seperti beliau.
Arumi janji akan membela dan melindungi Ibu mertua nya yang baik itu mulai sekarang. Tak lupa ia mengirimkan foto mereka yang sedang makan bakso pada Romi.
Di kota, Romi hanya bisa tersenyum saat melihat pemandangan itu. Tak salah ia menerima Arumi sebagai Istri nya.
Arumi merupakan anak dari majikan nya di kota. Romi yang seorang supir pribadi Arumi, jatuh cinta diam-diam pada anak majikan nya itu.
Dan tanpa mereka berdua sadari, mereka berdua juga jatuh cinta. Orang tua Arumi, yang sudah mengenal kepribadian Romi, malah ikut menjodohkan mereka berdua.
Takdir sungguh berpihak pada mereka berdua. Selama beberapa tahun saling cinta diam-diam.
Dan akhirnya, mereka malah di jodohkan oleh orang tua nya Arumi. Namun, Romi tidak ingin orang lain tahu, jika mertua nya adalah salah satu orang terkaya di kota nya.
Maka dari itu, mereka menikah di desa dan semua biaya, di tanggung oleh orang tua Arumi.
"Romi, kenapa senyum-senyum? Sebentar lagi kita rapat." Ucap Pak Hartawan. Papa nya Arumi.
"Maaf, Pak. Anak Bapak menggoda iman saya." Ucap Romi sambil memperlihatkan foto Arumi dan Ibu nya.
"Terima kasih, Romi. Sejak ada kamu, Arumi menjadi anak yang periang."
"Sama-sama, Pak. Terima kasih juga, karena mau merestui kami."
Puk...
Bahu Romi di tepuk pelan.
"Ah kau ini, macam sama siapa aja."
mana yg kamu bela matian2 mlh nikung kmu to
di gntung kek jemuran q g kering