EKSLUSIF HANYA DI NOVELTOON, JIKA ADA DI TEMPAT LAIN BERARTI PLAGIAT! LAPORKAN!
FB: Erna Liasman
IG: Erna Less22
Melisa adalah agen rahasia yang terkuat, sayangnya ia malah mati di tangan sang kekasihnya karena atas perintah ketua agennya.
Namun, ia di beri kesempatan kedua hidup di tubuh seorang wanita lemah yang mati akibat jatuh dari tangga.
Di saat kesempatan kedua ini lah ia pun membalaskan dendamnya kepada kekasih dan ketua agen rahasia itu, dan juga membalas mereka yang menyiksa pemilik tubuh yang ia tinggali itu.
Bagaimana kisah selanjutnya? Bagaimana hubungan ia dan sepupunya? Yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
"Memangnya siapa dia?" tanya Deval penasaran.
"Dia adalah anak teman lama Papa. Dia masuk universitas tinggi dan ternama, ia saat ini sedang memimpin perusahaan ayahnya. Ia terdidik dan sangat sopan, jika kau bisa menikah dengannya, maka perusahaan kita akan menjadi lebih besar lagi. Dan saham mu akan menjadi lebih besar lagi, ini adalah kesempatan emas kita sebelum dia di ambil orang. Namanya Adinda, kamu kenal dia bukan?" tanya Andes berbalik badan melihat putranya.
"Adinda?"
"Ya, Adinda Larasati," jawab Andes mengangguk.
Deval ingat jika Adinda Larasati ada teman masa kecilnya. Mereka berteman hanya satu tahun saja dan setelah itu Adinda dan keluarganya pindah ke luar negeri membuat mereka tidak pernah bertemu lagi.
Tidak tahu Andes dapat kontak Papa Adinda dari mana?
"Dia ya? Apa sudah kembali ke sini?" tanya Deval sedikit terguncang saat mengingat masa kecil mereka yang saat itu mereka berumur 8 tahun.
"Ya, dia sudah kembali ke negara ini, prestasinya sangat banyak, ia adalah bintang bersinar. Jadi Papa harap jangan lepaskan kesempatan ini dan jangan lepaskan," tekan Andes.
"Tapi Pa …."
"Nggak ada tapi-tapian, menurut lah. Kamu harus menikah dengannya, lupakan masa lalu. Kita yang hidup ini harus menjalankan kehidupan yang seharusnya, Papa mau kamu besok bertemu dengannya," ucap Andes.
"Baik Pa," jawab Deval menurut.
Andes pun pergi meninggalkan Deval sendiri.
"Apa Grameisya setuju akan hal ini?" tanya Deval.
☘️☘️☘️
Ke esokkan harinya.
Tok! Tok!
Tok! Tok!
"Nona, Nona! Ayo cepat sarpan. Waktunya Anda pergi sekolah," panggil Bi Ena dari luar pintu kamarnya.
Karena ketukan pintu itu cukup keras, Grameisya terbangun dan mengucek matanya.
"Nona, ayo bangun, nanti Anda telat ke sekolah," panggil Bi Ena lagi.
"Sekolah? … ah iya, aku kan jadi anak sekolahan sekarang," ucap Grameisya menepuk jidatnya.
"Iya," jawab Grameisya membuka pintu kamarnya.
Cklek!
"Eh Nona, Anda belum bersiap lagi?" tanya Bi Ena mengangkat alisnya. Biasanya Grameisya sudah siap jam segini.
"Eh iya, aku mau mandi dulu," ucap Grameisya buru-buru.
Bi Ena menarik nafasnya lalu meninggalkan kamar Grameisya dan kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk Grameisya.
"Baju yang mana ya?" tanya Grameisya bingung saat melihat seragam di dalam lemari. Meskipun ia pernah sekolah tapi sekolahnya yang dulu dan sekarang berbeda, bajunya juga berbeda. Sedangkan ia sama sekali tidak punya sedikit pun ingatan tentang pemilik tubuh asli.
Grameisya keluar dari kamarnya. Grameisya berjalan menuju dapur sambil melewati Defli.
Defli melihat Grameisya yang berlalu begitu saja. Biasanya, gadis itu menyapanya dengan malu-malu. Tak bisa di pungkiri jika Defli termasuk jajaran pria tampan.
"Dia lewat gitu aja? Apa dia sudah menyerah?" tanya Defli berpikir.
"Bi Ena, bantu aku carikan seragam untuk aku pakai hari ini," pinta Grameisya.
"Baik Nona." angguk Bi Ena.
Mereka pun berjalan menuju kamar. Bi Ena mengambil baju kotak-kotak untuk di pakai di hari Rabu.
"Nona, apa Nona tidak ingat apa-apa lagi?" tanya Bi Ena.
"Aku … aku tidak ingat sedikit pun," jawab Grameisya mengelengkan kepalanya dengan pelan.
"Tidak apa-apa Nona, jika Nona ada perlu apa-apa Nona beri tahu saja padaku," ucap Bi Ena.
Saat ini ia ibarat sedang mengajar anak baru.
Makanya jangan hobi bully orang
kan ame jg hobi bully
tanggung dong ...
kan udah bawa2 pasukan