Pernikahan kami memang tidak semestinya terjadi, sebab aku tidak mencintai istriku. Tapi perjodohan dari keluarga membuatku tidak bisa menolak pernikahan kami.
Hidup satu atap dengan wanita yang tidak aku cintai sama sekali bukanlah hal mudah. Aku selalu bersikap acuh padanya. Sekali pun ia selalu berusaha melakukan yang terbaik untukku. Dan semua itu tidaklah berakhir dengan baik.
Mita Gladizia, gadis manja dari keluarga kaya raya sama sepertiku harus berusaha keras mencuri perhatianku dengan melakukan segala hal sendiri. Bukan membuatku tersentuh, justru semakin membuat kepalaku ingin pecah karena kekacauan yang selalu ia timbulkan.
Selama pernikahan ia terus membuktikan jika dirinya bisa menjadi yang terbaik, namun aku tidak bisa percaya hal itu.
Mampukah Mita membuktikan pada Yazid jika dirinya bisa menjadi seorang istri yang idaman? Apakah Mita berhasil meluluhkan kerasnya sikap Yazid?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marina Monalisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Menyerah
"Aku sengaja membawa Mita kemari untuk nenek dan ayah memberi pengertian padanya. Peran seorang istri seharusnya seperti apa? Apakah boleh melakukan segala hal di luar tanpa izin suaminya?" Suara Yazid terdengar begitu lantang dan penuh kekesalan menatap sang istri yang hanya menunduk. Mita tak ingin membuat suasana semakin runyam atau bahkan menjatuhkan harga diri sang suami dengan ia menjawab ucapan Yazid.
Setidaknya biarlah seperti ini semua dulu dan ia akan berbicara pada Yazid ketika mereka berdua di rumah nanti. Vita tampak menghela napas kasar. Rasanya ini adalah peluang dirinya untuk menambah nilai buruk pada sang menantu.
"Itukan yang kamu pilih, Yazid?" sahut ibu Yazid dengan nada mengejek.
"Nia itu-"
"Jangan melibatkan nama orang asing pada pernikahan orang, Vita. Sebaiknya kamu diam!" ucapan sang suami saat itu juga membuat bibir Vita bungkam tanpa suara. Ia pikir sang suami akan mempertimbangkan saran yang ia berikan dengan meminta keduanya berpisah mungkin dan memilih Nia sebagai wanita pendamping sang anak.
Memang tak lagi heran mengapa ia begitu suka dengan sahabat Yazid, sebab Nia memang sudah begitu lama dengan sang anak dan mereka sekeluarga pun tak merasa canggung lagi pada gadis manis itu. Sayangnya hubungan dekat lama tak mampu menarik hati seorang Fena dan juga Hendi untuk memilih Nia menjadi menantu di keluarga mereka.
"Dan kamu Yazid, tidakkah kau bercermin dengan tingkahmu pada Mita? Bahkan kau dengan mudahnya membawa istrimu ke rumah ini tanpa bisa mendidiknya. Bukankah kegagalan seorang istri letaknya berada di kendali suaminya? Apakah peranmu sebagai suami sudah baik pada Mita?" terdiam seribu bahasa Yazid mendengar ucapan sang ayah.
"Jangan kamu pikir kami tidak tahu apa-apa, Yazid? Dimana ada terjadi malam pernikahan justru suaminya pergi ke apartemen wanita lain? Hah! Sekarang Nenek dan Ayah akan mendukung apa pun yang membuat Mita bahagia. Sudah cukup semua perjuangannya untuk mu." Semula Yazid menunduk kini mengangkat kepala tak terima mendengar perkataan sang nenek.
Tidak mungkin ia akan berpisah dengan Mita. Apa lagi harus membiarkan sang istri berkeliaran di luar sana bersama musuh bisnisnya. Tidak akan. Yazid tak bisa membiarkan itu semua terjadi.
Mita yang mendengar semua ucapan keluarga sang suami tampak tenang. Sedikit takut jika sampai mereka semua memintanya untuk berpisah dengan sang suami. Bagaimana pun ia marahnya, sedikit pun Mita tak ada niat untuk berpisah dengan sang suami.
"Oke, Oke aku akui aku salah. Tapi..."
"Yazid, bawalah Mita pulang ke rumah. Kami tidak ingin masalah kalian terdengar di rumah ini. Pulanglah selesaikan dengan kalian berbicara baik-baik. Ayah tidak akan mau mendengar salah satu dari kalian menceritakan keluh kesah kalian dengan orang di luar sana." Hendi memotong ucapan sang anak.
Baginya mereka tak berhak menengahi permasalahan yang bersumber dari cemburuan itu. Yazid hanya terlalu gengsi untuk berbicara berdua dengan sang istri.
"Ayah, Ibu, Nenek, kami pamit dulu." Mita yang paham jauh lebih dulu mencium tangan mereka semua. Meski Vita tampak menarik kasar tangannya saat Mita belum sampai mencium punggung tangannya.
Fena menghela napas kesal melihat sikap sang menantu yang tak kunjung sadar diri. Lama sudah ia tak memberi ceramah yang sangat panjang rasanya. Mungkin setelah ini giliran Vita lah yang akan ia hakim.
Setibanya di rumah setelah perjalanan yang cukup lama dan hening akhirnya Mita duduk di sisi ranjang menunggu ucapan sang suami. Kini Yazid tampak bingung harus memulai dari mana kata-katanya. Lama keadaan diam hingga akhirnya Mita lah yang lebih dulu bersuara.
"Jauhi wanita itu, Kak. Maka aku akan menjauh dari Pak Deni." sahutnya dengan tatapan tajam pada Yazid.
"Apa-apaa kamu, Mita? Mencampur adukkan masalahmu dengan Nia. Dia sahabatku. Tidak sepantasnya kamu seperti itu dengannya." jawab Yazid yang tak suka mendengar Mita menyebut nama sang sahabat.
"Baiklah jika begitu tak ada yang perlu kita tinggalkan, Kak. Aku akan tetap dengan pekerjaanku. Dan kakak akan tetap dengan wanita itu." Mita kesal sekali saat ini.
Apa susahnya Yazid menjauhi Nia, setidaknya segala kekurangannya sebagai seorang istri tak merasa di injak-injak selama Yazid tak membuka itu dengan Nia atau wanita lain. Dimana rasanya Mita tak memilih harga dirinya lagi. Satu lagi yang membuat Mita sangat geram ketika mengetahui benar jika sang suami berada di apartement malam itu. Dan meninggalkan dirinya sendiri.
"Oke. Oke, aku akan tinggalkan Nia. Tapi mulai besok tidak ada namanya bekerja ke perusahaan atau apa pun itu. Puas kamu Mita?" ujar Yazid dengan kesalnya.
"Baik. Sangat puas, Kak." sahut Mita tenang.
Namun, belum saja suasana nampak tenang, kini Mita sudah kembali di buat kesal saat sang suami tiba-tiba mendapat telepon dari seseorang.
"Halo," suasana tampak hening saat itu.
"Apa? Iya, iya aku segera kesana. Tenanglah, iya tunggu sebentar aku akan kesana." ujar Yazid dengan wajah yang sangat cemas.
Pria itu berlari keluar kamar meninggalkan Mita tanpa mengatakan apa pun. Meninggalkan Mita seorang diri di kamar dengan tatapan sangat kecewa. Mita tahu tanpa di beri tahu jika sang penelpon sudah pasti adalah Nia. Malam itu juga Mita menunggu dari waktu ke waktu kepulangan sang suami yang tak kunjung tiba. Malam sudah semakin larut namun kabar satu pun tak ia dapatkan dari Yazid.
Alhasil Mita kembali menghubungi sang nenek yang paling setia. Panggilan video kali ini menampakkan wajah Mita baik-baik saja tak ada air mata yang berjatuhan. Fena pun tersenyum melihatnya.
"Mit...bagaimana? Semua sudah selesai bukan?" tanya Fena dengan senyum senangnya.
Namun, di detik berikutnya senyum itu hilang saat melihat wajah Mita nampak sedih dan menunduk seraya menggeleng pelan.
"Ada apa, Mita? apa anak itu berulah lagi?" suara sang nenek naik satu oktaf kala itu.
"Dimana cucu durhaka itu?" tanya Fena yang geram dengan tingkah sang cucu.
"Mita ingin menyerah, Nek. Mita lelah." ucapan itu terdengar sangat serius tanpa main-main. Mita benar-benar lelah saat ini. Tak ada satu pun istri yang kuat jika berhadapan dengan suami yang lebih mementingkan wanita lain.
Jika hanya perihal mencuri hati sang suami tentu sangat menantang bagi Mita. Tapi ia bukan seorang wanita yang kuat tahan banting jika berhadapan dengan cinta segitiga. Ia tak kuat jika harus merebut hati pria yang ternyata penuh dengan nama wanita lain. Fena yang mendengar tentu sangat syok bahkan ia membungkam mulut mendengar ucapan Mita. Itu artinya Yazid sudah berbuat hal yang sangat menyakitinya.
"Mita, apa yang terjadi? Katakan pada nenek. Ayo sayang berjuang sekali lagi, Nak. Nenek yakin kamu wanita kuat."
Mita pun menceritakan jika ia dan Yazid baru saja membuat kesepakatan hingga di detik berikutnya kesepakatan itu kembali di langgar oleh sang suami. Tentu saja Mita sangat kecewa. Harapannya baru saja ingin di mulai sudah kembali di hancurkan. Apa Nia memiliki telinga ajaib hingga dengan mudahnya ia menghancurkan perjanjian yang baru saja di sahkan itu?
"Pergilah ke alamat ini, Mita. Ayo Nenek mau kamu pastikan semuanya. Dan setelah itu hubungi Nenek. Kita akan memikirkan selanjutnya langkah apa yang harus kita ambil. Ingat, jangan mengambil keputusan saat keadaan sedang panas seperti ini. Pastikan semua terlebih dahulu yah?" Mita pun akhirnya patuh akan perintah sang nenek yang meminta untuk memastikan Yazid di sana.
Harapan Fena semua akan baik-baik saja dan Yazid tak akan melakukan hal apa pun saat Mita datang ke sana. Setidaknya pandangan Mita pada Nia tidak seburuk yang ada di pikirannya saat ini. Sedikit banyak Fena pun tahu hubungan yang terjalin pada Nia dan Yazid bukanlah hubungan spesial. Itu sebabnya ia tak ingin pernikahan sang cucu hancur karena praduga yang belum jelas dari Mita.
ceritanya bagus 👍👍👍👍
salut untuk author yang berani menghargai wanita (lain) terus berkarya dan tetap semangat
GK sabar lihat Mita segera buka segel nya🤭🤭🤭