Setelah ditolak oleh gadis pujaan kampus, Rizky Pratama tiba-tiba membangkitkan sebuah sistem ajaib: setiap kali ia mendapat satu pengikut di siaran langsung, ia langsung memperoleh sepuluh juta rupiah.
Awalnya, semua orang mengira Rizky hanya bercanda.
Namun seiring waktu, ia melesat di dunia live streaming—dan tanpa ada yang menyadari, ia sudah menjelma menjadi miliarder muda Indonesia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon apa aja 39, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 – Jangkar Mana yang Harus Diperhatikan
Rizky tampak bingung. Haruskah dia… mengambilkan handuk untuk Maya?
Kenapa adegan ini terlihat begitu familiar? Bukankah hal-hal seperti ini cuma ada di film-film romantis?
Ia menelan ludah dengan susah payah, sampai bahkan lupa berbicara.
“Kak Rizky, kamu di sana?” suara Maya terdengar lagi dari dalam kamar mandi.
“Eh, iya… iya, Maya.”
Rizky menoleh ke sekeliling, matanya cepat menangkap handuk yang terlipat di jemuran balkon. Ia mengambilnya, lalu berjalan mendekati kamar mandi.
Dengan sedikit kikuk, ia menyelipkan handuk itu lewat celah pintu.
“Ini handukmu.”
“Terima kasih, Kak Rizky,” jawab Maya manis.
Pintu kamar mandi terbuka sedikit, cukup untuk memperlihatkan siluet tubuhnya yang samar di balik uap. Seolah takut Rizky tak melihatnya, Maya sengaja menunduk sambil mengulurkan tangan.
Naluri seorang pria membuat Rizky tanpa sadar melirik. Tatapannya bertemu dengan senyum tipis Maya.
“Aku berhasil membuatmu malu juga, ya?” batin Maya puas. Dalam hati ia merasa sudah menguasai keadaan.
Dengan cepat ia menarik handuk itu, tapi entah bagaimana, tarikan itu membuat Rizky kehilangan keseimbangan.
“Bruk!”
Tubuh Rizky tanpa sengaja menabrak lengan Maya. Keduanya terjatuh ke lantai dingin.
“Aduh, Kak Rizky… sakit, nih…” bisik Maya dengan pipi memerah. Ia buru-buru menutupi tubuhnya dengan handuk yang tersisa.
Meski sudah sering menonton film, Rizky belum pernah menghadapi situasi seperti ini di dunia nyata. Apalagi, usianya masih muda—darahnya panas, semangatnya penuh.
Tangannya refleks terulur, ingin menyentuh Maya. Tapi di saat genting, Maya justru meraih pergelangannya.
“Tidak, Kak Rizky… aku… aku lagi datang bulan,” ucap Maya dengan wajah merah padam.
Rizky tertegun. Bibirnya berkedut, antara kesal dan tak percaya.
“Serius, Maya? Dari tadi kamu goda aku, tapi sekarang malah bilang begitu?”
Maya menunduk. “Maaf, Kak… aku juga nggak mau kejadian seperti ini. Minggu depan… minggu depan, aku janji…”
Rizky terdiam sejenak. Minggu depan? Kata-kata itu mengingatkannya pada Dinda dulu. Saat ia sedang mengejar Dinda, perempuan itu juga selalu menunda dengan alasan, “Besok, besok, masih banyak waktu…” Dan pada akhirnya, Rizky hanya bisa berharap-harap bodoh.
Bedanya, Maya memberikan godaan yang jauh lebih besar dan lebih nyata. Rizky hampir saja jatuh ke dalam perangkap yang sama.
Ia menarik napas panjang, lalu berdiri. “Baiklah. Kalau begitu, sampai minggu depan. Sekarang sudah malam, aku pulang dulu.”
Maya tersenyum tipis, lalu melambaikan tangan. “Oke, Kak Rizky. Hati-hati di jalan, ya. Jangan lupa, minggu depan kita sudah janji.”
Melihat Rizky yang pergi dengan langkah tegap, Maya menghela napas puas. Ia yakin bisa menjerat pria itu sepenuhnya. “Aku harus memberinya godaan yang cukup. Kalau sudah dapat, nilainya bisa kuperas sampai habis…”
Namun, Maya lupa satu hal—Rizky bukanlah pria yang mudah dikendalikan.
---
Sesampainya di rumah, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Orang tua Rizky sudah terlelap, terbiasa membiarkan putra mereka pulang larut karena alasan belajar.
Di kamarnya, Rizky menatap cermin lama-lama. “Aku ini sebenarnya kerja apa, sih? Cari uang lewat siaran langsung… lalu habiskan uang buat narik penggemar…”
Ia menghela napas. “Bekerja keras itu memang jalannya. Tapi kalau sudah punya uang, buat apa repot-repot mengejar Maya, yang jelas-jelas sedang menjeratku?”
Dengan pikiran penuh tekad baru, ia membuka ponsel dan menyalakan aplikasi siaran langsung lagi.
---
Para penggemar langsung heboh melihat Rizky muncul.
[Ya ampun, Kak Rizky siaran lagi? Bonus malam ini, nih!]
[Kak Rizky memang the best. Makan daging, tapi masih kasih kita kuah sup.]
Bahkan Maya yang baru selesai mandi terkejut melihat siaran itu. “Dia… masih sempat live juga?” gumamnya. Ia pun masuk ke room dengan akun kedua.
Sementara itu, di tempat lain, Dinda yang masih menangis diam-diam juga menerima notifikasi. Dengan cepat ia masuk, penasaran dengan apa yang dilakukan Rizky sekarang.
“Teman-teman, jangan salah paham,” kata Rizky ke kamera. “Aku cuma ingin kasih tahu kalau Maya sudah sampai rumah dengan selamat. Nggak ada hal-hal aneh yang terjadi.”
[Benarkah? Atau ada yang ditutup-tutupi?]
[Kak Rizky nggak perlu jelasin, kita percaya kok!]
Mendengar itu, Dinda lega bukan main. Ia buru-buru mengetik komentar.
@XiaoDinda: [Baru dua puluh menit, nggak mungkin mereka sempat melakukan apa-apa.]
[Haha, tiga menit pun sudah cukup bagi sebagian orang!]
[↑ Eh, jangan ngeledek gitu!]
Obrolan pun ramai, hingga akhirnya seorang penggemar bertanya:
[Kak Rizky, kalau gitu malam ini kamu mau nonton live siapa?]
Rizky tersenyum. “Karena ini siaran, aku memang harus keluar uang. Tapi tenang, malam ini kita pilih bareng-bareng.”
Ia membuka polling. Nama-nama streamer muncul: penari seksi Viona, tante cantik Bu Sari, hingga gadis manis Si Domba Kecil.
Pada akhirnya, suara terbanyak jatuh pada Viona, sang penari yang terkenal dengan tarian energiknya.
“Baiklah, karena kalian sudah pilih Viona, kita akan masuk ke room dia,” ujar Rizky. “Tenang, semua streamer akan kita kunjungi kok. Kalian penggemarku, kita jalan bareng.”
[Wah, Kak Rizky luar biasa!]
[Pasukan Rizky siap perang, jangan sisakan rumput!]
Rizky langsung menghentikan. “Hei, jangan bikin kelompok aneh-aneh. Semua streamer temanku, semua penonton keluargaku. Jangan sampai ada persaingan nggak sehat.”
Para penonton terdiam, lalu memuji Rizky lebih tinggi lagi.
Saat itu juga, hujan mawar digital memenuhi layar. Rizky pun akhirnya masuk ke room Viona, di mana seorang gadis cantik bertubuh tinggi menari penuh semangat di depan kamera.
Ruang siaran langsung pun mendadak penuh tepuk tangan dan sorakan.
---