Sering di-bully, hingga dikirim ke ruangan seorang dosen yang dikenal aneh, dia masuk ke dalam sebuah dunia lain. Dia menjadi seorang putri dari selir keturunan rakyat biasa, putri yang akan mati muda. Bagaimana dia bertahan hidup di kehidupan barunya, agar tidak lagi dipandang hina dan dibully seperti kehidupan sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Anak Laki-laki Berambut Hitam
"Aku yakin Deana, aku ingin anak kecil itu, rambutnya cantik, aku suka. Nanti kita bisa mendapatkan kepingan emas lagi, sekarang sudah banyak yang akan membantumu mengumpulkan uang dan makanan, bukan?" Putri Laeouya tersenyum.
"Baiklah, jika Putri sangat menginginkan anak kecil laki-laki itu, aku akan menawar sebaik mungkin untuknya."
"Aku ingin anak itu!" Salah satu bangsawan memilih anak kecil itu. "Dia sebaya dengan putriku, bisa dijadikan budak bermain!" ucapnya tersenyum.
Putri menggenggam tangan Deana.
"Tenang Putri, jangan terburu-buru, saat hitungan ke dua kita menawar. Agar harganya tidak terlalu tinggi."
Tawar menawar pun terjadi, putri, bangsawan tadi dan dua pengusaha lainnya yang juga tertarik dengan anak kecil itu.
"500 keping emas dari Tuan Fath! Ada yang ingin menawar lagi?"
Sekitar dua menit ditunggu. "Tak ada lagi penawar rupanya. Baiklah, satu ... Dua ... Ti—"
"550 keping emas!" seru Deana.
"800 keping emas!" tuan Fath meninggikan harga lebih jauh.
"Tuan Putri, anda yakin? Ini 800 keping emas, bisa membeli permata energi tujuh sampai 8 buah, bisa membuat makanan kita tahan selama 3 bulan dalam tiga gentong gesar." Deana berbisik pada putri.
"Tapi aku sangat menginginkannya Deana. Tawar seribu keping emas paling banyak, jika lebih baru mundur."
"Seribu?" Deana berpikir keras. Seribu keping emas sangatlah banyak untuk budak kecil yang tidak tahu kegunaannya untuk apa nanti.
"Putri yakin? Putri sangat ingin?" tanya Deana lagi memastikan
"Ya, saya ingin anak kecil itu, dia cantik, mata dan rambutnya cantik!" Putri terus menatap anak kecil itu.
"Ada tawaran lagi? Bagaimana dengan Nona Deana? Masih ada tawaran atau mundur?" Pembawa acara lelang bertanya.
"900 keping emas!" seru Deana menaikkan harga.
Ruangan mulai riuh, budak level tiga yang biasanya hanya mencapai 500 keping emas, kini sampai 900 keping.
"Apa anak kecil dan Tuan Fath itu bodoh? Masih banyak budak, bahkan level budak tertinggi sampai budak 10, ini masih budak level tiga, mereka berebut dengan harga tinggi!" Seseorang tengah tertawa mengejek.
"920 keping emas!" teriak Tuan Fath kembali setelah berbicara dengan anaknya.
"Wah, gila. Dia terlalu memanjakan anaknya, sampai bersedia mengeluarkan 920 keping emas demi budak level tiga!" seruan yang lain.
"Bagaimana Nona Deana, anda menyerah? Atau akan menaikkan harga?"
Tuan Fath tampak tersenyum, dia yakin Deana tak akan menaikkan lagi. Fath adalah penguasa yang cukup ternama di Nerluc ini, dia mengenal Deana anak Earl dan Putri Laeouya yang miskin.
"Seribu keping emas!" teriak Deana, setelah itu dia duduk tenang.
"Ini kesempatan terakhir kita putri. Kalau dia masih menawar, kita akan kehilangan, tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa Deana, kita sudah mencoba yang terbaik."
Dengan senyuman sinis, Tuan Fath tidak lagi bersuara, dia yakin Deana dan Putri akan menangis memohon pada pembawa acara karena tak punya uang. Dia juga tahu kalau tanda terima yang dibawa putri tadi bercap tanda Putri Arunika.
Tuan Fath memiliki kerjasama dengan Ibunya Putri Arunika, Selir ke-68, Xilia Demeter, bangsawan kaya turun temurun yang memiliki toko pakaian mewah terbesar dan terkenal di kerajaan Nerluc ini.
Siapa sangka, Putri dan Deana membayar dengan seribu keping emas, membawa anak laki kecil berambut panjang hitam itu dengan 5 orang budak yang sudah dipilih. Senyumnya yang tadi lebar berubah masam.
"Hahahaha. Aku suka, akhirnya aku memiliki kamu juga. Hmm, rambutmu cantik, lembut dan halus," kata Putri, dia mengelus rambut panjang hitam anak laki-laki itu.
Petugas rumah budak membuka borgol, dan memberikan kunci kalung budak yang menyegel leher-leher mereka pada putri.
"Terimakasih dengan kerjasamanya Yang Mulia Putri, semoga anda kembali lagi membeli budak-budak dari rumah kami ini."
Putri mengangguk, lalu pergi bersama Deana dan para budak.
"Hei, nama kamu siapa?" Putri membelai rambut itu terus.
Anak laki-laki itu diam saja, matanya hanya menatap putri dengan berkedip beberapa kali. "Aku bicara pada kamu, kenapa diam saja?"
Anak laki-laki itu tetap tidak menjawab, lalu Putri menoleh pada Deana. "Deana, apa anak kecil ini bisu? Dia tidak bisa bicara?"
"Entahlah putri, hamba juga tidak tahu," jawab Deana. "Jika dia bisu, kita rugi banyak," ratap Deana. "Bisu, masih kecil, dia bisa apa, harganya sangat mahal lagi," protes Deana.
"Sudah, sudah, tidak apa-apa Deana. Aku menyukai dia." Putri menyentuh Deana, setidaknya 5 budak level satu gratis, budak level 3 saja yang dibeli karena banyak yang tertarik. Jika tidak ada yang tertarik, mungkin juga bisa gratis dari cap tanda terima putri Deana yang dibawa oleh Putri Laeouya.
"Tidak apa-apa, jika kamu tidak bisa bicara, aku tetap menyukai dirimu. Wajahmu tampan, rambutmu bagus dan lihat, matamu cantik. Eeeehh, lihat, matamu rupanya juga cantik. Bukankah tadi matamu warna hitam? Sekarang, kenapa warna merah menyala seperti darah?" Putri memegang wajah anak laki-laki itu.
Deana pun juga melihat. "Putri, bahaya. Ayo cepat kita bawa pulang dia. Sepertinya pengurus rumah budak ini salah prediksi, dia bukan budak level tiga. Ayo cepat! Mungkin kita tidak rugi membelinya. Hahahaha. Aku percaya, mata putri pasti jeli dengan apa yang anda inginkan, setidaknya anak ini berada di posisi budak level 8. Ayo cepat kita pulang, sewa kereta kuda saja, biar tidak ada yang curiga!"
Akhirnya, Mereka pulang dengan kereta kuda, biasanya Putri dan Deana selalu berhemat, memilih berjalan kaki kemanapun, kali ini tidak.
"Kalian berdua di sini saja, sementara kalian berempat ikut dengan Deana!" ucap Putri Laeouya pada budak yang baru dia beli itu saat sampai di kediaman lama.
"Anak laki-laki yang tampan, rambut cantik dengan aroma bunga, karena aku tidak tahu namamu, aku panggil kamu si cantik ganteng ya. Hehehe." Putri mentoel pipi anak laki-laki itu.
Lalu, menoleh pada anak perempuan yang berumur sembilan tahun berambut merah muda budak level satu itu. " Siapa namamu?"
Gadis kecil berumur sembilan tahun itu langsung bersimpuh, memberikan salam hormat. "Mohon ampun Yang Mulia Putri, terimakasih. Nama saya Raline Freya," jawab gadis kecil itu.
"Nama yang Cantik Freya! Bangunlah dan kembali padaku."
Gadis berambut merah muda itu bangkit dan melangkah mendekati putri yang duduk, sementara anak laki-laki tadi hanya diam menatap semua yang terjadi.
Putri Laeouya menyentuh rambut berwarna merah muda. "Rambutmu juga cantik, bergelombang, tebal dan lembut. Sedikit bau debu dan apek, tapi tak apa-apa, jika di rawat pasti wangi.
"Hahaha, aku punya tambahan dua anak kecil imut yang cantik." Putri Laeouya tertawa senang, sambil mengelus rambut anak laki-laki dan anak perempuan itu.
"Apa kalian lapar?"
Anak perempuan itu mengangguk, sementara anak laki-laki itu hanya diam bengong.
"Ayo, kita makan!" Putri membawa dua anak itu ke dapur.
"Kalian pemakan apa? Daging atau tumbuhan?"
"Tumbuhan dan sedikit daging," jawab Freya. Sementara anak laki-laki itu menunjuk dada Putri Laeouya.