Kisah seorang ratu yang bereinkarnasi ke masa depan menjadi gadis biasa yang lugu untuk menebus segala dosanya yang telah lalu akibat kegemarannya yang suka berperang dan membunuh ribuan orang dalam perang kerajaan yang di pimpinnya.
Bertemu seorang pria berondong yang bodoh yang tak sengaja ia temukan di depan toko roti tempatnya bekerja.
Ternyata pria tersebut seorang CEO Amnesia yang tidak diketahui identitas pribadinya sampai CEO Amnesia itu mendapatkan ingatannya kembali setelah jatuh dari toilet.
Tetapi CEO itu hanya mengingat wanita lain dan menganggap gadis itu sebagai pengganti wanita lain itu.
Bagaimana kisah kasih ideal mereka akankah keduanya bersama dan menikah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9 BELAJAR MEMBUAT ROTI LEBIH BAIK
Kemampuan Batang Dewi dalam membuat roti Italia semakin mengalami perkembangan seiring waktu.
Rajawali sistem terus memberinya latihan khusus dalam menciptakan roti-roti Italia mulai dari roti dasar sampai membuat berbagai varian serta isi roti.
"Apakah aku harus mengulangi membuat adonan roti Italia lagi ?", tanya Batang Dewi di dapur rumah barunya.
"Iya ! Apakah kamu tidak melihat jika adonan roti buatanmu tidak mengembang !?", sahut Rajawali sistem.
"Aduh !? Aku sudah membuatnya hampir dua puluh kali... Aku lelah... Tidak satupun adonan rotiku berhasil...", kata Batang Dewi kesal.
"Membuat Maritozzi memang agak sedikit susah karena roti harus benar-benar mengembang agar membentuk bulat agar bisa dibelah tengahnya", ucap Rajawali sistem.
"Adonan yang lainnya harus aku buang kemana ?", keluh Batang Dewi.
"Tidak perlu dibuang karena kamu bisa membuatnya menjadi roti lainnya seperti menggorengnya menjadi camilan", sahut Rajawali sistem.
"Tapi adonan ini banyak sekali... Bagaimana aku menghabiskannya !?", tanya Batang Dewi merasa lelah.
"Jangan langsung dipakai semuanya karena kamu bisa menyimpannya di dalam lemari es sebagian, dan yang lainnya kamu olah menjadi roti goreng", jawab Rajawali sistem.
"Argh... Tapi ini sangat banyak sekali, mana mungkin aku menghabiskannya sendirian...", ucap Batang Dewi tertunduk lesu.
"Bukankah kamu bisa membaginya pada pria amnesia itu ? Atau rekan kerjamu di toko roti atau juga kepada anak kecil di jalanan yang kamu temui", ucap Rajawali sistem.
"Jian ? Dia tidak akan suka roti goreng karena dia juga tidak boleh memakan banyak gorengan karena luka-lukanya masih belum sembuh total", kata Batang Dewi. "Itu akan mempengaruhi kesembuhannya".
"Benar juga, akan tambah merepotkan buatmu jika pria amnesia itu masih tinggal di rumah ini, dan itu konyol, menurutku", ucap Rajawali sistem.
"Haish... Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu padanya ? Dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun padamu tetapi tampaknya kamu sangat tidak menyukainya", kata Batang Dewi.
Rajawali sistem lalu mengepakkan kedua sayapnya pelan dan terdiam memandangi meja dapur yang berantakan.
Burung berbentuk mirip boneka itu memang tidak terlalu menyukai pria amnesia itu, bukan tanpa alasan karena dia selalu mendengar dan melihat dengan mata sendiri kelakuan pria amnesia itu kepada Batang Dewi yang sangat kasar dan sering membentak gadis polos itu.
Seandainya waktu dapat kembali lagi pada saat Batang Dewi menjadi Ratu dari Kerajaan Palawa alangkah menyenangkan sekali membuat pria amnesia itu menjadi bawahan Batang Dewi, pikir Rajawali sistem.
Sayangnya itu tidak mungkin terjadi karena masa lalu akan menjadi masa lalu dan tinggallah kenangan.
Burung Rajawali sistem terbang berputar-putar di dalam ruangan dapur rumah baru Batang Dewi.
Sesekali burung sistem itu hinggap di beberapa tempat di dalam ruangan dapur tetapi tempat favorit Rajawali sistem adalah lemari es. Burung itu sangat menyukai hinggap di atas lemari pendingin tempat menyimpan makanan.
"Karena kamu masih belum mahir membuat Maritozzi maka aku sarankan kamu untuk belajar membuat isian untuk roti agar kamu terlatih menciptakan berbagai rasa isi roti", ucap Rajawali sistem.
"Isi roti ? Apakah itu !?", tanya Batang Dewi.
"Semacam cream cheese atau krim keju untuk isian roti Maritozzi tetapi biasanya orang Italia menggunakan meringue krim mentega Italia", sahut Rajawali sistem.
"Bagaimana cara membuatnya isian roti itu ?", tanya Batang Dewi polos.
"Untuk membuat meringue krim yaitu dengan cara gula dimasak dulu dan menggunakan putih telur, selain mentega dalam komposisinya yang tepat", sahut Rajawali sistem.
"Hufh... Aku tidak benar-benar memahami semuanya dan aku tidak mengerti sama sekali cara membuatnya... Bisakah kamu memberikan contoh cara untuk membuat isian roti itu ?", tanya Batang Dewi.
"Kamu mau membuat isian roti yang mana dulu, cream cheese atau meringue krim ?", sahut Rajawali sistem balik bertanya pada gadis polos itu.
"Tapi menurutku dua-duanya sangat sulit sekali, dan dua-duanya aku tidak dapat membuatnya. Aku tidak mengerti sama sekali", kata Batang Dewi putus asa.
Rajawali sistem hanya terdiam tanpa menanggapi ucapan Batang Dewi yang sedari tadi berkeluh kesah.
Wajar saja memang, kalau gadis berusia 29 tahun itu mengeluh karena Batang Dewi tidak pernah mengerti akan keahlian memasak ataupun membuat roti karena dia datang dari zaman masa lalu yang jauh kehidupannya dari dunia memasak dan dia hanya berkutat dalam mengurus negara serta pergi berperang. Dan di masa depan ini, dia harus bereinkarnasi menjadi seorang gadis biasa, dan menjadi seorang penjual roti Italia.
Hal itu tentulah bukan sesuatu yang mudah dan sederhana bagi seorang Batang Dewi.
Dia hampir membuat adonan roti Maritozzi sebanyak dua puluh kali dan itu gagal semuanya.
Ada yang tidak mengembang, ada yang bantat, ada yang seperti adonan masih cair dari tepung dan semuanya tidak dapat dipakai untuk membuat Maritozzi.
"Sepertinya kamu perlu bantuan sistem untuk membuat roti Maritozzi tetapi jika kamu menggunakan alat pada sistem maka kamu tidak akan mahir-mahir dalam mengasah kemampuanmu memasak atau membuat roti berbagai varian", ucap Rajawali sistem.
"Terus aku harus bagaimana ? Apa yang harus aku lakukan agar aku pintar membuat berbagai roti Italia ?", tanya Batang Dewi.
"Kamu harus berlatih tiap hari untuk membuat roti-roti itu, karena untuk membuat roti dengan baik tidak hanya butuh waktu sehari atau barang dua hari bisa tetapi memerlukan latihan berhari-hari bahkan berbulan-bulan untuk melatih kemampuanmu dalam meciptakan roti-roti khas Italia dengan sempurna", ucap Rajawali sistem.
"Aku mengerti itu dan memang tidaklah mudah membuat sebuah roti yang sempurna dan layak di konsumsi banyak orang", sahut Batang Dewi.
"Baiklah hari ini cukup membuat roti Maritozzi dulu karena kamu juga perlu beristirahat setelah bekerja seharian di toko tadi", ucap Rajawali sistem.
"Tapi, aku masih perlu belajar banyak lagi membuat roti. Ayolah, kita berlatih membuat roti lagi atau mungkin membuat isian roti !", kata Batang Dewi memohon dengan sangat kepada Rajawali sistem.
"Tidak, ini sudah malam, dan aku rasa kamu perlu tidur karena kamu juga harus merawat pria amnesia itu", sahut Rajawali sistem.
KLING...
KLING...
KLING...
Suara seperti bunyi bel kembali terdengar ketika Rajawali sistem hendak pergi dari ruangan dapur rumah baru Batang Dewi.
"Dagh ! Sampai besok lagi, Batang Dewi !", ucap Rajawali sistem. "Selamat malam !"
Tubuh Rajawali sistem berangsur-angsur mulai memudar dari pandangan Batang Dewi yang masih sibuk di ruangan dapur miliknya.
"Ehk !? Tunggu ! Aku belum selesai bicara denganmu, Rajawali sistem ! Jangan pergi dulu dari sini !", pekik Batang Dewi tersentak kaget.
Tidak terlihat lagi keberadaan burung Rajawali sistem di ruangan dapur yang masih tercium aroma roti, sistem yang berupa seekor burung yang mirip sebuah boneka mainan telah pergi menghilang dari area tempat memasak itu.
Batang Dewi hanya tertegun seorang diri di ruangan dapur sembari berdiri menatap ke arah meja dapur yang terlihat berantakan sekali dengan adonan roti gagal yang menumpuk di sana-sini.
Berulangkali dia mendesah pelan lalu menghela nafas panjangnya ketika melihat kondisi dapurnya yang tidak karuan keadaannya itu.
Batang Dewi melangkah gontai ke arah meja dapur seraya membuka laci meja untuk mengambil sebungkus kantung plastik dari dalam laci kemudian pelan-pelan dia mulai membersihkan meja dapurnya dari sisa bahan-bahan roti serta tidak lupa membungkus adonan roti yang gagal itu dengan kantung plastik, memasukkannya satu persatu adonan roti ke dalam masing-masing kantung plastik bening lalu menyimpannya ke dalam lemari es.
Dia sengaja memisahkan setiap adonan roti-roti itu ke dalam plastik bening agar tidak tercampur antara satu adonan dengan adonan lainnya dan tidak saling lengket.
Untuk adonan yang cair, dia terpaksa membuangnya karena untuk dipakai esok hari tidak mungkin karena akan berbau tidak enak meski disimpan dalam lemari es.
Tidak terasa waktu berjalan hampir satu jam lebih untuk membersihkan dapur, tempat dia memasak.
Akhirnya ruangan di dapur menjadi bersih kembali serta tertata rapi lagi seperti semula dan membuat Batang Dewi merasa kelelahan sekali setelah bekerja seharian penuh hingga larut malam.
"Fuih !? Akhirnya aku dapat membersihkan ruangan dapur ini, dan sudah saatnya aku pergi tidur karena hari sudah malam", kata Batang Dewi sembari mengusap keningnya yang berkeringat.
Batang Dewi lalu duduk di bangku dekat meja dapur dan bersandar di sana, tanpa terasa gadis polos itu jatuh tertidur karena lelahnya.
KRIET...
Terdengar suara pintu dibuka dari luar dapur, muncul seseorang dari luar dan bergegas masuk ke dalam ruangan itu.
Berjalan tanpa menimbulkan suara dan berdiri tepat di dekat Batang Dewi yang jatuh tertidur lelap.
"Ck ! Dia tidur begitu nyenyaknya, tanpa memperdulikan ruangan di dapur ini sangat dingin jika malam tiba", ucap seorang pria saat melihat ke arah Batang Dewi sambil berdecak pelan.
Pria asing yang masuk ke dalam ruangan dapur itu ternyata Jian, pria amnesia yang di tolong oleh Batang Dewi saat dia jatuh pingsan penuh luka di depan beranda toko roti Italia 1912 tempat gadis polos itu bekerja.
Jian mengusap kepalanya berberapa kali lalu mengalihkan pandangannya ke sekitar ruangan dapur rumah.
"Aku mencium aroma roti, apakah dia baru saja membuat roti malam ini ?", tanya Jian.
Dia melangkah menuju lemari es dan membuka pintu lemari pendingin itu, dan benar saja, pada saat dia melihat ke dalam lemari es, terlihat tumpukan adonan roti yang terbungkus plastik bening yang tersusun rapi.
Jian hanya menggelengkan kepalanya pelan ketika melihat tumpukan adonan roti di dalam lemari es seraya bergumam pelan pada dirinya sendiri.
"Sepertinya aku akan sarapan roti setiap hari mulai sekarang, untuk apa dia membuat roti sebanyak ini !?", ucap Jian.
Pria amnesia itu lalu beranjak berdiri dari lemari es dan kembali berjalan ke arah Batang Dewi yang terlelap tidur di atas meja dapur.
"Apa sebaiknya aku membawanya ke kamar tidurnya !? Disini dia akan masuk angin dan bisa jatuh sakit", ucap Jian.
Jian menggendong Batang Dewi dan hendak membawanya pergi ke ruang tidur, tetapi luka di tubuhnya masih terasa sakit dan dia berusaha menahannya.
Pada akhirnya pria amnesia itu nekat membopong gadis polos itu di punggungnya menuju ruangan tengah dan meletakkan Batang Dewi di atas sofa panjang karena Jian tidak mampu melangkahkan kakinya lagi ke kamar tidur yang letaknya agak jauh dari dapur.
"Aku dimana ?", tanya Batang Dewi saat dia terbangun dari tidurnya dan melihat dirinya berada di sofa.
Batang Dewi melihat ke arah kursi malas yang ada di sebelah sofa dan dia melihat Jian masih tertidur lelapnya.
"Apakah Jian yang membawaku kemari saat tertidur di dapur ?", ucap Batang Dewi tersipu malu.
Batang Dewi hanya dapat tersenyum tipis ketika menyadari Jian telah sembuh dari sakitnya serta lukanya karena Jian mampu membawanya ke ruangan tengah ini.
Dia lalu turun dari sofa panjangnya serta bergegas pergi dari ruangan tengah menuju ke kamar tidurnya.
Hari demi hari terlihat Batang Dewi sibuk membuat roti dengan berbagai jenis macamnya.
Dia dibantu oleh Rajawali sistem untuk mengolah adonan menjadi roti yang sempurna. Dan hampir menghabiskan waktunya untuk menciptakan roti-roti Italia yang lezat.
Batang Dewi mengasah kemampuan membuat roti Italia baik itu saat dia di rumah atau sepulang kerja dengan izin bosnya.
"Apakah kamu tidak lelah membuat roti dan aku perhatikan kamu sibuk selama seminggu ini ?", tanya Jian dari sudut meja dapur toko roti Italia 1912.
"Tidak, aku sama sekali tidak merasa lelah justru aku sangat senang sekali dapat membuat roti dengan sempurna dan berhasil", jawab Batang Dewi sembari menguleni adonan rotinya.
"Tidakkah itu sangat berat untukmu karena harus berlatih membuat roti sepanjang hari", kata Jian seraya meletakkan tangannya di atas kepalanya.
"Jika aku lelah maka aku tidak dapat hidup di kota ini dan aku juga harus membiayai hidupku sehari-hari, untuk makan dan keperluan lainnya", kata Batang Dewi.
"Hmmm...", gumam Jian dan hanya itu yang keluar dari dirinya menanggapi perkataan Batang Dewi.
"Apakah kamu bosan menemaniku bekerja di toko roti Italia ini ?", tanya Batang Dewi seraya melirik Jian dari sudut matanya.
"Tidak... Aku tidak bosan menemanimu melainkan aku hanya jenuh harus makan roti tiap hari...", sahut Jian sambil meletakkan kepalanya di atas kedua lengannya di meja dapur.
Batang Dewi terdiam tertegun ketika mendengar ucapan Jian yang mengeluh harus memakan roti setiap harinya tanpa ada menu lainnya di menu makanan kami sehari-harinya.
Gadis sederhana dan polos itu tetap melanjutkan kegiatannya berlatih membuat roti di toko roti Italia 1912 dengan ditemani oleh Jian, pria amnesia tanpa identitas itu.