Persahabatan Embun dan Raka sudah terjalin sejak mereka masih kecil. Walau sering bertengkar tetapi mereka saling menjaga satu sama lain.
Tapi memang jarang ada persahabatan yang murni antara laki - laki dan perempuan. Dan itu yang dirasakan Embun saat ini.
Dia yang selama ini memendam perasaan pada Raka, harus menerima kenyataan pahit. Ternyata Raka sudah dijodohkan dengan gadis cantik bernama Vania. Apakah Embun memang harus mengubur dalam perasaannya pada Raka? Dan apakah kedatangan Brian bisa menghapus nama Raka dihati Embun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SnowBall, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Masa Lalu
Disudut cafe terlihat Raka dan Vania duduk berhadapan. Mereka sedang menikmati waktu berdua.
"Ka, setelah lulus nanti kamu mau melanjutkan kuliah di mana?" Tanya Vania sambil menikmati makanan pesanannya.
"Aku belum tahu Van. Tapi papa minta aku mengambil jurusan bisnis, papa mau nantinya aku menggantikannya mengurus perusahaan." Jawab Raka lesu.
"Tapi kamu kok gak bersemangat gitu jawabnya? Apa itu gak sesuai dengan cita-cita kamu?"
"Entahlah Van, aku masih memikirkannya." Jawab Raka pendek.
Vania merasa kalau Raka belum bisa terbuka padanya, dan itu membuat dia sedikit sedih.
Saat Vania sedang sibuk dengan pikirannya, Raka malah sibuk berkirim pesan dengan hpnya. Melihat hal itu, membuat Vania bertanya-tanya, pada siapa Raka mengirimkan pesan.
"Kamu kirim pesan sama siapa?" Tanya Vania dengan nada menyelidik.
"Oh ini Embun tanya aku lagi dimana, katanya tadi ke rumah aku gak ada." Jawab Raka.
"Sedekat apa sih kalian, tiap kita jalan bareng ada saja hal yang kamu ceritain tentang dia."
Raka tersenyum dan menjawab,
"Aku sama Embun udah temenan dari kita SD. Aku tuh orang yang sulit bergaul dan akrab sama orang. Waktu itu mungkin Embun satu - satunya cewek yang gak punya malu terus saja deketin aku." Raka terkekeh mengingat masa lalunya bersama Embun.
Flash Back On
Buk
"Auww!!" Raka berteriak sambil memegang kepalanya. Dia melihat jambu yang terjatuh mengenai kepalanya.
Raka melihat ke atas, dia penasaran kenapa bisa ada jambu jatuh yang mengenai kepalanya.
Saat Raka melihat - melihat ke atas pohon jambu itu, dia melihat ada orang. Dia langsung mencari batu kecil untuk dia lempar ke arah orang tersebut. Setelah mendapat batu, Raka langsung melemparnya. Dan ternyata lemparannya tepat mengenai target.
"Aduhh." Terdengar suara dari target yang Raka lempar.
"Hei kamu pencuri, turun dari situ!!" Perintah Raka.
"Siapa yang kamu sebut pencuri, kamu yang lempar aku tadi? Awas kamu ya!" Balas orang itu tidak mau kalah dengan Raka.
"Orang yang mengambil jambu tanpa ijin bukannya pencuri? Turun sebelum aku laporin kamu!"
Akhirnya orang itu turun dari pohon. Betapa kagetnya Raka ketika melihatnya, ternyata yang turun adalah anak perempuan seusianya.
"Apa kamu lihat - lihat? Naksir ya?" Kata anak itu dengan mata yang melotot.
Raka maju ke depan anak itu, tanpa aba - aba dia langsung menyentil dahinya. Refleks anak itu memegang dahinya sambil mengaduh.
"Aduuhhh." Teriak anak perempuan itu.
Tanpa diduga oleh Raka, anak itu maju dan langsung menggigit tangan Raka.
Raka yang kaget berusaha melepaskan tangannya.
Tapi sayang anak itu malah semakin menggigit tangan Raka. Raka yang tidak tahan akhirnya berteriak meminta pertolongan.
"Hei lepasin tangan tangan aku! Mama mama tolongin Raka." Teriak Raka memanggil mamanya.
Saat itu juga keluar seorang wanita cantik dari dalam rumah. Dia melihat anaknya sedang bertengkar dengan anak perempuan yang belum pernah dia lihat.
"Kalian berhenti!" Ibu Raka yang bernama Intan memberi perintah.
Mendengar teriakan itu, akhirnya anak perempuan tersebut melepaskan gigitannya. Dia melihat wanita yang cantik di depannya.
"Wah tante cantik baget kaya bidadari." Kata anak itu terpesona dengan kecantikan bu Intan.
Bu Intan tersenyum dan mendekati, seraya mengelus puncak kepala anak perempuan itu.
"Nama kamu siapa manis?" Tanga bu Intan.
"Embun tante, tante sendiri siapa." Jawab Embun dengan malu - malu.
"Nama tante Intan. Kamu kenapa gigit tangan anak tante Embun?" Tanya bu Intan lembut pada Embun.
"Dia nuduh aku pencuri, terus nyentil dahi aku tante." Embun mengadu dengan muka memelas. Bu Intan yang mendengar itu menoleh tajam ke arah Raka meminta penjelasan.
"Dia emang mau ngambil jambu ma, tadi aku lihat dia di atas pohon." Jelas Raka.
Bu Intan menoleh ke arah Embun dan mengusap kepalanya lembut.
"Embun naik ke atas pohon?" Tanya bu Intan kaget.
"Iya Tante, maafin Embun. Tapi kata kakek Danu, Embun boleh metik jambu disini kapan saja." Jelas Embun.
"Embun, tante tidak melarang kamu metik jambu tapi harus minta ijin dulu ya. Kamu juga tidak boleh naik pohon dan metik sendiri, itu bahaya. Kalau kamu jatuh gimana, apalagi kamu anak perempuan. Embun ngerti maksud tante kan?" Tanya bu Intan.
"Iya tante, maafin Embun ya." Embun berkata sambil menunduk.
"Iya tante maafin Embun, lain kali jangan diulangi ya." Bu Intan berkata sambil memeluk Embun.
Setelah melepas pelukan Embun, bu Intan menyuruh Raka mendekat.
"Raka, sekarang kamu minta maaf dulu sama Embun." Pinta bu Intan.
"Tapi bukan Raka yang salah ma, kenapa harus Raka yang minta maaf." Protes Raka.
"Tapi Raka.." Perkataan bu Inta terhenti karena ucapan Embun.
"Aku minta maaf ya, udah jatuhin jambu ke kepala kamu sama gigit tangan kamu juga." Embun mengulurkan tangannya meminta maaf pada Raka.
Raka masih diam saja tidak menyambut uluran tangan Embun. Bu Intan tersenyum melihat kelakuan anaknya.
"Ayo Raka, terima permintaan maaf Embun." Bu Intan mencolek lengan Raka.
Raka menoleh ke arah ibunya. Dia melihat ibunya tersenyum dan mengangguk. Kemudian dia menjabat tangan Embun, tapi langsung dilelas begitu Embun menjabat erat tangannya.
Bu intan hanya menggelengkan kepala melihat itu. Embun terus saja tersenyum, dia senang permintaan maafnya diterima oleh Raka.
"Ngapain kamu senyum - senyum?" Tanya Raka jutek.
"Gak papa kok, aku senang saja kamu udah maafin akun. Besok - besok aku gak gigit tangan kamu lagi deh." Kata Embun.
"Ok aku pegang janji kamu. Tapi aku gak janji kalau gak nyentil dahi kamu lagi." Kata Raka santai lalu berlalu masuk ke dalam rumah.
"Tante lihat itu Raka." Kata Embun sambil menghentakkan kakinya. Dia kesal pada Raka.
"Udah udah, nanti kalau Raka ganggu kamu lagi kamu bilang saja sama tante ya. Sekarang kita masuk, tante punya puding yang enak. Embun mau?" Bu Intan menggandeng tangan Embun mengajak dia masuk.
"Mau tante, Embun minta yang banyak ya." Pinta Embun. Bu Intan mengangguk dan masuk ke rumah bersama Embun.
...************...
Di Rumah Embun
"Bim, rumah sebelah sudah ditempatin orang. Kamu bilang sama Embun, jangan naik pohon di situ lagi ya." Kata bu Lasti pada Bima.
"Embun gak ada bu." Jawab Bima.
"Aduuuh, kemana anak itu. Cepat kamu cari adik kamu!" Perintah bu Lastri.
"Ogah, ntar juga pulang sendiri bu." Bima menolak perintah ibunya.
"Kamu itu disuruh nyari adeknya sendiri saja gak mau, ntar kalau ada apa - apa gimana?"
"Lah bu, siapa juga yang mau ngapa - ngapain Embun? Orang mau nyulik juga masti mikir - mikir, sudah makannya banyak cerewet latah lagi." Bima menjawab dengan santainya.
Mendengar jawaban Bima, bu Lastri langsung menjewer telinga Bima.
"Aduh sakit bu." Bima berusaha melepaskan telinga yang dijewer ibunya.
Tapi bu Lastri yang kesal, tetap menjewer telinga anak laki - lakinya itu.
"Biarin telinga kamu putus sekalian, siapa suruh doain adek kamu kaya gitu." Sungut bu Lastri.
"Iya iya bu maafin Bima, sekarang Bima nyari Embun. Tapi lepasin dulu telinga Bima." Pinta Bima dengan muka yang memelas.
Bu Lastri pun melepaskan jewerannya. Melihat telinga Bima yang merah, timbul juga rasa kasihan.
"Udah sana pergi cari adek kamu."
"Iya bu." Saut Bima.
Bima keluar sambil menggosok telinganya yang merah. Dia berniat mencari Embun di sebelah rumahnya.
jga lupa minom obat ya dan istirahat yg cukup.
ditunggu lanjutan nya ya
tetap semangat thor 💪💪💪