Ardian Pramana seorang pria tampan yang arogan sombong yang hobinya balapan liar dan suka mempermainkan wanita hingga membuat kakeknya resah karena dia adalah cucu tunggalnya hingga ia ingin mencari jodoh untuk sang cucunya,
karena pringai sang cucu seperti itu maka ia meminta tolong sahabatnya yg kebetulan memiliki pondok pesantren An Nur dan berharap agar salah satu santriwati berkenan agar menjadi istri sang cucu.
Apakah ada dari mereka yang bersedia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan.
Ardiyan begitu terkejut atas keputusan kakeknya. Namun dia tidak berani menyangkalnya karena sudah terikat oleh janjinya.
"Baiklah kek. kalau begitu Diyan permisi" ucapnya sambil berlalu dengan langkah gontai ia kembali keruangannya. di sana sudah ada Dimas yang satu ruangan dengannya.
"Ada apa? mengapa wajah Lo di tekuk gitu?" tanya Dimas pada Ardiyan.
huufft tarikkan nafas berat Ardiyan tak bersemangat.
"Kakek nyuruh gue nikah!" jawabnya sambil mengusap wajah dengan kasar.
"Apa!! hahahaha akhirnya pendekar malam akan mengakhiri perjuangannya" ledek Dimas
"Sialan Lo!" ucap Ardian marah melepar berkas yg ada di mejanya.
"Auu iiss Lo nih sembarangan lempar aja" tutur Dimas sambil mengusap kepalanya yg di lempar oleh Ardiyan dan Ardiyan hanya diam saja
"Terus Lo terima gitu ?" timpalnya lagi
"gw udah janji akan menuruti keinginan kakek!" balasnya dengan ketus
"Gitu dong jadi anak penurut. kapan lagi Lo bisa bahagiakan kakek Lo. secara dia sudah sangat tua bro" ucap Dimas sambil menepuk pundak Ardiyan.
"Hmmm" Ardiyan hanya berdeham saja. tak ingin membalas perkataan Dimas.
"Terus kapan Jumpa sih doi" tanya Dimas.
"Habis makan siang kakek ngajak kesana ta'aruf katanya" jawab Ardiyan
"Apa itu ta'aruf?" tanya Dimas yang tak mengerti.
"Mana gw tahu. udah nggak usah di bahas pokoknya Lo nanti ikut gw" Balesnya dan kembali fokus ke laptopnya.
"Oke deh kalau gitu. siapa tahu aja gw juga kebagian" jawab Ardiyan sambil nyengir.
Waktupun berjalan sesuai rencana kakek dan kini mereka dalam perjalanan menuju ke pondok pesantren.
Mobil hitam yang di duduki kakek Rusdi dan Asistennya Dzaki yang tak lain ayah Dimas duduk di bangku belakang sedangkan Dimas yang mengemudikan mobilnya di sampingnya Ardiyan.
Perjalanan yang menempuh satu jam setengah pun Akhirnya sampai. terpapang jelas di gerbang nama pondok tersebut.
*Pondok pesantren Putri Darul Qur'an An-Nur
Ardiyan membaca tulisan itu mengerutkan keningnya.
"Mengapa kita kesini kek?" tanya Ardiyan penasaran.
"Karena calon istrimu ada di sini."jawab sang kakek.
Ardiyan dan Dimas hanya saling pandang. Dimas hanya mengangkat bahu tanda tidak mengerti.
Akhirnya mereka sampai di depan rumah ustadz Khairul. ketika keluar dari mobil betapa terkejutnya Ardiyan dan Dimas melihat pemandangan yang tidak biasa bagi mereka.karna mereka melihat para santriwati semuanya memakai pakaian hitam wajahnya di tutupi cadar. lalu Ardiyan berbisik pada Dimas.
"mengapa mereka menutupi wajah? apa mereka terlalu jelek hingga harus di tutupi?" tanya Ardiyan. dan Dimas hanya mengangkat bahu lagi.
Hanya satu orang yg tidak memakai pakaian hitam tetapi ia memakai pakaian berwarna biru muda namun tetap memakai cadar. wanita duduk di taman bersama temannya seperti sedang bicara tetapi memakai bahasa isyarat tangan karena seperti salah satu dari mereka bisu.
Keluarga kakek Rusdi di sambut hangat oleh keluarga ustadz Khairul. mereka pun di persilahkan untuk duduk. Umi sudah menyediakan minuman berserta makanan di meja. mereka pun menyantapnya sambil bicara kecil.
Akhirnya pun Acara ta'aruf di mulai.
"Gimana kalau kita mulai sekarang ustadz ?" kakek Rusdi buka bicara.
"Baiklah pak kita mulai saja." jawab ustadz
"Umi tolong panggilkan Anisah" timpal ustadz lagi pada istrinya.
"iya bi sebentar. umi panggilkan dulu".
tak berapa lama datanglah gadis bercadar memakai gamis berwarna muda..
jreng jreng jreng 😁🙏