NovelToon NovelToon
Menikahi Pria Cacat

Menikahi Pria Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh / Dijodohkan Orang Tua / Pengantin Pengganti Konglomerat / Pengantin Pengganti
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aure Vale

Bianca Aurelia, gadis semester akhir yang masih pusing-pusingnya mengerjakan skripsi, terpaksa menjadi pengantin pengganti dari kakak sepupunya yang malah kecelakaan dan berakhir koma di hari pernikahannya. Awalnya Bianca menolak keras untuk menjadi pengantin pengganti, tapi begitu paman dan bibinya menunjukkan foto dari calon pengantin prianya, Bianca langsung menyetujui untuk menikah dengan pria yang harusnya menjadi suami dari kakak sepupunya.

Tapi begitu ia melihat langsung calon suaminya, ia terkejut bukan main, ternyata calon suaminya itu buta, terlihat dari dia berjalan dengan bantuan dua pria berpakaian kantor. Bianca mematung, ia jadi bimbang dengan pernikahan yang ia setujui itu, ia ingin membatalkan semuanya, tidak ada yang menginginkan pasangan buta dihidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hampir dilecehkan pacar

Suasana hati Bianca menjadi sangat buruk setelah semalam dirinya juga Kaivan berdebat, sebenarnya hanya Bianca saja yang terus berbicara ini itu, sedangkan Kaivan sendiri sudah berkali-kali menyuruhnya untuk tidur. Tapi karena ia marah mendengar Kaivan mengatakan jika dirinya dijadikan alat untuk balas dendamnya, ia mengamuk dengan menyumpah serapahi Kaivan, ia bahkan tidak segan memukul tangan Kaivan yang masih belum terlalu sembuh pasca terjatuh dari tangga.

Padahal Bianca melihat jelas bagaimana Kaivan mencoba menahan rasa sakitnya ketika ia memukul tepat dimana letak cederanya, Bianca awalnya menyangka jika cedera di tangan Kaivan sudah sembuh karena ia melihat kedua tangannya sudah dapat menggenggam tongkat, jadilah ia memukul tangannya.

Sebenarnya Bianca tidak mau tahu apapun tentang Kaivan, entah itu hal yang dialaminya ataupun tentang dirinya, tapi memang Kaivan sendirilah yang bercerita jika dirinya sempat terjatuh dari tangga darurat dan itu membuat lengannya terkilir hingga mengalami sedikit pembengkakan.

"Pagi-pagi udah cemberut aja,"

Tiba-tiba Alden duduk di kursi sebelahnya dan menatap Bianca yang masih cemberut.

"Ada apa?" tanya Alden lembut.

Bianca menggelengkan kepalanya, "aku gak tau, tiba-tiba aja pas bangun pagi aku langsung badmood," jawab Bianca dengan nada lemahnya.

"Kamu kemaren kemana aja seharian gak bisa aku hubungi?" tanya Bianca teringat kejadian kemarin siang ketika Alden membatalkan makan bersama dan berakhir tidak bisa dihubungi sampai malam.

Alden terkekeh kecil, "ada acara keluarga, ponselnya di pinjam sama adik sepupu aku yang masih kecil," jawab Alden.

Bianca mengangguk percaya, memang pada dasarnya Bianca itu memiliki sifat yang mudah percaya dengan orang lain, sehingga dulu ketika ia masih semester tiga banyak teman-temannya yang ingin berteman dengannya, dengan senang hati, Bianca menerima mereka, dan terjadilah pada awal semester empat, jika mereka meminta dirinya untuk menjadi teman mereka karena untuk dijadikan ATM mereka, yang waktu itu ia memang terlihat seperti orang kaya, karena diantar sepupu laki-lakinya ke kampus setiap hari.

"ada bimbingan hari ini?" tanya Alden yang diangguki Bianca dengan lesu, sungguh ia benar-benar tidak bisa mengembalikan moodnya kembali bagus. Suasana hatinya terlalu kacau dan otaknya terlalu banyak memikirkan hal yang terjadi semalam.

Bianca melirik Alden begitu ia mendengar suara sering ponsel berbunyi cukup nyaring di tempat yang sepi ini, Bianca memperhatikan raut wajah Alden ketika ia melihat siapa yang menelponnya.

"Aku angkat telpon dulu, ya!" izin Alden yang tentu saja diangguki Bianca.

Alden langsung bangkit dan sedikit menjauh dari Bianca, setelah berdiri cukup jauh di depan Bianca, Alden langsung menempelkan ponselnya ke telinga.

Bianca tidak peduli dengan siapa Alden berbincang di ponsel sampai membuat Alden tertawa, ia juga tidak peduli dengan Alden yang tampak menikmati perbincangannya, tapi ketika suara Alden yang samar-samar terdengar di telinganya, Bianca tidak bisa untuk tidak peduli lagi, ia berusaha menanamkan pendengarannya lagi agar ia bisa mendengarnya dengan jelas.

"Oke, setelah aku pulang dari kampus, aku beliin lagi alat untuk pumpingnya,"

"Pumping?" lirih Bianca kebingungan, ia tidak salah dengar kan? untuk apa Alden membeli pumping? bukankah itu alat untuk seorang ibu yang sedang menyusui ya? Semua pertanyaan-pertanyaan mulai berkumpul pada pikiran Bianca.

"Apa itu untuk saudaranya yang lain?" tanya Bianca lagi dengan pandangan menerawang.

"Untuk saudara yang lain apa?" tanya Alden tiba-tiba yang sudah duduk kembali di samping Bianca, Bianca menoleh, ia memperhatikan wajah Alden yang lebih berseri-seri daripada sebelum ia menerima telpon tadi.

"Apa ada yang aneh dengan wajahku?" tanya Alden menyadarkan Bianca yang malah melamun sambil menatap wajahnya.

Bianca langsung tersadar begitu hidung Alden sudah menyentuh hidung miliknya, cepat-cepat ia menjauhkan wajahnya dari wajah Alden, ia bahkan tidak sadar kapan Alden mendekatkan wajahnya, pikirannya sedang melayang ke mana-mana.

"Ada apa?" tanya Alden mengerutkan dahinya tidak suka.

"Tidak ada, aku hanya gugup kita terlalu dekat," ucap Bianca sedikit canggung. Ia terkejut karena sebelumnya ia tidak pernah berasa sedekat itu denga wajah laki-laki dan itu sedikit membuatnya tidak nyaman.

"Gugup kenapa?" tanya Alden dengan suara rendahnya, dan itu sukses membuat Bianca merinding mendengarnya, ditambah lagi, Alden kembali mendekatkan wajahnya, Bianca diam, tubuhnya tiba-tiba saja menjadi kaku, ia ingin menjauhkan diri dari Alden tapi rasanya seluruh saraf di tubuhnya mati.

"Alden," barulah ia langung mendorong wajah Alden begitu hidung mereka kembali bersentuhan dan tinggal beberapa inci lagi, bibir mereka bertemu.

Alden menatap Bianca tidak suka, ia tidak suka di tolak, menurutnya tolakkan itu sama dengan penghinaan kepada dirinya.

"Kenapa?" tanya Alden dengan kedua alis yang menukik tajam.

Bianca menggulingkan kepalanya, ia tidak tahu mengapa reaksi tubuhnya menolak Alden, membuat dirinya menjadi was-was terhadap Alden.

"Kau menolakku?" tanya Alden dengan suara rendahnya.

Lagi-lagi Bianca hanya menggelengkan kepalanya, ia tidak bermaksud menolaknya, tapi ia juga tidak tahu ada apa dengan reaksi tubuhnya bahkan di dalam hatinya ia merasa tidak nyaman dengan kedekatan dirinya dan Alden tadi.

"Jawab, Bianca!" Alden menekankan ucapannya membuat Bianca menjawabnya dengan sedikit gagal.

"A-aku tidak t-tau harus seperti a-apa," jawab Bianca memalingkan pandangannya. Rasanya ia ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Alden yang menatap dirinya marah.

Ia tahu, Alden pasti marah karena merasa dirinya ditolak, tapi Bianca juga tidak bisa diam saja, tubuh juga hatinya menolak, bahkan otaknya terus saja menggumamkan kata tidak seharusnya mereka sedekat itu. Jadi apa yang harus Bianca lakukan.

"Kamu tinggal menerimanya, Lauren, tidak perlu melakukan apapun," balas Alden dengan nada yang terdengar sedang menahan emosinya sendiri agar tidak meledak langsung di hadapan Bianca.

"Kita itu sudah pacaran, apa lagi yang harus kamu takuti?" tanya Alden dengan tangan yang menyentuh pipi Bianca.

Alden benar, mereka sudah menjadi sepasang kekasih, tapi entah mengapa semua yang ada di dalam dirinya menolak sentuhan dari Alden, bahkan jantungnya sudah berdegup kencang, bukan karena gugup atau efek dari sentuhan orang yang dia sukai, tapi ia sedang merasa takut sekaligus khawatir.

"Rileks!"

Tubuh Bianca langsung bergetar ketika Alden kembali mendekatkan wajahnya, ia ingin kabur, melepaskan diri dari Alden, tapi tubuhnya kaku dan ia berakhir hanya diam dengan harapan ada seseorang yang melihatnya, sehingga Alden akan menghentikan aksi gilanya.

Bianca menghembuskan napas lega begitu suara sering ponsel milik Alden kembali berbunyi nyaring, dengan wajah penuh rasa marah, Alden kembali menjauhkan tubuh mereka dan melihat siapa penelpon yang membuatnya terganggu.

"Aku harus pergi," ucap Alden langsung bangkit dan pergi meninggalkan Bianca yang menatap lega kepergian Alden.

"Apa yang kalian lakukan?"

Bianca menoleh, dan matanya membelalak tidak percaya begitu ia melihat pria di belakangnya berdiri bersama seorang wanita yang menatap dirinya datar.

1
Sunaryati
Jangan khawatir jika Kaivan dicoret dari pewaris, dia sudah antisipasi. Anaknya cuma Kaivan akan diberikan pada siapa? Anak Della sampai kapanpun tidak bisa jadi pewaris karena anak diluar nikah.
Sunaryati
Awal pernikahan yang sarat dengan ujian, akhirnya akan menuai kebahagiaan Bianca
Sunaryati
Cinta pada suami itu wajib Bianca
Sunaryati
Kenapa harus malu itu suamimu sendiri, bukankah kalian 🤭🤣
Sunaryati
Memang Della wanita tidak tahu malu , menjalin hubungan dengan pria tiga orang, atau lebih ya
Sunaryati
Kaivan sepertinya sudah jatuh cinta pada istrinya
Sunaryati
Good job Kaivan kau berani mengungkap kebusukkan yang tidak diketahui ibumu sedetik itu. Niat ibumu agar ayahmu berhenti selingkuh dengan Della, eee di benak ayahmu malah agar leluasa, selingkuh. Bagaimana Bu Rosie, mau bermenantukan wanita yang mengandung anak tirimu? 🤣🤣🤣🤭Kaivan the best👍👍
Sunaryati
Selamat Nak Kaivan sudah bisa melihat lagi, tepati janjimu jangan tinggalkan istrimu. Dia sudah sangat mencintaimu.
Sunaryati
Thoor mana up nya, ceritanya makin seru sayang jika tidak sampai tamat
Aurevale: makasih mbak aku jadi semangat buat up lagii🥺
total 1 replies
Sunaryati
Della wanita simpanan Ettan ayah Kaivan, mengapa ny Roise tidak marah, apa belum tahu ya. Omongan Kaivan tadi sepertinya ibunya juga punya selingkuhan
Sunaryati
Semoga segera normal kembali penglihatan kamu Nak Kaivan, dan langsung terpesona lihat wajahnya Bianca
Sunaryati
kekhawatiran kamu wajar Bianca ttapi percaya sama Kaivan, dia berjanji tetap memilihmu walau banyak tekanan dari orang tua, bersatulah untuk melawan mereka.
Sunaryati
Nancy seorang asisten kok berani mengatur istri majikan, itu juga perempuan tidak beres. Ibunya Kaivan juga, apa tidak tahu jika mantan tunangan Kaivan, perempuan yang telah memberikan tubuhnya untuk pria lain
Sunaryati
Semono kalian tetap bersama saling menguatkan dan melawan orang tua Kaivan yang sepertinya tidak mengusahakan kebahagiaan putranya.
Reni Anjarwani
lanjiut thor
Reni Anjarwani
lanjut
Sunaryati
Benar kamu harus ikut dan berdua jika mertuamu menyakiti jangan diam dan pasrah. Bukan durhaka jika keinginan mertua tidak benar, tantanglah, dan tunjukkan kemesraan dan perhantian pada mereka.
Sunaryati
Kamu sudah ada benih cinta Bianca, buktinya kau marah dan cemburu saat Nancy kasih perhatian pada suamimu Kaivan🤣🤣
Sunaryati
Mungkin Kaivan pura- pura buta, untuk menguji cinta dan kesetiaan Della. Atau memergoki Della selingkuh.
Sunaryati
Seharusnya kamu bilang jika alergi pedas Kaivan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!