NovelToon NovelToon
ACADEMY ANIMERS

ACADEMY ANIMERS

Status: tamat
Genre:Akademi Sihir / Fantasi Isekai / Anime / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Reinkarnasi / Tamat
Popularitas:203
Nilai: 5
Nama Author: IΠD

👑 Academy Animers, sekolah elit untuk pelajar berkekuatan unik dan bermasalah mental, dijaga Kristal Kehidupan di Crown City. Dipimpin Royal Indra Aragoto, akademi berubah jadi arena Battle Royale brutal karena ambisi dan penyimpangan mental. Indra dan idealis (Akihisa, Miku, Evelia) berjuang mengembalikan misi akademi. Di lima kota inti, di bawah Araya Yamada, ketamakan dan penyalahgunaan kekuatan Kristal merusak moral. Obsesi kekuatan mendorong mereka menuju kehancuran tak terhindarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awakening & True Threat

Beberapa hari kemudian, keheningan apartemen mewah Nuita Elysion pecah saat Indra perlahan membuka matanya. Ia tersadar, menemukan dirinya berada di kamar asing yang nyaman. Ia duduk, merasakan pusing yang masih samar. Di ruang sebelahnya, Nuita sedang berada di ruang kerjanya, fokus pada layar monitor, tidak menyadari bahwa Indra telah siuman.

Indra beranjak dari kasur, mengenakan t-shirt dan celana pendek yang sepertinya disediakan Nuita, lalu berjalan keluar menuju ruang tamu. Di sana, ia melihat Evelia duduk di sofa besar, menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong, namun sudah terlihat pulih.

Evelia menoleh dan melihat Indra. Ia tersenyum tipis. "Oh, Kucing Es-ku sudah bangun, ya?" sapanya lembut. "Sini, duduk di sebelahku. Miku bilang kau butuh asupan gula setelah penyembuhannya."

Indra berjalan dengan canggung dan duduk di sebelah Evelia. Meskipun mereka sudah berpacaran selama beberapa bulan, kecanggungan itu tetap ada setelah insiden besar yang baru saja mereka alami. Indra memecah keheningan terlebih dahulu. "Bagaimana keadaanmu, Evelia? Lukamu?"

Evelia menoleh padanya, wajahnya kini bersih dari luka. "Aku jauh lebih baik, berkat sihir Miku dan Araya," jawabnya, kemudian ganti bertanya, "Lalu, bagaimana denganmu? Kepalamu?" Indra menyentuh kepalanya. "Masih terasa pusing sedikit. Kurasa aku terlalu banyak menahan napas di bawah air."

Mendengar itu, wajah Evelia diselimuti rasa bersalah. "Aku minta maaf, Indra," kata Evelia tulus. "Karena aku, kau hampir tenggelam. Aku tahu kau tidak bisa berenang, dan kau mempertaruhkan dirimu." Indra mengalihkan pandangannya, rasa malu karena tidak bisa berenang membuatnya tidak nyaman. Evelia hanya tersenyum mengerti dan mengulurkan tangan. Ia mengelus kepala pacarnya dengan lembut. "Sudah, jangan malu. Kau tetap pahlawanku."

Evelia menarik tangannya dari kepala Indra dan kembali serius. "Omong-omong soal penyembuhan," ujar Evelia. "Kau sadar kan, siapa yang menyembuhkan kita sepenuhnya?"

Indra mengangguk. "Ya. Araya."

"Motifnya yang tidak jelas itu membuatku khawatir," lanjut Evelia, menyandarkan punggungnya ke sofa. "Dia menyakiti kita, lalu datang dan menyembuhkan kita. Nuita sendiri sedang menggali informasi tentang itu. Dia pikir Araya ingin kita berada dalam kondisi puncak untuk 'permainan' berikutnya."

Indra menanyakan keberadaan teman-temannya. "Lalu, di mana Akihisa dan Miku? Apakah mereka baik-baik saja?" tanyanya. Evelia tersenyum menenangkan. "Mereka baik-baik saja. Nuita yang menyuruh mereka kembali ke Akademi tadi malam. Tujuannya agar Araya tidak mencurigai kalau kita semua sedang bersembunyi bersama Nuita."

Indra mengerutkan kening. "Tapi, bagaimana dengan Nina dan Kizana? Begitu mereka bebas, mereka pasti akan mencoba membalas dendam pada Akihisa dan Miku, terutama setelah apa yang Akihisa lakukan pada Kizana."

"Tenang," kata Evelia. "Nuita sudah mengeceknya. Nina dan Kizana juga tidak pergi ke Akademi. Mereka tidak terlihat di mana pun. Nuita menduga Araya menahan mereka di suatu tempat. Mungkin Araya ingin menghindari berita mengejutkan, atau dia ingin memarahi Nina karena menculik kita tanpa izinnya. Tapi yang pasti, Araya tidak ingin ada yang mengganggu ketenangan sebelum ia memberi aba-aba."

Indra menatap Evelia dengan cermat, kebingungannya terlihat jelas di matanya. Ia menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Tunggu dulu, Evelia," tanya Indra. "Apa yang kau maksud dengan 'aba-aba'? Kenapa kau seolah tahu pergerakan Araya? Apakah kau tahu sesuatu yang tidak kuketahui?"

Evelia tersenyum tipis, mencoba untuk terlihat tenang meskipun ia sendiri masih memikirkan wujud Rubah Ekor Sepuluh-nya. Ia tidak bisa menceritakan tentang Namitha—belum saatnya. "Aku hanya menerka-nerka, Kucing Es," jawab Evelia, mencoba meredam kekhawatiran Indra.

"Aku hanya berasumsi. Araya adalah seorang megalomaniak yang terstruktur. Dia tidak akan memulai pertarungan besar sebelum dia yakin semua bidaknya ada di tempat yang seharusnya," jelas Evelia. "Dia pasti ingin kita semua dalam kondisi puncak saat 'permainan' dimulai."

Evelia mengambil tangan Indra dan menggenggamnya, merasakan dingin yang tidak wajar pada kulit kekasihnya. Ia melihat ke dalam mata Indra dan menyadari sesuatu yang lebih dalam. "Aku tahu kau khawatir, Indra. Kau ketakutan," kata Evelia lembut, tetapi jujur.

Indra mengalihkan pandangannya. Meskipun ia adalah Pangeran Mahkota yang kuat dengan kekuatan es, ia tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya pada insiden penculikan dan ancaman Araya. "Aku tidak takut pada Araya," sanggah Indra, suaranya sedikit mengecil. "Aku takut... jika aku tidak bisa melindungimu lagi."

Evelia tersenyum dan mencubit pipi Indra. "Aku tahu, Kucing Es-ku. Tapi kau harus tenang. Kau sudah punya aku, Miku, Akihisa, dan sekarang Nuita di sisimu. Kita akan menghadapinya bersama-sama. Tidak ada lagi yang sendirian di sini."

Evelia menatap Indra dengan mata penuh arti. Ia memutuskan sudah waktunya untuk mengungkapkan apa yang ia alami saat tenggelam. "Ada yang harus aku ceritakan padamu, Kucing Es," kata Evelia, suaranya sedikit bergetar. Ia kemudian menceritakan pengalamannya di alam bawah sadar.

"Saat aku tenggelam, aku tidak pingsan sepenuhnya. Aku bertemu dengan... sesosok roh. Dia adalah Namitha," kata Evelia, berbisik. "Dia bilang dia adalah leluhurku. Dia adalah Kitsune—rubah berekor sepuluh."

Indra yang tadinya khawatir, kini menatap Evelia dengan tak percaya. "Kitsune? Rubah berekor sepuluh? Legenda dari zaman kuno?" tanya Indra. "Itu sebabnya kau tiba-tiba bisa menyelamatkanku dan tiba-tiba saja memiliki ekor?"

Evelia mengangguk. "Ya. Dia bilang orang tuaku merahasiakannya. Dan dia bilang Keluarga Royal—keluargamu—sudah membantu melindungi keturunan kami selama ini. Indra, itu berarti keberadaanku bukanlah kebetulan. Aku bukan hanya gadis biasa," jelas Evelia.

Saat Evelia terus bercerita, Indra merasa lelahnya kembali menghantam. Ia tahu, Evelia membutuhkan ruang untuk berbicara, dan ia ingin mendengarkan setiap katanya. Perlahan, Indra bergeser, menyandarkan kepalanya ke pangkuan Evelia, menjadikan pahanya sebagai bantal.

Indra memejamkan mata, rambutnya yang merah kini terlihat kontras dengan pakaian Evelia. Ia perlahan tidur dipangkuannya, damai mendengarkan suara Evelia yang terus bercerita tentang leluhurnya. Evelia tersenyum. Ia tahu, meskipun Indra tidur, ia tetap mendengarkan setiap kata-katanya. Ia melanjutkan kisahnya, tentang bagaimana kekuatan Kitsune kini telah bangkit di dalam dirinya.

.

.

.

..

.

.

.

.

Di ruang kerjanya yang penuh dengan monitor, Nuita Elysion sedang bekerja keras, mengakses jaringan informasi terenkripsi. Beruntungnya, apartemennya berada di Atlas City, yang memberikan akses penuh padanya untuk mendapatkan segala informasi yang terjadi di seluruh Kerajaan. Ia sedang menggali motif aneh Araya dan energi yang dirasakan Liini.

"Araya menyembuhkan mereka. Itu aneh. Dia ingin pertarungan yang adil," gumam Nuita pada dirinya sendiri, mengetuk-ngetuk jarinya di meja. Fokusnya kini beralih ke data energi yang ia peroleh dari insiden di tebing Hamel dan insiden sebelumnya yang dirasakan Liini.

Ia kembali mengingat laporan Liini saat di Soryu City. "Gelombang yang terasa menekan dan membunuh." Nuita menghela napas. "Liini benar. Itu bukan hanya gelombang dari kota lain. Itu adalah energi asing." Nuita tahu, energi Kitsune Evelia adalah energi spiritual kuno, tetapi energi yang dirasakan Liini dan Riana berbeda, lebih... destruktif.

Nuita memperluas jaringannya, memfilter setiap laporan anomali energi selama beberapa minggu terakhir. Monitornya dipenuhi data. "Ada lonjakan energi dalam skala besar, tapi tersembunyi," monolog Nuita. "Ini bukan berasal dari Kristal Kehidupan, melainkan dari sumber eksternal."

Setelah berjam-jam menganalisis, Nuita akhirnya mendapatkan titik koordinat. Sebuah peta topografi Kerajaan muncul di layar utamanya. "Aku menemukannya," bisik Nuita, matanya memicing. Data menunjukkan anomali energi terkonsentrasi di satu titik: sebuah gua yang sangat tua dan tersembunyi, terletak jauh di pegunungan bersalju Shirayuki.

"Ini bukan ulah Araya," putus Nuita, merasa ada sesuatu yang jauh lebih besar sedang bergerak. "Ini adalah ancaman yang sebenarnya, dan Araya terlalu sibuk dengan permainan kecilnya hingga tidak menyadarinya." Nuita segera mencetak data itu, wajahnya tegang.

Nuita Elysion menatap monitornya yang kini menampilkan koordinat pasti gua tersembunyi di Pegunungan Shirayuki. Wajahnya yang biasanya tenang kini dipenuhi kekhawatiran yang mendalam. Ia segera mengaktifkan printer canggihnya, dan laporan tebal yang berisi data anomali energi segera dicetak.

Sambil menunggu printer bekerja, Nuita memutar kursi dan menatap sekilas ke arah ruang tamu, tempat Indra sedang tidur di pangkuan Evelia. "Mereka beruntung. Araya menyembuhkan mereka. Tapi jika ini benar-benar terjadi..." batinnya.

Ia kembali menatap laporan yang sudah dicetak, membolak-baliknya dengan cepat, mengonfirmasi setiap data seismic dan energi yang terkumpul. Laporan itu menggambarkan lonjakan energi yang jauh melampaui kemampuan sihir konvensional di Sakura Flurry.

"Kenapa bisa ada hal ini di Sakura Flurry?" gumam Nuita, suaranya pelan dan penuh pertanyaan. "Energi ini... rasanya kuno, gelap, dan sangat asing. Ini bukan energi dari Kristal Kehidupan. Ini seolah berasal dari dimensi lain."

Nuita menyadari bahwa ancaman yang dirasakan Riana dan Liini adalah hal yang sama. Ancaman ini adalah variabel yang tidak terduga dalam rencana Araya, dan jauh lebih berbahaya daripada sekadar ambisi seorang ketua OSIS yang haus kekuasaan.

Ia mengambil napas dalam-dalam. "Jika Araya sibuk dengan singularitasnya, dan Raja Railord sibuk dengan urusan Kerajaan, maka aku yang harus mengambil tindakan." Nuita meraih earpiece rahasianya, siap untuk menghubungi seseorang yang bisa ia percaya untuk menyelidiki anomali energi di Pegunungan Shirayuki itu.

.

.

.

.

.

.

Nuita Elysion segera mengaktifkan earpiece terenkripsi yang langsung terhubung ke jaringan komunikasi Keluarga Royal. Ia memanggil dua sepupunya yang paling memungkinkan untuk berada di lokasi berbahaya. "Natsuya? Agito? Kalian di sana?"

Terdengar suara statis, lalu suara Royal Natsuya (14 tahun) yang tenang namun terdengar tegang. "Nuita, kami di sini. Kami sedang berada di kaki Pegunungan Shirayuki, melakukan survei anomali yang kami deteksi beberapa hari lalu. Aura yang kurasakan berbeda, sangat aneh. Apa yang kau ketahui?"

"Syukurlah kalian di sana," ujar Nuita, sedikit lega. "Aku baru saja memverifikasi dataku. Aku punya koordinat gua yang menjadi pusat anomali energi. Royal Liini dan Royal Riana juga merasakan gelombang energi ini, dan aku yakin ini bukan ulah Araya. Ini adalah ancaman yang sebenarnya."

Terdengar suara Royal Agito (13 tahun) yang lebih bersemangat. "Ancaman? Bagus! Aku sudah bosan dengan pelajaran dan analisis Natsuya. Kami siap, Nuita! Dimana koordinatnya? Apa yang harus kami hancurkan?" tanya Agito, terdengar tidak sabar untuk bertarung.

Natsuya dengan cepat memotong. "Tenang, Agito. Nuita, tolong kirimkan data lengkapnya. Kami butuh waktu untuk menganalisis energi ini. Ini mungkin lebih berbahaya daripada yang kita duga. Kami berdua sudah bersiap untuk kemungkinan terburuk."

"Baik, Natsuya. Aku akan kirimkan laporanku sekarang. Dengarkan aku baik-baik: jangan bertarung, jangan menyerang. Kalian hanya perlu melakukan pengintaian dan mengumpulkan sampel, lalu segera kembali. Aku akan mengurusnya dari sini. Ancaman ini terlalu besar untuk ditangani sendirian, bahkan oleh kalian berdua," perintah Nuita dengan tegas.

Setelah komunikasi terputus, Royal Natsuya (14 tahun) menatap holographic tablet-nya yang kini menampilkan data dan koordinat gua yang dikirimkan oleh Nuita. Di sekeliling mereka, salju tebal Pegunungan Shirayuki menyelimuti.

"Gua di ketinggian 3.000 meter. Energi ini tersembunyi jauh di dalam," gumam Natsuya, mengaktifkan mode stealth pada jaket teknologinya. Ia melihat ke arah adiknya, Royal Agito (13 tahun), yang sudah siap dengan sarung tangan tempur dan ekspresi serius.

"Aku tahu kau ingin bertarung, Agito, tapi Kakak Nuita sudah memberi arahan," kata Natsuya, menekankan nada. "Kita tidak akan menyerang. Kita hanya akan melakukan pengintaian dan mengambil sampel energi. Setelah itu, kita mundur. Ancaman ini melebihi kemampuan kita."

Agito menyentakkan napasnya, sedikit kecewa namun tetap patuh. "Baiklah. Aku akan mengikuti arahan Kakak Nuita," jawab Agito. "Tapi jika mereka menyerang lebih dulu, aku akan menyerang balik. Aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja."

Natsuya tersenyum tipis. "Tentu saja. Kita Royal. Kita tahu cara membela diri. Tapi prioritasnya adalah data. Aku butuh ketenanganmu. Ingat, stealth adalah kunci. Mereka tidak boleh tahu kita ada di sini."

Mereka berdua mulai bergerak, mendaki perlahan ke lereng yang curam, mengikuti koordinat yang diberikan Nuita. Natsuya memimpin di depan, matanya yang merah tajam mengamati setiap perubahan di udara, sementara Agito berjalan di belakangnya, siap untuk mensummon pedang energinya jika bahaya datang.

.

.

.

.

.

.

.

Di Akademi Animers, beberapa hari setelah insiden di tebing, suasana di Kantin Kelas F terasa tenang. Akihisa dan Miku sedang menikmati makanan mereka, berpura-pura bersikap normal seolah tidak ada yang terjadi. Mereka tertawa kecil, membicarakan hal-hal sepele, mencoba menyembunyikan kenyataan bahwa mereka baru saja terlibat dalam insiden penculikan dan pertempuran.

"Aku masih tidak percaya Araya menyembuhkan kita," bisik Akihisa sambil menyuap makanannya. "Itu terasa seperti jebakan." Miku hanya mengangguk, matanya mengawasi pintu kantin, selalu waspada.

Namun, tidak berselang lama, suasana di sekitar meja mereka tiba-tiba terasa dingin dan tegang. Mereka berdua merasakan aura menekan yang familier. Araya Yamada berjalan ke arah mereka dengan langkah yang anggun namun mengintimidasi.

Araya, mengenakan seragam OSISnya yang rapi, duduk di antara Akihisa dan Miku, mengisi kekosongan yang ada dengan kehadirannya yang dominan. Ia mengambil sebuah garpu dari meja sebelah tanpa meminta izin, dan mulai memainkan makanan di piring Akihisa.

Akihisa dan Miku hanya menatap diam sosok Araya, menahan napas. Mereka tahu, ini bukan kunjungan biasa. Wajah Araya bersih dari emosi, tetapi ia tersenyum tipis—senyum yang selalu membuat mereka tidak nyaman.

"Aku harap kalian menikmati makanan kalian," ujar Araya dengan suara tenang dan dalam. Ia kemudian menatap mereka bergantian. "Kalian berdua. Apa kalian memiliki waktu sebentar untuk mendiskusikan beberapa hal denganku? Jangan khawatir, ini bukan tentang kompetisi."

Akihisa, yang biasanya spontan dan ceria, kini berbicara dengan sangat sopan dan hati-hati, seolah ia tahu tingkatan dirinya jauh di bawah Araya. "Tentu saja, Araya-sama. Kami memiliki waktu. Ada hal penting apa yang ingin Anda diskusikan?" tanya Akihisa, sementara Miku hanya menatap dan menyimak dengan penuh kewaspadaan.

Araya tersenyum kecil, ia mencondongkan tubuhnya. "Aku ingin bertanya. Kalian berdua, apa kalian akhir-akhir ini merasakan energi kegelapam yang mengancam dari arah utara, yaitu Pegunungan Shirayuki?" Suara Araya terdengar serius, tidak ada lagi nada ejekan. Akihisa dan Miku hanya saling pandang sekilas, terkejut Araya bisa merasakan hal yang sama dengan Nuita dan adik-adik Indra.

Araya menyadari kebisuan mereka dan melanjutkan, ekspresinya menjadi dingin. "Aku tidak menyangka energi itu akan muncul sekarang. Aku meminta kalian menyampaikan pesan ini kepada Indra dan Evelia," kata Araya. "Mungkin saja ancaman sebenarnya akan segera muncul. Jika itu terjadi, kita semua mau tidak mau harus berada di pihak yang sama."

Araya mengambil sedikit makanan dari piring Akihisa dengan garpu, dan menyuapi Akihisa dan kemudian Miku secara bergantian, sebuah tindakan yang aneh dan membuat mereka semakin bingung. "Aku sudah memberi kompensasi yang adil untuk insiden Nina—yaitu penyembuhan kalian dan mobil Indra yang rusak," ujar Araya.

"Aku tahu kalian berempat bersekongkol dengan Nuita," lanjut Araya, santai. "Tapi aku tidak ambil pusing. Aku bahkan berpikir itu bagus ada seorang jenius dari Kelas S yang membimbing kalian murid Kelas F. Manfaatkanlah dia." Araya berdiri, membersihkan tangannya dengan tisu.

Sebelum beranjak pergi, Araya menatap mereka dengan tatapan terakhir yang menusuk. "Selalu waspada. Kita tidak tahu ancaman itu kapan tiba. Persiapkan dirimu untuk perang yang sebenarnya," pesan Araya. Setelah itu, ia pergi dengan tenang meninggalkan kantin, meninggalkan Akihisa dan Miku dalam kebingungan dan ketegangan yang meningkat.

Akihisa dan Miku hanya terdiam di meja kantin setelah kepergian Araya. Mereka saling pandang, mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan Ketua OSIS itu. Akihisa segera meraih smartphone-nya. "Aku harus cek sesuatu. Araya bilang kompensasi, kan?"

Beberapa saat kemudian, mata Akihisa melebar. "Tidak mungkin!" serunya, terkejut. "Dia benar-benar mengirimkannya. Uang dalam jumlah yang sangat besar! Ini lebih dari cukup untuk memperbaiki kerusakan Ducati-ku dan bahkan mobil Indra yang ia tabrakkan ke mobil Kizana!"

Miku menggeser duduknya mendekat. "Akihisa, kenapa Araya berkata demikian? Ancaman apa yang ia maksud? Dia tidak pernah berbicara tentang ancaman yang bukan battle royale!" Miku terlihat sangat khawatir.

Akihisa menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu, Miku. Tapi aku yakin, ini mungkin lebih dahsyat daripada rencana singularitasnya. Araya tadi terlihat sangat serius saat berbicara. Itu bukan kepura-puraan," ujar Akihisa. "Ini pasti berhubungan dengan energi aneh yang dirasakan oleh Nuita dan adik-adik Indra."

Akihisa kemudian teringat saat Araya menyuapinya. "Kau tahu, Miku, bagian paling anehnya adalah saat dia menyuapiku," kata Akihisa, mencoba kembali ke topik ringan.

Miku yang mendengar itu langsung mencubit pipi pacarnya dengan gemas. "Jangan bahas itu! Aku cemburu kau disuapi oleh Ketua OSIS gila itu!" protes Miku, meskipun ia tidak bisa menahan senyum. Namun, Miku menghela napas dan mengakui. "Tapi... aku juga harus mengakui, suapan Araya itu terasa... menenangkan, entah kenapa. Rasanya seperti sentuhan keibuan."

Akihisa dan Miku segera menyudahi makan siang mereka. Suasana di kantin yang tadinya santai kini terasa mencekam setelah intervensi Araya. Mereka membereskan piring mereka, pikiran mereka dipenuhi pesan Araya tentang "ancaman yang sebenarnya."

"Kita tidak bisa membuang waktu, Miku," kata Akihisa, suaranya kembali serius. "Pesan Araya... itu bukan gertakan. Aku bisa merasakannya. Ancaman di Pegunungan Shirayuki itu pasti nyata."

Miku mengangguk. "Aku setuju. Apalagi dia bilang kita harus berada di pihak yang sama. Itu berarti ancaman ini jauh lebih besar dari yang kita duga. Jika Araya yang arogan saja bisa mengakui kita sebagai sekutu potensial, ini gawat."

"Kita harus segera menyampaikan pesan ini kepada Indra dan Evelia," putus Akihisa. "Mereka dan Nuita perlu tahu bahwa Araya kini menyadari adanya energi kegelapan itu. Ini mengubah seluruh dinamika rencana kita."

Miku menatap Akihisa dengan tekad. "Jadi, sepulang Akademi ini, kita akan langsung kembali ke Atlas City?" tanyanya, memastikan.

Akihisa tersenyum pada Miku. "Tentu saja. Kita akan menemui Indra, Evelia, dan Nuita. Kita butuh rencana baru. Sekarang, ayo kita selesaikan pelajaran kita dan kembali ke markas rahasia kita. Kita sudah punya kompensasi untuk perbaikan kendaraan," ujar Akihisa, melirik ke ponselnya yang menunjukkan jumlah transfer fantastis dari Araya. Mereka berdua bergegas keluar kantin, siap untuk segera kembali ke Atlas City.

.

.

.

.

.

.

.

Akihisa dan Miku tidak lagi mengendarai Ducati merah Akihisa. Berkat kompensasi besar dari Araya, mereka berinvestasi pada kendaraan yang lebih cepat dan aman untuk perjalanan panjang: sebuah McLaren Artura baru berwarna merah menyala. Akihisa dengan gembira mengemudikan mobil hybrid supercar itu, membelah jalan raya menuju Atlas City.

Miku mencengkeram sabuk pengamannya, matanya terbelalak melihat betapa cepatnya mobil itu berakselerasi. "Akihisa! Kenapa mobil ini sangat cepat?! Ini jauh lebih gila daripada motor lamamu!" teriak Miku, suaranya dipenuhi campuran kegembiraan dan sedikit ketakutan.

Akihisa tertawa lepas dengan senang, menikmati sensasi kecepatan dan tenaga dari mobil barunya. "Tentu saja, Miku! Ini McLaren Artura! Mobil hybrid yang sangat ringan dan bertenaga! Kristal energinya terintegrasi dengan mesin bensinnya!" jelas Akihisa dengan bangga, suara riangnya menggema di dalam kabin mobil.

"Ini bukan sekadar mobil biasa, Miku. Ini adalah gabungan teknologi canggih dan kecepatan murni. Kita bisa mencapai Atlas City dalam waktu singkat. Araya memang seorang psikopat, tapi dia tahu bagaimana memberi kompensasi," tambah Akihisa, menyalip beberapa mobil di depannya dengan mulus.

Miku, meskipun masih sedikit tegang, tersenyum melihat kebahagiaan Akihisa. Ia menyandarkan kepalanya ke jok kulit. "Baiklah, Shape-Shifter cepat. Tapi jangan sampai kita terperangkap dalam jebakan kecepatan," peringat Miku.

"Jangan khawatir, Miku!" jawab Akihisa, suaranya penuh optimisme. "Kita akan tiba di Atlas City dengan selamat, menyampaikan pesan Araya, dan membantu Nuita menyusun rencana untuk ancaman Shirayuki itu. Sekarang kita punya mobil yang sepadan dengan kecepatan rencana kita!"

1
Dòng sông/suối đen
Susah move on
IND: betul 😭😭
total 1 replies
Kaylin
Bagus banget, sarat makna dan emosi, teruskan thor!
IND: akan ada lanjutannya Shirayuki Sakura judul nya nanti
total 1 replies
Dzakwan Dzakwan
Duh, seru euy! 🥳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!