Kirana berusaha menjaga keluarga, sementara Riana menyimpan rahasia. Cinta terlarang menguji mereka. Antara keluarga dan hati, pilihan sulit menanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harga Sebuah Kesalahan
Sementara itu, di sebuah rumah mewah di kawasan elit di batu, suasana tegang menyelimuti setiap sudut ruangan. Bukan lagi sekadar ketegangan biasa, melainkan sebuah atmosfer mencekam yang terasa berat dan menyesakkan. Bapak dan Ibu Riana baru saja mendapatkan kabar yang mengguncang dari seorang kerabat yang tanpa sengaja melihat Kirana di klinik kandungan. Informasi itu bagaikan petir di siang bolong, menghancurkan ketenangan yang selama ini mereka nikmati.
"Bagaimana bisa Kirana Klinik dokter kandungan... Kalau Kirana hamil?" Pak Haryanto Bapak Riana membentak, suaranya menggema di seluruh ruangan. Nada marahnya mencerminkan kekecewaan yang mendalam. "Siapa laki-laki yang harus bertanggung jawab atas semua ini?"
"Aku juga tidak tahu, Pak," jawab Bu Hartati Ibu Riana dengan suara gemetar, air mata mulai membasahi pipinya. "Aku benar-benar malu dan kecewa pada Kirana. Tidak pernah terpikirkan olehku bahwa dia akan melakukan hal seperti ini."
"Kita harus harus menanyakan dulu pada Kirana baru mencari tahu siapa laki-laki itu," ucap Pak Haryanto dengan nada geram, tangannya mengepal erat. "Dia harus menerima konsekuensi atas perbuatannya. Dia harus tahu bahwa ada harga yang harus dibayar karena sudah berani menghamili putri kita"
"Tapi bagaimana jika laki-laki itu tidak mau bertanggung jawab?" tanya Ibu Riana dengan nada khawatir, membayangkan skenario terburuk yang mungkin terjadi. "Apa yang akan kita lakukan jika itu terjadi?"
"Kalau dia tidak mau bertanggung jawab, kita akan memaksanya untuk bertanggung jawab," jawab Bapak Riana dengan tegas, matanya memancarkan tekad yang kuat. "Kita tidak akan membiarkan Kirana dan anak yang dikandungnya menderita. Mereka adalah tanggung jawab kita."
Ibu Riana mengangguk setuju, meskipun hatinya masih dipenuhi dengan amarah dan kekecewaan. Ia merasa kasihan pada Kirana, namun ia juga tidak bisa membenarkan perbuatan putrinya itu
"Kita perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi dari sudut pandangnya," lanjut Ibu Riana dengan nada yang lebih lembut, meskipun masih ada kekecewaan yang tersirat dalam suaranya. "Mungkin ada hal-hal yang belum kita ketahui. Kita harus memberikan kesempatan padanya untuk menjelaskan semuanya."
"Benar," jawab Bapak Riana, di sertai helaan napas panjang. Amarahnya sedikit mereda, namun tekadnya untuk menyelesaikan masalah ini tetap kuat. "Kita akan bicara dengan Kirana sekarang juga. Aku ingin mendengar penjelasannya sendiri. Aku ingin tahu apa yang ada di pikirannya."
Bapak dan Ibu Riana bergegas menuju kamar Kirana. Mereka mengetuk pintu kamar Kirana dengan keras, memanggil nama Kirana dengan nada yang lebih tegas dari biasanya. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka serius dan tidak akan mentolerir kebohongan.
Kirana yang sedang berbaring di ranjang, terkejut mendengar suara kedua orang tuanya. Jantungnya berdegup kencang, ia tahu bahwa saat yang paling ia takuti akhirnya tiba. Ia tahu bahwa kedua orang tuanya pasti sudah mengetahui tentang kehamilannya.
Dengan perasaan takut dan bersalah, Kirana membuka pintu kamarnya. Ia melihat kedua orang tuanya berdiri di hadapannya dengan tatapan marah dan kecewa. Ia merasa seperti seorang pesakitan yang siap menerima hukuman atas perbuatannya.
"Kirana, apa benar kamu hamil?" tanya Bapak Riana dengan nada membentak, tatapannya tajam menusuk Kirana. Ia ingin mendengar jawaban jujur dari putrinya, tanpa ada kebohongan atau penyangkalan.
Kirana terdiam sejenak, tidak berani menatap kedua orang tuanya. Ia merasa malu dan bersalah, ia tahu bahwa ia telah mengecewakan mereka. Ia tahu bahwa ia tidak bisa menyembunyikan kebenaran lagi.
"Iya, Pak," jawab Kirana dengan suara lirih, hampir tidak terdengar. Air mata mulai menetes membasahi pipinya, ia tidak sanggup menahan kesedihannya.
"Siapa laki-laki yang menghamili mu?" tanya Bapak Riana dengan nada geram, emosinya kembali memuncak. Ia ingin tahu siapa pria yang telah berani merusak masa depan putrinya, siapa yang telah membuatnya malu dan kecewa. "Katakan pada Bapak sekarang juga! Jangan coba-coba menyembunyikannya dariku!"
Kirana kembali terdiam sejenak, merasa takut untuk menyebut nama Raka. Ia tahu bahwa kedua orang tuanya akan sangat marah jika mengetahui bahwa laki-laki yang menghamilinya adalah kekasih kakaknya sendiri. Ia membayangkan reaksi mereka, kemarahan mereka, dan kekecewaan mereka. Ia tidak sanggup membayangkan betapa hancurnya hati mereka.
"Anu... itu kak Raka, Pak," jawab Kirana dengan suara bergetar, air matanya semakin deras mengalir. Ia tidak sanggup lagi menahan beban yang selama ini ia pikul sendiri. Ia merasa bersalah, malu, dan takut.
Mendengar jawaban Kirana, Pak Haryanto dan Bu Hartati terkejut bukan main. Mereka tidak percaya bahwa Raka, laki-laki yang selama ini mereka percaya tega melakukan hal sekeji itu kepada putri mereka. Mereka merasa dikhianati, dibohongi, dan dipermainkan.
"Raka?" bentak Bapak Pak Haryanto dengan nada marah, suaranya menggelegar di seluruh ruangan. "Bagaimana bisa Raka menghamili mu? Apa yang sebenarnya terjadi? Jelaskan semuanya padaku sekarang juga!"
Kirana mulai menangis tersedu-sedu, ia tidak sanggup lagi menahan emosinya. Ia menceritakan semua yang telah terjadi kepada kedua orang tuanya, mulai dari pertemuannya dengan Raka, hubungan terlarang mereka, hingga kehamilannya. Ia menceritakan semuanya dengan jujur, tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Pak Haryanto dan Bu Hartati mendengarkan cerita Kirana dengan perasaan marah, kecewa, dan sedih. Mereka tidak menyangka bahwa putri mereka bisa terlibat dalam hubungan yang begitu rumit dan menyakitkan. Mereka merasa bersalah karena tidak menyadari apa yang sedang terjadi
di dalam rumah mereka sendiri. Mereka merasa gagal sebagai orang tua karena tidak mampu melindungi putri-putri mereka dari bahaya."
Setelah Kirana selesai bercerita, Bapak Riana berkata dengan nada geram, "Raka sudah keterlaluan! Dia sudah mengkhianati kepercayaan kita dan menyakiti kedua putri kita. Aku tidak akan membiarkan dia lolos begitu saja! Dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya!"
"Jangan gegabah Pak" ucap Bu Hartati dengan nada khawatir, mencoba menenangkan suaminya. "Kita harus memikirkan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini. Kita tidak ingin membuat situasi semakin buruk. Kita harus mempertimbangkan semua kemungkinan dan dampaknya."
"Aku tahu, Bu," jawab Pak Haryanto, sambil menghela napas panjang. "Tapi aku tidak bisa tinggal diam melihat putri-putriku menderita. Raka harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Dia harus menikahi Kirana dan membesarkan anak mereka bersama."
"Tapi bagaimana dengan Riana?" tanya Ibu Riana dengan nada sedih. "Bagaimana perasaan Riana jika dia tahu bahwa Raka menikahi adiknya sendiri? Ini akan sangat menyakitkan baginya."
Pak Haryanto terdiam sejenak, memikirkan perkataan istrinya. Ia menyadari bahwa situasi ini sangat rumit dan tidak ada solusi yang mudah. Ia harus memikirkan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini tanpa menyakiti siapa pun.
Pak Haryanto dan Ibu Hartati memutuskan untuk menemui Raka dan keluarganya. Mereka ingin membicarakan masalah ini secara baik-baik dan mencari solusi yang terbaik untuk semua pihak. Mereka berharap Raka bersedia bertanggung jawab atas perbuatannya dan menikahi Kirana.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*