Wira adalah anak kecil berusia sebelas tahun yang kehilangan segalanya, keluarga kecilnya di bantai oleh seseorang hanya karena penghianatan yang di lakukan oleh ayahnya.
dalam pembantaian itu hanya Wira yang berhasil selamat karena tubuhnya di lempar ibunya ke jurang yang berada di hutan alas Roban, siapa sangka di saat yang bersamaan di hutan tersebut sedang terjadi perebutan artefak peninggalan Pendekar Kuat zaman dahulu bernama Wira Gendeng.
bagaimana kisah wira selanjutnya? akankah dia mampu membalaskan kematian keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nona Muda Yang Arogan
Waktu berjalan dengan sangat cepat, di sebuah warung makan yang berada di Kabupaten Magetan, lebih tepatnya di Sambelan Layah asli magetan.
Terlihat Wira yang sedang makan di warung tersebut, ya alasan Wira peti dari Joglo itu adalah karena Wira ingin makan.
"Kecamatan Lakarsantri, Surabaya?" Ucap Wira sembari mengigit daging ayam di tangannya.
Setelah selesai makan Wira kemudian keluar dari rumah makan itu dan berjalan kembali menuju ke dalam hutan Gunung Lawu.
Namun apa yang tidak di ketahui Wira, setelah Wira pergi terlihat Nona Muda Irma dan para bodyguardnya tiba di rumah makan ini.
"Bajingan keparat! Dasar Kinanti jalang!" Irma terlihat duduk sembari mengutuk Kinanti dengan keras.
Orang orang yang makan di warung tersebut langsung menatap Irma dengan tatapan heran bercampur penasaran, mengapa wanita cantik ini tiba tiba marah marah?
"Awas saja dia! akan aku buat hancur hidupnya, berani sekali dia merebut Angga dariku!" Ucapnya lagi dengan sangat ganas.
"Apa kalian lihat lihat?!" Bentak Irma kepada semua orang yang memandangnya.
"Mau ribut? Ayo!" Imbuhnya lagi dengan ganas.
Sontak semua mata langsung mengalihkan pandangannya dari Irma.
Irma kemudian berteriak kasar, "dimana pelayannya mengapa tidak ada yang menawariku pesanan?!" Teriak Irma.
Para pelayan di rumah makan tersebut terkejut, salah satu di antara mereka terlihat mendekati Irma sembari membawa rincian menu makanan.
Pelayan yang merupakan wanita itu terlihat menundukan kepalanya dengan ekspresi gugup, dia kemudian meletakan rincian menu makanan.
Irma menatap ganas pelayan tersebut kemudian menatap menu menu yang berada di rincian tersebut.
Irma menatap salah satu gambar menu, dia melebarkan matanya ketika melihat gambar ikan lele, "ikan jenis apa ini?! Kenapa ada kumisnya! Mana kumisnya kaya benang layangan lagi!" Tanya Irma sembari menatap jijik gambar tersebut.
"I-- itu namanya ikan Lele, kak--" sebelum pelayan wanita itu menyelesaikan kalimatnya Irma terlebih dahulu menyela.
"Kak?! Berani sekali pelayan rendahan seperti dirimu memanggilku dengan sebutan 'kak' panggil aku Nona! Kamu harus tahu aku adalah pewaris tunggal keluarga Nandang!" Bentak Nona Irma dengan ekspresi marah.
Sontak pelayan wanita itu dan semua orang yang makan di warung tersebut kaget, pantas saja wanita ini sangat arogan dan bersikap semena mena ternyata dia adalah pewaris tunggal keluarga Nandang.
Mereka semua tahu betul seberapa besarnya keluarga Nandang, bisnis yang menggurita di mana mana, kerjaan bisnis yang sangat besar, bahkan terdengar bahwa keluarga Nandang memiliki backingan salah satu organisasi Dunia bawah tanah dan para Mafia dunia bawah tanah.
Pelayan wanita itu menganggukan kepalanya dengan kaku, kemudian berucap, "saya minta maaf sebesar besarnya nona, saya tidak mengetahui anda adalah Nona Irma." Ucapnya.
"Bagus! Memang seharusnya rakyat jelata sepertimu meminta maaf!" Jawab Irma dengan sangat arogan.
Walaupun pelayan itu memasang ekspresi biasa saja, namun sebenarnya dia menggertakan giginya dengan geram, harga dirinya seolah di injak injak oleh Irma hanya karena dia seorang pelayan biasa.
Irma kemudian memesan berbagai menu yang berada di warung tersebut, menu tersebut ada banyak sekali termasuk buah buahan.
Setelah selesai makan terlihat Irma mengeluarkan ponselnya dan bermain game sembari kakinya tingkring di atas meja.
"Apa yang kalian lakukan, kenapa diam saja? Cepat suapi aku dan pijati kaki dan punggungku! Mendaki gunung benar benar sangat melelahkan!" Teriak Irma kepada para bodyguardnya.
Sontak para bodyguard yang tadi terlihat sangat menyeramkan dengan badan kekarnya, langsung terlihat seperti pelayan masing masing dari mereka ada yang memijati kaki dan punggung Irma, sementara yang lainnya menyuapi Irma dengan anggur dan minuman jeruk.
"Ah sialan! Dyrot poke hero epic kok di pake di mytic!" Teriak Nona Irma dengan sangat ganas.
Semua orang di sana tidak ada yang berani memandangi Irma, mereka semua tidak ingin terkena amukan Irma yang terkesan tidak jelas.
Tiba tiba salah satu pelayan wanita mendekati meja dan hendak memberesi piring piring dan gelas gelas yang berads di atas meja.
Karena kesal kalah terus menerus, membuat di benak Irma timbul sedikit kejahatan.
Irma sengaja menjatuhkan ponselnya ke lantai.
Salah satu bodyguard hendak mengambilkannya namun dengab cepat Irma memelototinya, membuat Bodyguard itu kembali ke tempatnya sembari menundukan kepalanya.
Irma kemudian menatap pelayan yang sibuk menata piring.
"Hei pelayan, ponselku jatuh bisa kamu ambilkan?" Tanya Irma sembari menunjuk ponsel yang berada di bawah meja.
Pelayan tersebut menghentikan kegiatannya dan menatap Irma, "tentu saja Nona." Jawabnya dengan ragu ragu, karena dia merasakan perasaan tidak enak.
Benar saja ketika pelayan tersebut menunduk dan hendak mengambil ponsel tersebut, Irma mengambil gelas yang berisi jus jeruk dan menuangkannya begitu saja di kepala pelayan tersebut.
Pelayan tersebut tersentak kaget, dia meninggalkan ponsel tersebut di lantai dan langsung berdiri menjauh dari Nona Irma.
"Hahaha...!!!" Irma tertawa terbahak bahak ketika berhasil menjahili pelayan tersebut.
Pelayan tersebut terlihat berdiri dengan kedua kaki yang gemetar, matanya berkaca kaca dengan cairan kuning yang membasahi rambut dan menodai seragam pelayannya.
Pelayan itu hanya bisa terdiam dan menggigil, sementara ruangan makan ini hening tidak ada yang berani bersuara.
Irma menghentikan tawanya, dia kemudian tersenyum manis dan menunjuk ponselnya, "ambilkan ponselku, kamu belum mengambilkannya!" Ucapnya sembari tersenyum manis--- namun beracun.
Pelayan tersebut terdiam, dia tidak bergerak.
Mendapati pelayan tersebut tidak mau menaati perintahnya membuat Irma langsung membentak, "hei kamu dengar tidak! Ambilkan ponselku atau aku akan menyuruh pemilik warung ini untuk memecatmu!"
Mau tidak mau pelayan tersebut kembali membungkuk dan mengambilkan ponsel milik Nona Irma.
Cur!
Tepat di saat pelayan itu membungkuk Irma kembali menuangkan sisa minuman jeruk di gelasnya, kali ini di punggung pelayan tersebut.
Pelayan tersebut menutup matanya mencoba menahan emosi, sementara semua orang di sana hanya bisa menatap iba pelayan tersebut.
Mereka tidak ada yang memiliki nyali untuk berurusan dengan keluarga Nandang, nyawa mereka bisa lenyap hanya dengan kalimat perintah dari Irma.
Bahkan pemilik warung tidak berani menghentikan aksi Nona Irma, dia hanyalah pemilik warung sederhana dia tidak ingin bisnisnya hancur hanya karena membela pelayan tersebut, lebih baik dia memberikan kompensasi saja terhadap pelayan tersebut.
Pelayan tersebut meletakan ponsel Irma di atas meja, kemudian buru buru mengambil tumpukan piring.
Namun ketika pelayan tersebut hendak melangkah pergi, suara Irma terdengar, "hei siapa yang menyuruhmu kembali?" Tanya Irma.
Pelayan tersebut berbalik dan menatap Irma,
"apa ada yang bisa saya bantu nona?" Tanyanya dengan suara bergetar.
Irma mengambil sebuah tisu dan menjatuhkannya tepat di hadapan pelayan tersebut, "tolong bersihkan lantainya sekalian ya.... babu!" Ucap Irma yang sengaja menekan kalimat akhir.