NovelToon NovelToon
Basmara

Basmara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:124
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Basmara, dalam bahasa sansekerta yang berarti cinta dan tertarik. Seperti Irma Nurairini di mata Gervasius Andara Germanota, sebagai siswa anak kelas 11 yang terkenal Playboy menjadi sebuah keajaiban dimana ia bisa tertarik dan penuh kecintaan.

Namun apalah daya, untuk pertama kalinya Andra kalah dalam mendapatkan hati seseorang, Irma sudah ada kekasih, Andrew, seorang ketua OSIS yang terkenal sempurna, pintar, kaya, dan berbakat dalam non akademi.

Saat terpuruk, Andra mendapat fakta, bahwa Irma menjalani hubungan itu tanpa kemauannya sendiri. Andra bangkit dan memerjuangkan Irma agar sang kakak kelas dapat bahagia kembali.

Apakah Andra berhasil memerjuangkan Irma atau malah perjuangan ini sia-sia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 8: Ini cinta?

"Kok lu bisa dianter sama Andra ke sekolah?!" itulah pertanyaan pertama yang di lontarkan teman-temannya ketika Irma memasuki kelasnya.

"Dia mau," jawab Irma singkat, ia berjalan menuju mejanya, menaruh tasnya dan duduk.

Lea tampak tak terima jawaban dari Irma, ia berdiri didepan Irma dan menggebrak mejanya. "Kenapa lu mau!"

Irma berdecak kesal. "Emang kenapa kalo gua mau? Masalah?"

"Iyalah! Lu kan pacaran sama Andrew, lu itu bisa dibilang selingkuh dari Andrew," cecar Lea.

"Nggak lah, lagian gua terpaksa pacaran sama dia!" Irma langsung menutup mulutnya, membuatnya ditatap penuh curiga, untunglah teman kelasnya belum pada datang, hanya Irma dan sahabat-sahabatnya.

"Terpaksa? Lu diancam sama Andrew?" tanya leona.

Irma menghela napas lelah. "Lu pada beneran tau kenapa gua mau pacaran sama Andrew?"

Eca langsung memasang wajah kaget. "Jadi lu beneran diancam dia?!"

"Ceritain, ceritain semuanya, jangan ada yang lu tutupin," tuntut Lea.

Irma pun menceritakan semuanya, mulai dari masalah perusahaan, sampai kecurigaannya. Setelah menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi, Irma langsung menatap sahabat-sahabatnya, marah, sedih, kecewa, itulah yang ada di wajah mereka.

"Lu kenapa nggak cerita sama kita sih!" ucap leona dengan raut wajah kesal.

"Emangnya kalian bisa bantuin gua?" semuanya terdiam mendengar ucapan Irma. "Kalian kan tau, bokap nya andrew itu salah satu pengusaha sukses di indo."

Lea terdiam sejenak, tampak ragu-ragu mengucapkan sesuatu, melihat itu, Irma menepuk pundaknya. "Bilang Le."

"Jangan-jangan lu deketin Andra sekarang buat nyuruh dia minta tolong Farel?" Tebak Lea.

Irma memasang wajah bingung, dia tidak berpikiran sejahat itu. "Hah? Kenapa harus minta tolong Farel?Emangnya dia bisa apa?"

"Hah!" kaget Eca, gadis itu berlebihan sekali. "Lu nggak tau betapa powerfull nya seorang Farelino Suryo Sudramono?!"

Irma hanya menggelengkan kepala pelan, Eca berdecak heran. "Sini gua jelasin, keluarga besarnya Farel, Sudramono, simpelnya kalo di jaman kerajaan, mereka ini bangsawan."

"Semua hal yang bisa di uangkan mereka jadikan bisnis, fashion, jasa, elektronik, dan masih banyak lainnya," Eca melihat kanan kirinya. "Dan katanya, puluhan orang mereka sekolahin sebagai pengacara atau hakim, buat ngelindungin dinasti Sudramono."

"Hal ini yang lu bi—"

"Nggak akan," potong seorang laki-laki yang terdengar dingin, Irma dan sahabat-sahabatnya langsung melihat ke sumber suara.

Farel, siswa dengan kulit kecoklatan, khas suku Jawa itu menghampiri mereka. Kedua tangannya dilipat di dadanya yang bidang, matanya yang berpupil hitam menatap dingin ke Irma.

Berbeda dengan yang lain yang tampak kaget, Leona malah menatap farel yang susah diartikan. "Sejak kapan kamu disini?"

"Pas dia," Farel menunjuk Lea. "Nebak kalo Irma mau manfaatin Andra."

"Apa maksud lu nggak akan? Lu nggak mau bantuin Irma?!" pekik Eca.

"Awalnya gua mau nanya, kenapa lu mau nerima Andra padahal selama ini lu dingin sama dia?" Farel menatap Irma, membuat gadis itu bergedik ngeri. "Dan kalo tebakan Lea bener, sebaiknya lu buang jauh-jauh rencana itu dan jauhin Andra."

"Gua benci di manfaatin, walaupun Andra bakal sedih banget karena lu adalah orang pertama yang bikin dia bahagia setelah kepergian bokapnya, tapi pada akhirnya lu bakal ninggalin setelah bebas dari Andrew kan?"

Farel menoleh ke arah pintu, terlihat beberapa siswa-siswi kelas 12 IPA 1, kelas Irma, berbondong-bondong masuk. "Loh rel? Tumben kesini kenapa?" tanya seorang siswa.

"Nggak bang, gua mau nantang lu satu lawan satu setelah pulang sekolah," dalih Farel. "lu jago basket kan?"

"Iyalah! Siapa takut, tunggu gua nanti."

Farel tersenyum, namun itu segera luntur ketika melirik tajam ke Irma. "Bang, gua cabut dulu ya."

Irma menatap Farel yang berjalan keluar kelasnya, apa benar selama ini Andra tidak bahagia sebelum bertemu dirinya?

........

Andra duduk diam di salah satu kursi penonton di gedung olahraga, jam istirahat pertama baru saja dimulai, ia disini karena malas ngantre dan menunggu, toh perutnya masih cukup kenyang karena nasi goreng Anggit tadi pagi.

"Dra!" Andra menoleh, Janeth, gadis itu berlari kecil kearahnya.

"Kok lu disini?" tanya Andra ketika Janeth sudah duduk disini.

"Tadi gua ke kantin, lu nggak ada, dan kata Bagas, lu disini, makanya gua kesini," Janeth merapikan rambutnya yang tadi sedikit berantakan. "Tumben lu nggak ke kantin, kenapa?"

"Males gua, nunggu terus berisik, mending disini adem dan tenang, lagian gua udah makan waktu dirumah kak Irma, jadi masih lumayan kenyang," jawab Andra dengan nada enteng,

Raut wajah Janeth berubah melihat itu, sedih, itu terbaca jelas di sorot matanya. Cengkeraman tangannya yang sedang memegang sesuatu melemah, jatuhlah sebuah tempat makan berwarna biru.

Andra yang menyadari itu langsung mengambilnya. "Lu ngapain bawa ini?"

"Awalnya gua pengen ngajak ma—"

"Wih!" takjub Andra ketika membuka tempat makan itu, terpampang sebuah sandwich yang sudah dipotong dua segitiga. "Gua jadi laper liatnya, gua minta satu ya."

Senyum tipis tercetak di wajah manis itu. "Iya."

"Ayo makan juga," ajak Andra. "Masa gua doang."

Janeth terkekeh pelan, ia mengambil potongan sisanya dan memakannya. "Eum, kayaknya sayurnya kebanyakan dah."

Andra tersenyum lebar. "Nggak apa-apa, gua suka sayur kok."

Janeth terkekeh melihat mulut Andra yang sudah belepotan. "Udah gede masih aja belepotan," ia mengeluarkan tisu basah dari saku roknya dan mengelap mulut Andra.

"Elu, saos sama mayones nya kebanyakan," alasan Andra.

"Iya deh."

Tak terasa sandwich mereka telah habis, berbeda dengan Andra yang cukup kenyang, Janeth terlihat masih kelaparan.

"Masih laper?" tebak Andra.

"Iya nih, mana ibu gua lupa ngasih duit lagi," keluh Janeth sembari mengerucutkan bibirnya.

"Mau gua jajanin?" tawar Andra enteng.

Janeth yang awalnya menyandarkan tubuhnya ke kursi langsung duduk tegak dengan wajah bingung. "Katanya lu nggak mau ngantri dan berisik?"

Andra bangkit berdiri dan menatap Janeth. "Siapa bilang mau jajan disini? Di luar lah."

"Emang boleh? Lu ngajak gua bolos?"

Andra menggenggam tangan Janeth, tangan yang ditumbuhi bulu-bulu tipis, telapak tangannya terasa sedikit kasar. "Yaelah, hidup cuma sekali, at least, lu nyoba bolos."

"Ayolah lama!" Andra menarik Janeth keluar dari gedung olahraga tanpa membiarkan gadis itu berpikir sejenak.

...........

Irma, tangannya yang mungil itu membawa beberapa bola, ia berjalan menuju gedung olahraga. "Nasib-nasib, ketemu guru Olga dan disuruh bawa bola, mana berat banget lagi."

Irma terdiam, menatap dua insan berbeda kelamin yang berlari keluar dari gedung olahraga, wajah mereka tak asing, Andra dan Janeth. Sesak, itulah perasaan pertama yang Irma rasakan, tanpa sadar ia menitihkan air mata. Namun, ia langsung mengusapnya.

"Kenapa gua nangis? Gua... harusnya seneng karena Andra udah bisa bahagia dengan cewek lain," monolognya dengan suara yang bergetar. "Tapi... kenapa gua nggak rela?"

“Apa… ini namanya cinta?”

TBC

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!