NovelToon NovelToon
Istri Cantik Presdir

Istri Cantik Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Cintamanis / Cintapertama / Balas Dendam
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: znfadhila

Ibu Alya meninggal karena menyelamatkan anak majikannya yang bernama Bagas, dia adalah tuan muda dari keluarga Danantya.
~
Bagas patah hati karena kepercayaannya dihancurkan oleh calon istrinya Laras, sejak saat itu hatinya beku dan sikapnya berubah dingin.
~
Alya kini jadi yatim piatu, kedua orang tua Bagas yang tidak tega pun memutuskan untuk menjodohkan Bagas dan Alya.
~
Bagas menolak, begitupun Alya namun mereka terpaksa menikah karena terjadi sesuatu yang tidak terduga!
~
Apakah Bagas akan menerima Alya sebagai istrinya? Lalu bagaimana jika Alya ternyata diam-diam mencintai Bagas selama ini?
Mampukah Alya meluluhkan hati Bagas, atau rumah tangga mereka akan hancur?
Ikuti kisahnya hanya di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8.

Alya kini sudah sampai di rumah Neneknya, Alya sampai pukul 11 siang karena jarak kampung halaman Neneknya dari kediaman Danantya cukup jauh.

Alya menatap nanar bangunan rumah yang masih terlihat asri itu, ya meskipun sudah terlihat tua tapi rumah itu masih nyaman digunakan.

"Nek, aku kangen banget sama rumah ini tapi sekarang suasananya beda, Pakde sama Bude berebut harta yang Nenek tinggalkan, Alya gak pernah berharap sama semua harta Ini yang Alya mau hidup lebih lama bareng Nenek, Ayah sama Ibu."

Mata Alya berkaca-kaca, hatinya terasa sesak sekali karena semua orang yang disayanginya sudah pergi lebih dulu.

"Jangan terus sedih Al." Alya menarik nafas pelan, dia berusaha mengendalikan perasaan sedihnya, Alya rindu sangat rindu kebersamaan keluarga kecilnya, namun apa daya semua itu hanya tinggal kenangan.

"Alya ngapain kamu diem disitu!" teriak Bibi Alya sinis.

"Bude." Alya masih menyapa dengan sopan, Bibi Alya yang bernama Lela itu menelisik penampilan Alya.

"Gausah banyak basa-basi, ayo masuk." Lela menarik kasar tangan Alya, tentu saja Alya langsung menolak.

"Aku bisa jalan sendiri." ketus Alya, jelas Alya emosi padahal dia berusaha menghargai Lela namun lihatlah adik dari Ayahnya itu masih saja bersikap angkuh dan kasar.

"Gak sopan ya kamu!" Lela tidak terima.

"Bude yang gak sopan duluan, kenapa harus tarik-tarik segala!" Alya tak kalah kesal, dia menatap tajam Lela.

Selama ini Alya diam bukan berarti takut, tapi ada Ambar yang selalu menahannya agar tidak bersikap kasar, menurut Ambar biarkan saja keluarga dari suaminya itu berbuat semau mereka asal Alya tidak sama seperti mereka.

"Dasar anak gak sopan!" Lela hendak menampar Alya namun Alya dengan sigap menahan tangan Lela.

"Bude jangan kasar ya, aku bukan orang yang lemah! selama ini aku nahan diri karena menghargai Ibuku!" tekan Alya menatap tajam Lela.

Sekarang Alya tidak peduli mau di cap sebagai anak kurang ajar atau apapun itu, yang jelas Alya sudah muak, mungkin jika Lela dan keluarganya datang memberi dukungan pada Alya saat Ambar meninggal, Alya masih akan menghargai wanita paruh baya itu namun kenyataannya mereka tidak peduli sama sekali.

"Anak kurang ajar!" teriak Lela tak terima.

"Ada apa ini?" Abang dari Lela atau adik pertama dari Ayahnya Alya yang bernama Latif.

"Ini loh, anak ini datang bukannya sopan eh malah kasar sama Bude sendiri." lihatlah Lela malah memutar balikkan fakta.

"Al, sejak kapan kamu jadi gak sopan gini." Latif yang memang dasarnya tak suka juga pada Alya langsung percaya saja pada Lela.

Alya memutar bola matanya malas, saudara Ayahnya ini memang tidak ada yang tulus mereka hanya ingin mendapat untung saja.

"Pakde emangnya udah denger cerita dari aku? kenapa Pakde langsung nyimpulin kalo aku yang salah, padahal Pakde cuma denger cerita dari Bude." ucap Alya menohok.

Wajah Lela semakin merah padam, sementara Latif menahan emosinya, dia cukup terkejut putri dari Kakanya itu sudah berani menjawab.

"Sudah jangan dibahas lagi sekarang ayo kita masuk kedalam." Latif tidak ingin banyak berdebat sekarang, yang paling penting dia harus berhasil menipu Alya untuk menandatangani surat penyerahan warisan milik Ibunya alias Nenek Alya.

"BANG!" Lela protes tak terima, namun Latif memberikan tatapan tajamnya sehingga nyali Lela langsung menciut.

"Awas kamu Alya!" geram Lela penuh dendam, Alya sendiri segera masuk kedalam rumah itu dengan perasaan malas.

****

Alya sudah duduk di ruang tengah, di hadapannya hanya ada Lela dan Latif sementara keluarga dari saudara Ayahnya itu tidak hadir.

Entah mereka pergi kemana, mungkin memang Lela dan Latif sengaja tidak membawa keluarga mereka kesini.

"Jadi ada masalah apa Pakde sama Bude manggil aku kesini? bukannya masalah warisan udah selesai? saking sibuknya ngurus warisan sampai gaada waktu buat datang ke pemakaman Ibuku."

Alya menyindir secara terang-terangan, dia tidak takut sama sekali justru dia memang sudah muak sekali dengan keluarga toxic ini.

Wajah Latif langsung memerah, pria paruh baya itu mengepalkan tangannya kuat sementara Lela melotot kearah Alya.

"Berani ya kamu ledekin orang tua, lagian kita sibuk waktu itu! toh masalah biaya pemakaman Ibu kamu udah ada yang urusin kan? majikannya itu kaya masa iya gamau kasih kompensasi apapun." cerocos Lela tak berperasaan.

Tangan Alya mengepal kuat, hidungnya kembang kempis menahan emosi.

"Apa yang di pikiran Bude cuma ada uang aja?!" Alya menggebrak meja, Lela tersentak kaget bahkan Latif pun ikut kaget.

"Jangan emosi Alya!" peringat Latif memberi ancaman, Alya tersenyum sinis dia sama sekali tidak takut, toh sekarang Alya sudah kehilangan Ibunya jadi untuk apa dia takut.

"Yang bikin emosi aku itu kalian!" teriak Alya dengan nafas memburu.

"Lebih baik Pakde sama Bude jelasin sekarang, apa tujuan kalian minta aku datang kesini jangan banyak basa-basi, aku gak suka kebohongan jadi lebih baik jujur." cibir Alya sinis, dia tau Latif dan Lela tidak mungkin menyuruhnya datang tanpa tujuan apapun.

"Hahaha, ternyata kamu emang gak polos kaya Ayah mu Alya." Latif menyeringai, pria licik itu tidak menutupi niat buruknya lagi.

Alya tersenyum miris, dugaannya benar dan kini Pakdenya menunjukkan taring tanpa ragu, padahal biasanya Latif selalu mengelak tapi kali ini dia menunjukkannya, berbeda dengan Lela yang memang dari dulu menunjukkan secara jelas kebenciannya terhadap Alya.

"Apa Pakde gak cape selalu akting lemah lembut? kalo sama aku gak perlu akting, bilang aja apa yang Pakde butuhin, pasti soal warisan lagi kan?" Alya melipat kedua tangannya didada, tatapannya mengejek Latif dan Lela.

"Sialan kamu Alya, beraninya kamu ngejek Bude kamu sendiri." Lela jelas jengkel, biasanya dia bisa menindas Alya dengan mudah begitupun Ambar, namun sekarang Alya malah melawan tanpa rasa takut.

"Terus aku harus diem aja gitu? udah cukup selama ini aku diem liat Ibuku dihina sama kalian." balas Alya datar, Lela mendengus sebal.

Latif memberi kode pada adiknya untuk tidak bicara lagi, biar dia sendiri yang akan bicara pada Alya.

"Pakde gak akan basa-basi kalo gitu, ini masalah warisan Nenekmu."

"Udah aku duga." Alya menggelengkan kepalanya, masalah perebutan harta warisan memang tidak pernah berakhir, padahal harta tidak akan dibawa mati entah apa alasannya sampai Latif dan Lela saling berebut dalam diam.

"Kamu tau harusnya warisan itu jatuh ketangan Pakde sama Budemu, tapi sayangnya warisan itu jatuh semuanya ketangan Ayah kamu! dan sekarang setelah Ayahmu tiada, semua warisan itu jatuh ketangan kamu Alya!"

Sorot mata Latif begitu tajam, pria paruh baya itu ingin mengintimidasi Alya namun sayang Alya tidak mudah di intimidasi begitu saja.

Bukannya takut Alya malah tertawa, dan itu sukses membuat amarah Latif dan Lela semakin terpancing.

"ALYA! BERANINYA KAMU TERTAWA!" Latif menggebrak meja, dia tidak bisa menahan emosi lagi.

"Terus aku harus gimana Pakde? sedih gitu? jadi tujuan Pakde sama Bude suruh aku kesini buat apa?" ejek Alya mencibir Latif dan Lela, padahal mereka sudah bekerja keras namun hasilnya tetap Alya yang menang meskipun Alya tidak menginginkan harta warisan itu.

"Kamu harus serahin semua harta warisan itu, tandatangani ini dan pergi dari sini ini semua hak Pakde dan Budemu!"

"Enak aja, ini kan hak aku berarti keputusan ada ditangan aku dong? gimana kalo aku gamau tandatangan, oh iya gimana kalo aku usir Pakde sama Bude dari rumah milik Nenek itu?"

"SIALAN!"

Bersambung.......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!