NovelToon NovelToon
Berjaya Setelah Terluka

Berjaya Setelah Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kebangkitan pecundang / Persahabatan / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Demi menikahi wanita yang dicintainya, Arhan Sanjaya mengorbankan segalanya, bahkan rela berhutang banyak dan memenuhi semua keinginan calon mertuanya. Terbelenggu hutang, Arhan nekat bekerja di negeri seberang. Namun, setelah dua tahun pengorbanan, ia justru dikhianati oleh istri dengan pria yang tak pernah dia sangka.

Kenyataan pahit itu membuat Arhan gelap mata. Amarah yang meledak justru membuatnya mendekam di balik jeruji besi, merenggut kebebasannya dan semua yang ia miliki.

Terperangkap dalam kegelapan, akankah Arhan menjadi pecundang yang hanya bisa menangisi nasib? Atau ia akan bangkit dari keterpurukan, membalaskan rasa sakitnya, dan menunjukkan kepada dunia bahwa orang yang terbuang pun bisa menjadi pemenang?

Karya ini berkolaborasi spesial dengan author Moms TZ.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

08. Kunjungan seorang kawan.

Arhan yang sedang berbaring dengan mata terpejam, tersentak saat pintu besi berderit terbuka, seorang petugas penjara memanggil namanya, mengatakan ada tamu yang mengunjunginya. Arhan melangkah ragu, namun penasaran, siapa yang mengunjunginya?

Arhan mengikuti langkah petugas menuju ruang kunjungan. Sampai di sana, seorang wajah familiar menyambutnya dengan ekspresi terkejut dan prihatin. Budi, sahabat karibnya sejak kecil.

"Arhan! Ya Tuhan, aku nggak percaya ini beneran kamu," seru Budi, suaranya tercekat. "Kenapa kamu nggak cerita apa-apa? Aku baru tahu dari perbincangan para tetangga."

Arhan hanya bisa menunduk, rasa malu dan bersalah menghimpit dadanya. "Maaf, Bud. Aku... aku nggak tahu harus bilang apa."

"Yang penting sekarang kamu baik-baik aja," kata Budi, mencoba menyemangati. "Kamu udah kasih tahu ibu dan adikmu? Mereka pasti khawatir banget."

Arhan menggeleng pelan. "Aku belum berani, Bud. Ibu pasti syok kalau tahu aku di sini. Aku tak mau membuat beliau bersedih dan kecewa."

Budi menghela napas, memahami kekhawatiran sahabatnya. "Aku ngerti, Han. Tapi mereka berhak tahu. Lagi pula, aku yakin itu bukan salahmu. Aku percaya kamu tak kan memghajar orang tanpa alasan. Biar nanti aku aja yang ngomong sama mereka. Aku janji bakal hati-hati."

Arhan menatap Budi dengan rasa terima kasih yang mendalam. "Makasih banyak, ya, Bud. Kamu emang sahabat terbaikku."

"Ada yang bilang istrimu selingkuh sama si Padil, apa itu benar?” Budi bertanya dengan hati-hati.

Arhan hanya mengangguk. Tak mampu menjawab. Setiap kali dia mengingat apa yang ia lihat hari itu, di hari pertama kepulangannya ke tanah air, dadanya masih terasa sesak. Luka itu kembali menganga.

"Kurang ajar si Padil. Kurang baik apa kamu padanya. Sering minjam uang gak pernah dibalikin, dan kamu tak pernah mempermasalahkannya. Kamu yang selalu ada saat dia butuh, malah seperti ini balasannya ke kamu.”

Budi ikut geram dengan kelakuan Fadil. Tentu saja Budi tahu segalanya, karena mereka bertiga adalah teman sejak kecil. Sekolah di sekolah yang sama. Bahkan kuliah pun di kota yang sama.

Suasana hening sejenak, hanya suara bising dari ruang kunjungan yang terdengar. Sampai Budi berdeham, mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Eh, Han, aku denger dari temen-temen, Nurmala sama Fadil sekarang hidupnya mewah banget. Mereka sering pamer di media sosial. Bahkan, mereka buka usaha kuliner, lho. Katanya sih lumayan sukses. Duit dari mana coba kalau bukan dari hasil nipu kamu," lanjut Budi, nadanya geram.

Di atas meja tangan Arhan terkepal, berusaha meredam amarah yang mulai membara. Budi yang tahu temannya sedang tak baik-baik saja, menggenggam kepalan tangan itu.

"Aku bakal bantu kamu, Han," jawab Budi dengan mantap. "Aku bakal cari pengacara terbaik buat ngurus kasus kamu. Kamu tenang aja.”

Arhan tersenyum tipis, merasa sedikit lega. Ia tahu bahwa ia tidak sendirian. “Terima kasih, ya, Bud." Tekad Arhan semakin membara. Ia harus segera keluar dari penjara dan membalas perbuatan mereka. Ia tidak akan membiarkan mereka hidup enak di atas penderitaannya.

Waktu kunjungan hampir habis. Budi berdiri dan menatap Arhan dengan tatapan penuh semangat.

"Aku pamit dulu ya, Han. Aku janji bakal sering jenguk kamu. Jaga diri baik-baik."

"Kamu juga ya, Bud. Hati-hati di jalan," jawab Arhan.

Keduanya bersalaman sebelum Budi melambaikan tangan dan berjalan meninggalkan ruang kunjungan. Arhan menatap punggung sahabatnya hingga menghilang di balik pintu.

.

Mentari pagi merayap masuk melalui celah-celah jeruji besi, menyinari wajah Arhan yang tampak lebih tegas dan bersemangat. Suara gemuruh dan derap langkah kaki para narapidana lain tak mengganggunya.

Di sudut halaman penjara, di bawah bimbingan Pak Broto, Arhan melatih mentalnya. Ia belajar meditasi, teknik pernapasan, dan visualisasi. Ia berusaha untuk mengendalikan emosinya, menenangkan pikirannya, dan memfokuskan energinya.

"Emosi adalah energi, Han," kata Pak Broto saat mereka duduk bersandar di tembok penjara, setelah Arhan selesai berlatih. "Kau bisa menggunakannya untuk membangun atau menghancurkan. Pilihlah dengan bijak."

Satu hal yang kini ia tahu tentang pak Broto, ternyata pria tua itu menguasai ilmu bela diri. Sangat wajar kalau beliau menjadi sosok yang disegani di lapas itu. Dan pria tua itu juga rutin olahraga dan berlatih.

Pantas saja di usianya yang sudah kepala lima, fisiknya masih segar bugar. Bahkan bang Tagor pun hormat padanya. Satu tanya terbersit di benaknya. Apakah mungkin bang Tagor juga pernah dihajar oleh pak Broto?

"Ingat, Han. Kekuatan fisik tanpa kendali tidak akan seimbang. Kuasai tubuhmu, kuasai pikiranmu."

Arhan mengangguk, melepas seragam tahanannya dan ia gunakan untuk mengelap keringat yang membasahi sekujur tubuhnya. Berita yang ia dengar dari Budi sebelumnya membuat semangatnya makin membara.

"Bagaimana cara mengendalikan semua itu, Pak?" tanya Arhan kemudian.

"Dengan kesadaran," jawab Pak Broto. "Sadari emosi yang kau rasakan, pahami penyebabnya, dan jangan biarkan ia menguasaimu. Tarik napas dalam-dalam, tenangkan pikiranmu, dan lihatlah situasi dari sudut pandang yang berbeda."

Arhan mempraktikkan teknik meditasi yang diajarkan Pak Broto setiap hari. Ia duduk diam, memejamkan mata, dan memfokuskan pikirannya pada napasnya. Ia berusaha untuk mengosongkan otaknya dari segala macam pikiran dan emosi, dan hanya merasakan kedamaian dan ketenangan.

Dulu, ia hanya belajar bela diri. Setelah bertemu pak Broto, barulah dia tahu bela diri tanpa diimbangi ilmu kebatinan seperti kaki yang timpang.

"Kau semakin baik, Arhan. Kau sudah bisa mengendalikan emosimu dengan lebih baik."

"Terima kasih, Pak," jawab Arhan. "Tapi saya masih harus belajar banyak."

"Tentu saja," sahut Pak Broto. "Perjalananmu masih panjang. Belajar itu tak pernah ada habisnya, bahkan sampai ajal menjelang."

Selain melatih fisik dan mental Arhan, pak Broto juga mulai mengajari strategi balas dendam dan kebangkitan, dan juga resiko yang harus siap dihadapi.

"Katamu, mereka membuka usaha kuliner. Sekarang aku tanya, apa tujuanmu seandainya esok pagi kamu keluar dari tempat ini?" tanya Pak Broto.

Arhan terdiam, sejujurnya ia juga belum tahu apa yang akan ia lakukan setelah keluar. Balas dendam, iya. Tapi apa langkah awal yang harus dia ambil.

"Segala sesuatu harus direncanakan dengan matang. Balas dendam yang ceroboh hanya akan membawa masalah baru."

"Saya tahu sekarang." Tiba-tiba Arhan berseru. "Mungkin saya akan membuka usaha yang sama, di lokasi yang berdekatan, dengan konsep yang berbeda. Tapi untuk itu saya harus tahu dulu, apa saja yang mereka jual."

Pak Broto. Tersenyum mendengar jawaban Arhan. Pemuda itu benar-benar cepat menyerap. "Tapi kau harus berhati-hati. Mereka pasti akan melawan. Jadi, Kau harus siap untuk menghadapi konsekuensinya."

Arhan mengangguk, menatap Pak Broto dengan tatapan penuh tekad. "Saya siap, Pak."

Di dalam sel penjara yang sempit, tubuh Arhan terkurung. Namun, pikirannya bebas menjelajahi dunia luar, mencari cara untuk menghancurkan musuh. Membangun harapan di tengah keputusasaan.

1
RMQ
cerita ini diawal memang bagus, saya tunggu sampai tamat dlu baru baca🤭🤭🤭
〈⎳ FT. Zira
pikiran orang yg gak mau usaha ya gini🤧
Hasanah Purwokerto
Bagus bgt filosofinya mam...👍👍👍👍
Hasanah Purwokerto
Kasiaaaannnn...Fadil...umpanmu tdak termakan...hahahahaaaaa
Hasanah Purwokerto
Sudah benar apa yg kamu lakukan Arhan,,tidak ada gunanya mempertahankan wanita seperti Nurmala...
Hasanah Purwokerto
skak mat...
Hasanah Purwokerto
Cinta yg membabi buta,,jika terluka bs menjadi benci yg membabi buta juga..
Hasanah Purwokerto
Smg kelak.kalian bs bekerja sama,,saling menguntungkan,,tunjukkan pd dunia kalian bisa..
Sunaryati
Wah dengan adanya ibu dan adik kamu mungkin menambah lariis warungmu, karena masakan ibumu
Hasanah Purwokerto
Betul kata pak tua..yuk bangkit yuk..kamu bisa Ar...💪💪💪💪
Hasanah Purwokerto
Ini orang berdua ya,.bukannya sadar diri malah menjadi jadi..
Hasanah Purwokerto
Smg karma segera datang pd kalian..
Hasanah Purwokerto
Ga akan pernah..justru kamu yg akan menangis dan memgemis di bawah kaki nya Arhan...
Hasanah Purwokerto
Yang sabar,,yg kuat ya Ar...
Gusti mboten sare...
Hasanah Purwokerto
Kok ky penjahat kelas kakap aja,,cm diinterogasi masa tangannya diborgol kebelakang begitu..
Hasanah Purwokerto
Cn Arhan punya bukti perselingkuhan mereka ya,,minimal sblm dihajar udah di poto dl...
Hasanah Purwokerto
Bener" uedaaaannn....
orang tua macam apa seperti itu...
Hasanah Purwokerto
Oalah...wong tuo kucluk...
membiarkan anaknya melakukan dosa...🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Hasanah Purwokerto
Arhan patah hati sepatah patahnyaaaaa
Hasanah Purwokerto
Kli memang wanita terhormat,,apapun yg terjadi,,selama ditinggal suami ya akan menjaga kehormatannya...
bukan malah menyalahkan org lain..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!