Cherry Yang, yang dipaksa mendonor darah sejak kecil untuk adik tirinya, setelah dewasa ginjalnya diambil paksa demi menyelamatkan sang adik.
Di malam itu, ia diselamatkan oleh Wilber Huo—pria yang telah mencarinya selama delapan tahun.
Kehidupan Cherry berubah drastis setelah pertemuan itu. Ia bahkan terpaksa menikah dengan Wilber Huo. Namun, tanpa Cherry sadari, Wilber menikahinya dengan alasan tertentu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Cherry memundurkan langkahnya saat Wilber melangkah mendekatinya. Tatapan tajam pria itu membuat udara di sekitarnya terasa menegang, namun gerakannya begitu tenang. Tanpa sepatah kata, Wilber melepaskan jas panjangnya dan menyampirkannya di tubuh gadis itu, melindunginya dari terpaan angin yang menusuk.
"Maaf, aku terlambat. Jangan takut, aku datang untuk membawamu pulang," ucap Wilber lembut, kontras dengan aura dinginnya yang membuat orang lain gemetar. Jemarinya yang besar dan hangat menyentuh kepala Cherry, seolah ingin menenangkan hatinya yang kacau.
"Membawaku pulang?" Cherry mengulang pelan, matanya dipenuhi tanda tanya.
Tanpa menjawab, Wilber membungkuk dan menggendongnya, langkahnya mantap menuju mobil hitam yang menunggu tak jauh dari sana. Begitu tiba, Roby membuka pintu belakang dan dengan hati-hati Wilber menurunkan Cherry ke kursi. Jarak mereka begitu dekat hingga Cherry bisa merasakan napasnya.
"Tunggu aku," bisiknya sambil mengusap lembut wajah gadis itu.
Cherry tertegun, menatap pria itu dengan campuran canggung dan bingung. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang sulit dia mengerti—bukan ancaman, melainkan perlindungan.
Sesaat kemudian, Wilber menutup pintu dengan tenang lalu berbalik, melangkah mantap ke arah Roman dan Rosa yang berdiri kaku di tengah jalan.
"Wilber Huo… kenapa dia menyelamatkan aku? Dan… kenapa dia begitu lembut? Roman pernah mengatakan dia kejam, tanpa ragu menghancurkan perusahaan dan aset orang lain. Tapi… pria yang ada di depanku sekarang berbeda dengan yang dia ceritakan," batin Cherry, matanya mengikuti punggung tegap pria itu.
Wilber menyalakan sebatang rokok. Asap putihnya membubung di udara, menambah kesan angkuh sekaligus berbahaya. Ia berdiri tepat di hadapan pasangan itu, sorot matanya menusuk seperti pisau. Roman dan Rosa, yang biasanya penuh percaya diri, kini tampak sedikit gentar.
"Tuan Huo," sapa Roman dengan suara yang dipaksakan tegar.
Wilber menghembuskan asapnya pelan, lalu menatap mereka tanpa berkedip. "Dua pilihan untukmu… melepaskan Cherry atau menghilang dari dunia ini." Suaranya datar, namun tegas dan mematikan.
"T-tuan, Cherry adalah putriku," Rosa mencoba berbicara, suaranya bergetar. "Dia tidak sehat dan harus dirawat. Aku berharap Anda mengerti."
Roman menimpali dengan cepat, "Benar kata istri saya, Tuan. Cherry sudah sering sakit-sakitan sejak kecil, dia tidak bisa berhenti berobat."
Wilber membuang puntung rokoknya, lalu melangkah maju hingga jarak mereka hanya sejengkal. "Roman Chen. Rosa Fang." Suaranya meninggi, dan tatapan matanya membuat keduanya terdiam kaku. "Kalian ingin menyembuhkan dia… atau mengorbankannya? Dia adalah putri kandung kalian. Bagaimana caranya kalian menjaganya sampai dia dalam kondisi seperti ini? Jangan pernah berbohong di hadapanku."
Ia berhenti sejenak, nadanya kini mengeras penuh tuduhan. "Cherry Yang hanyalah kelinci percobaan yang kalian korbankan demi putri kalian yang satunya."
Suasana seketika membeku. Roman dan Rosa tak mampu membalas, sementara udara di sekitar terasa semakin berat.
"Tuan Huo, apa hubungan Anda dengan Cherry?" tanya Rosa dengan suara bergetar, matanya melirik takut ke arah Wilber.
"Cherry adalah milikku. Kalau kalian berani menyentuh sehelai rambutnya, jangan salahkan aku mengirim kalian ke dunia lain," jawab Wilber, nadanya dingin dan matanya tajam seperti pisau yang siap menusuk.
Rosa menelan ludah, tangannya refleks menggenggam lengan Roman.
"Pikirkan saja baik-baik!" lanjut Wilber.
Tanpa menunggu reaksi, Wilber berbalik, Ia melangkah tenang menuju mobilnya, meninggalkan hawa mencekam di belakang.
Roman dan Rosa hanya bisa berdiri terpaku di tempat, wajah mereka pucat pasi. Mereka sama sekali tidak berani membantah ketika berhadapan dengan Wilber Huo, sosok yang namanya saja sudah cukup membuat para pebisnis besar gemetar.
"Kau adalah ibunya, kenapa tidak tahu kalau Cherry mengenal Wilber Huo?" tanya Roman dengan nada penuh curiga.
"Anak itu tidak pernah bercerita. Aku… aku juga tidak bisa berbuat apa-apa," jawab Rosa
"Lalu, bagaimana dengan nasib Celia? Apakah dia harus meninggal di usia muda?" ujar Roman ketus, matanya menyipit penuh kegelisahan.
Rosa diam, tapi Roman mendesah kasar, lalu melanjutkan dengan nada dingin, "Andaikan anakmu mengungkapkan semua perbuatan kita, maka orang itu hanya akan mati. Dan jasadnya… akan aku kirim ke hadapannya!"
Ucapan itu membuat Rosa merinding. Roman kemudian masuk ke dalam mobil, membanting pintu tanpa menoleh lagi.
Perjalanan pulang.
Cherry duduk di kursi belakang mobil, ia menoleh ke arah Wilber yang duduk di samping, lalu berkata pelan, "Tuan, terima kasih karena telah menolongku."
Wilber menoleh sekilas, lalu tanpa banyak kata, ia meraih tangan gadis itu. Matanya jatuh pada gelang tipis yang melingkar di pergelangan Cherry. Jemarinya mengusapnya pelan.
"Ingat, jangan melepaskannya. Demi keselamatanmu. Kalau kau dalam bahaya… aku bisa menyadarinya," kata Wilber dengan nada tenang namun penuh penekanan.
Cherry menatap gelang itu, hatinya berdegup tak menentu. "Ternyata gelang ini adalah pemberian Anda," ucapnya pelan.
Alis Wilber sedikit terangkat. "Kenapa? Kecewa karena bukan dari tunanganmu?" tanyanya, nada suaranya terdengar datar tapi menyimpan sindiran.
"Bukan itu maksudku… aku hanya mengira dari Roman," jawab Cherry, pandangannya kembali jatuh ke gelang itu.
Wilber menghela napas tipis, lalu menatap lurus ke depan. "Baiklah. Mulai hari ini, fokus saja pada pemulihan. Jangan memikirkan hal lain."
Cherry mengerutkan kening. "Tuan… kenapa Anda membantuku?" tanyanya lagi, suaranya penuh kebingungan.
Wilber tidak menjawab. Matanya tetap tertuju pada jalan di depan, rahangnya mengeras.
Di kursi depan, Roby yang menyetir hanya melirik lewat kaca spion. Dalam hatinya ia bergumam, "Gadis ini tidak tahu kalau Tuan sudah mencarinya selama delapan tahun. dan pasti tidak akan bisa pergi jauh lagi dari tuan."
Wil kata nak bikin perhitungan come on sat set ke ,,tuh Kunti bisa ga di kuliti atau ga cabut kuku ya gitu
ambil darah tiap hari per botol gt sumbngknn ke pmi lakukan itu ddpnn mm mu dan papa trimu dan mike,,biar mrk sengsara liat org tersayang mrk menderita lbh bagus sii klo perlu darah mrk semuy di ambil biar mrk merasakan gmn tangan ditusuk jarum,,biar impas si 😁😁😁klo di penjara takutt bundir gk ngerasain penderitaan lgg,, viral jg kn biar pd tau kelakuan busuk mrk,,