Merasa bosan hidup di lingkungan istana. Alaric, putra tertua dari pasangan raja Carlos dan ratu Sofia, memutuskan untuk hidup mandiri di luar.
Alaric lebih memilih menetap di Indonesia ketimbang hidup di istana bersama kedua orang tuanya.
Tanpa bantuan keluarganya, Alaric menjalani kehidupan dan menyembunyikan identitasnya sebagai seorang pangeran.
Sementara sang ayah ingin Alaric menjadi penerus sebagai raja berikut. Namun, Alaric yang lebih suka balapan tidak ingin terkekang dan tidak punya ambisi untuk menjadi seorang raja.
Justru, Alaric malah meminta sang ayah untuk melantik adiknya, yaitu Alberich sebagai raja.
Penasaran? Baca yuk! Siapa tahu suka dengan cerita ini.
Ingat! Cerita keseluruhan dalam cerita ini hanyalah fiktif alias tidak nyata. Karena ini hasil karangan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
Setibanya di kediaman Boni, rumahnya sudah kosong. Kemudian ada tetangga datang menghampiri mereka.
"Nak Boni, ayah, ibu, dan adik-adikmu di jemput pakai mobil ambulans. Katanya ada program pengobatan gratis dari salah satu rumah sakit," kata wanita separuh baya.
"Benarkah Bu? Di rumah sakit mana?" tanya Boni.
"Ee anu, rumah sakit apa ya? Ibu lupa," jawab wanita itu sambil menggaruk kepalanya.
"Ayo kita ke sana, aku antar kamu ke rumah sakit," kata Alaric.
"Memang kamu tahu?" tanya Boni.
"Aku tahu. Ayo cepat!" desak Alaric.
Boni hendak menggunakan sepeda, namun Alaric memintanya untuk naik ke motornya. Boni pun segera menyimpan sepeda terlebih dahulu. Baru kemudian naik ke motor Alaric.
Alaric meminta Boni untuk berpegangan lebih kuat. Jika tidak, bisa-bisa Boni terlempar dan jatuh dari motor.
Alaric ngebut membuat Boni ketakutan. Boni sampai memejamkan matanya tidak berani melihat jalan.
Tidak butuh waktu lama mereka pun tiba di rumah sakit. Boni masih berpegangan erat dan belum berani membuka matanya.
"Kita sudah sampai," kata Alaric.
"Gila, laju benar," gumam Boni.
Boni terhuyung saat turun dari motor. Alaric segera menangkapnya agar tidak jatuh. Alaric membawa Boni ke ruang UGD.
"Ibu?" Boni langsung memeluk ibunya yang sedang menunggu. Juga kedua adiknya ikut berpelukan.
"Alhamdulillah, ada program pengobatan gratis untuk ayahmu. Semoga ayahmu akan segera sembuh," ucap ibunya Boni.
"Iya Bu," ujar Boni.
Ibunya Boni belum menyadari kalau ada Alaric di sini. Alaric hanya berdiam diri dan tersenyum melihat kebahagiaan mereka.
"Aku hidup di istana megah, semuanya tersedia. Aku jadi terharu melihat keluarga mereka. Pertolongan kecil ternyata sangat besar artinya bagi mereka," batin Alaric.
"Kalau begitu aku pulang dulu," kata Alaric.
"Siapa dia Nak?" tanya ibunya Boni.
"Teman Boni Bu, satu tempat kerja dengan Boni," jawab Boni.
Kemudian ia memperkenalkan Alaric kepada ibunya. Alaric menyalami lalu mencium tangan ibunya Boni.
"Oh iya, terima kasih sudah mengantar ku," kata Boni.
"Iya sama-sama, itulah gunanya teman," ucap Alaric.
Padahal sebelumnya Alaric tidak punya teman selain keluarga besarnya dan saudara-saudaranya. Baru kali ini ia punya teman orang luar.
"Bu, ini ada sedikit uang. Nanti bisa ibu gunakan untuk beli makanan selama di sini," kata Alaric menyerahkan sejumlah uang.
"Tapi Nak, kamu bagaimana?" tanya ibunya Boni.
"Ibu lebih penting, aku bisa kerja untuk mencari uang. Lagipula aku masih punya simpanan untuk keperluan sehari-hari," jawab Alaric.
Ibunya Boni pun menerima uang tersebut. Kemudian Alaric melepas topinya dan memakai kan nya ke kepala Boni.
Boni terkejut sekaligus senang. Karena ia sangat mengidolakan Mr.A si pembalap dunia.
"Inikan ...?"
"Topinya Mr.A, aku berikan ke kamu," potong Alaric.
"Tapi kamu, kamu bagaimana?"
"Tenang, aku masih punya topi seperti itu," jawab Alaric.
Boni langsung memeluk Alaric. Alaric sedikit kaget karena Boni tiba-tiba memeluknya. Terdengar suara isak tangis Boni.
"Terima kasih," ucapnya parau. Alaric hanya mengangguk.
Andai saja Boni tahu, jika Mr.A yang selama ini di idolakan nya adalah Alaric, mungkin Boni akan pingsan di tempat.
Demi nonton balapan, Boni sampai numpang di rumah tetangga. Beruntung tetangganya tidak pelit.
Apalagi kalau yang balapan adalah Mr.A, Boni akan bela-belain nonton dari awal sampai selesai.
"Aku pulang, besok kalau tidak bisa kerja sebaiknya cuti dulu. Aku bisa bilang ke boss, aku yakin boss akan mengerti," kata Alaric.
Boni mengangguk, kemudian menghapus air matanya yang masih tersisa. Alaric melambaikan tangannya lalu segera pergi dari situ.
Alaric merasa senang bisa membantu orang-orang di sekitarnya. Ia membantu tanpa pamrih, semua ia lakukan dengan keikhlasan hatinya.
"Sudah berapa lama kamu kenal dia?" tanya ibunya Boni.
"Baru kenal kemarin Bu, hari ini dia baru mulai bekerja," jawab Boni.
"Anak baik akan mendapatkan balasan yang baik pula. Kita tidak bisa membalasnya, biarkan Allah yang membalas kebaikannya," ucap ibunya Boni.
"Aamiin," ucap Boni dan adik-adiknya serentak.
Boni terus memandangi topi pemberian Alaric. Topi bertuliskan huruf A di depan. Melambangkan inisial Mr.A.
Sementara Alaric masih dalam perjalanan, ia memilih pulang ke rumah opa nya. Karena ia sudah terlanjur kemari, sekalian saja mampir ke rumah opa nya.
Pintu gerbang terbuka saat melihat Alaric datang. Penjaga menunduk hormat, Alaric hanya mengangguk kemudian masuk ke kawasan rumah.
"Assalamualaikum." Alaric mengucapkan salam sebelum masuk.
Terdengar suara menjawab salam, Alaric pun langsung masuk. Sofia yang melihat putranya datang pun langsung menghampirinya.
"Bunda." Alaric membalas pelukan Sofia.
"Ayah pikir kamu tidak akan kembali," kata Carlos.
Alaric tidak menjawab, ia hanya tersenyum mendengar ejekan dari ayahnya. Alaric mencium tangan Sofia, Carlos, dan kemudian Carlina dan Arthur.
Kemudian Alaric meminta izin untuk ke kamar. Karena ia ingin mandi terlebih dahulu. Dia hanya mandi tadi pagi saja, di tempat kerja tidak sempat mandi.
Setelah selesai mandi, Alaric kembali menemui keluarganya yang masih di ruang tamu.
"Ke mana adik-adik?" tanyanya.
"Alice ke rumah Elara menginap di sana. Alderich dan Alberich ke rumah Dexter, mungkin malam ini mereka tidak pulang," jawab Carlina.
Alaric manggut-manggut. Ia juga tidak bisa menginap. Dia hanya mampir sebentar untuk ketemu sang bunda.
Sofia merasa sedih karena putranya tidak menginap. Namun Sofia mengerti, jika putranya ingin belajar hidup sendiri.
"Nanti setelah makan malam baru pulang," kata Carlina. Alaric pun mengangguk mengiyakan.
"Bagaimana tinggal di rumah baru?" tanya Arthur.
"Gimana ya? Sulit mau di jelaskan," jawab Alaric. "Aku bekerja di sebuah salon mobil," tambahnya.
Waktu makan malam pun tiba, Sofia hendak melayani nya, tapi Alaric menolak. Karena dia tidak ingin lagi dilayani.
"Biarkan saja sayang, dia sudah besar dan ingin melakukannya sendiri," kata Carlos.
Setelah selesai makan, Alaric pun pamit pulang. Sofia membekali Alaric makanan yang di masaknya. Nanti bisa di simpan di kulkas.
"Terima kasih Bun," ucap Alaric. Kemudian Alaric memeluk Sofia. Lalu berpamitan kepada mereka semua yang ada di situ.
"Hati-hati di jalan, jangan biasakan ngebut," pesan Sofia. Sofia khawatir, karena putranya pasti suka ngebut saat berkendara.
Alaric tidak menjawab, ia hanya tersenyum saja. Lalu melambaikan tangannya dan segera pergi dari situ.
Motor Alaric melaju kencang di jalanan. Alaric dengan lihai menyalip kendaraan lain yang ada di depannya.
Hingga akhirnya Alaric pun tiba di rumah kontrakannya. Baru saja hendak membuka pintu, seseorang menegurnya.
"Baru pulang dik?" tanya Irma.
"Iya Kak," jawab Alaric.
Alaric segera masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu dari dalam. Alaric merasa, semakin lama Irma semakin berani menurutnya.
Alaric takut, nanti orang salah paham kepadanya. Apalagi ia masih muda dan belum pernah berpacaran. Alaric akan menjaga jarak dengan tetangga-tetangga di sini, terutama yang perempuan.
next