NovelToon NovelToon
Gadis Dibalik Koma

Gadis Dibalik Koma

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Misteri / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Caca4851c

Sinopsis:
Tertidur itu enak dan nyaman hingga dapat menjadi kebiasaan yang menyenangkan bagi banyak orang, namun jika tertidur berhari-hari dan hanya sekali dalam sebulan terbangun apakah ini yang disebut menyenangkan atau mungkin penderitaan..

Sungguh diluar nalar dan hampir mustahil ada, tapi memang dialami sendiri oleh Tiara semenjak kecelakaan yang menewaskan Ibu dan Saudaranya itu terjadi. Tidak tanggung-tanggung sang ayah membawanya berobat ke segala penjuru Negeri demi kesembuhannya, namun tidak kunjung membuahkan hasil yang bagus. Lantas bagaimanakah ia dalam menjalani kehidupan sehari-harinya yang kini bahkan sudah menginjak usia 16 tahun.

Hingga pertemuannya dengan kedua teman misterius yang perlahan tanpa sadar membuatnya perlahan pulih. Selain itu, tidak disangka-sangkanya justru kedua teman misterius itu juga menyimpan teka-teki perihal kecelakaan yang menewaskan ibu dan saudaranya 3 tahun yang lalu.
Kira-kira rahasia apa yang tersimpan..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca4851c, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 8

"Hallo, ada apa?", tanya Revaldi dengan begitu serius. Tiba-tiba saja raut wajahnya berubah menegang beberapa saat.

"Baik, Saya ke sana", jawab Revaldi. Ia menengok ke arah jam tangannya sekilas yang kini menunjukkan pukul 21.46.

"Kalian tolong tetap di sini dan jaga Putri Saya dengan baik. Saya mau keluar sebentar", suruh Revaldi pada para bodyguardnya itu sebelum Ia berjalan meninggalkan halaman Rumah Sakit.

Awalnya semua terasa baik-baik saja tatkala Ia berkendara di tengah keramaian jalanan raya saat ini. Hingga akan berbelok arah dari jarak yang lumayan jauh nampak sebuah kemacetan total.

Revaldi segera meminggirkan mobilnya ke sebelah kiri jalan, dan langsung keluar dari sana menghampiri kawasan yang tengah macet. Semakin dekat Revaldi berjalan ke arah kemacetan yang ada di depannya sana, semakin terlihat pula beberapa orang tengah mengerumuni sesuatu.

Disamping kanan kerumunan orang itu terdapat sebuah mobil yang sedikit peyot di bagian depannya, dan tak jauh dari sana juga terdapat mobil lainnya yang hanya lecet di beberapa bagian saja.

Meski sedikit ragu dengan jantung yang berdebar, Ia terus melangkah maju membelah kerumunan orang itu. Hingga kini Seseorang yang tengah Ia cari terduduk di tengah-tengah kerumunan orang itu dengan dahi yang berdarah di samping dua orang lainnya yang terbaring penuh luka-luka.

"Amy" 

Lantas Ia bergegas menyibak kerumunan yang begitu panjang itu untuk menghampiri Amy. Namun, beberapa jengkal saja Ia sampai di dekat Amy seorang Polisi tiba-tiba menghalanginya.

"Tidak boleh ada yang mendekat!, hanya petugas atau keluarga korban saja yang boleh ke sana", ucap lantang seorang Polisi yang berdarah campuran Melayu-Inggris itu di depan Revaldi.

"Saya memang bukan Keluarganya, namun salah satu teman dekat Saya ada di sana. Tolong izinkan Saya masuk", ujar Revaldi seraya menunjukkan sebuah kartu identitasnya pada Polisi yang ada di depannya itu.

Lantas Polisi tadi sedikit terkejut dan segera melepaskan cengkramannya di tubuh Revaldi. Dengan langkah sedikit berlari Revaldi mendekati Amy sembari mengulurkan tangan kanannya.

Amy mendongak dan begitu terkejut mendapati Revaldi tengah berdiri di sampingnya tetap dengan ekspresi datarnya. Tampak sekilas kelinglungan dalam tatapan Amy sebelum beberapa menit kemudian menerima uluran tangan Revaldi.

Dengan langkah agak pelan Revaldi menuntun Amy yang berjalan tertatih-tatih ke luar dari kerumunan itu. Suara sirene memecahkan keramaian jalanan itu seiring dengan tibanya sebuah mobil putih di depan sana. Beberapa Perawat ke luar dari sana dengan membawa perlatan medisnya. Salah seorang diantara Perawat itu tiba-tiba melihat ke arah Amy dan berjalan mendekat ke arah mereka dengan ekspresi khawatir.

"Dokter Amy, bagaimana bisa Anda seperti ini?", tanya Perawat muda itu dengan cemas.

Sedangkan Amy masih sedikit linglung dengan tatapan kosongnya mengabaikan Perawat itu. Hingga akhirnya hanya Revaldi saja yang angkat bicara.

"Tolong jangan tanya itu sekarang, biarkan Dia menenangkan diri dulu dengan Saya yang  akan membawanya ke Rumah Sakit", seru Revaldi to the point.

"Baik Tuan, Maafkan Saya yang terlalu cemas ini", seru Perawat itu dengan gelagapan.

Tanpa basa-basi Revaldi tetap berjalan lurus memapah Amy keluar dari kerumunan orang itu ke arah mobilnya yang masih terparkir di pinggir jalanan.

"Kita sudah sampai, sebentar Saya bukakan pintu dulu", ucap Revaldi melepaskan pegangannya dari pinggang Wanita itu.

Ia pun dengan cepat membuka pintu depan mobilnya dan membantu Amy duduk di kursi depan. Setelah Ia memastikan pintu di depannya itu tertutup sempurna, Ia pun berjalan ke arah samping lainnya dan masuk untuk duduk di kursi depan yang ada tepat di samping Amy.

Mobil yang dikendarai Revaldi mundur sedikit, kemudian berbelok arah dan berjalan cepat memecahkan keheningan malam. Di tengah-tengah kesunyian yang ada di antara mereka berdua, sesekali Revaldi melirik Seseorang yang ada di sampingnya itu dengan dahi yang sedikit berkerut.

"Bagaimana keadaanmu?", tanya Revaldi memecahkan keheningan yang ada.

"Ak-ku..,Aku baik-baik saja", jawab Amy dengan begitu lemah.

"Itu, darah di dahimu", seru Revaldi tetap dengan ekspresi datarnya.

"Tidak masalah, ini sudah mengering tadi", seru Amy dengan singkat lalu kembali menatap kosong ke depan.

"Kau yakin tidak ada luka lainnya?", tanya Revaldi sekali lagi.

"Tidak val..., ups", seru Amy yang tiba-tiba menyadari sesuatu yang tidak seharusnya Ia katakan.

Cepat-cepat Ia melirik Revaldi yang tetap fokus mengemudi dengan berekspresi datarnya.

'Ck..tidak berubah. Untunglah Dia tidak menyadarinya tadi. Lain kali Aku harus terbiasa memanggilnya Revaldi Saja', bathin Amy.

Tiba-tiba mobil yang dikendarai Revaldi berbelok arah dan berhenti tepat di depan sebuah Caffe yang agak sepi.

Tampak kebingungan di raut wajah cantik wanita berhijab itu, yang tidak sempat terjawab malahan mendapati uluran tangan Revaldi ke arahnya lagi.

Meski agak ragu, Amy perlahan menerima uluran tangan Revaldi dan berjalan ke luar dengan pelan. Revaldi kembali menuntun wanita itu berjalan memasuki Caffe.

Beberapa Waitres nampak melihat ke arah mereka berdua dengan ekspresi khawatir, bahkan seseorang diantaranya berjalan menghampiri mereka.

"Silahkan duduk, Tuan dan Nyonya. Apakah ada yang bisa Saya bantu?", tanya Waitres itu ramah.

Setelah mendudukkan Amy di salah satu kursi yang ada di meja paling pojok. Revaldi menarik kursi yang lainnya mendekat ke samping Amy.

"Saya pesan expresso 1, beberapa cemilan terbaik di sini dan 1 jasmine tea", seru Revaldi.

"Baik Tuan", jawab Waitres itu seraya mencatat pesanan tadi.

"Oh ya, adakah kotak P3K di sini?", imbuh Revaldi.

"Ada Tuan, sebentar Saya ambilkan", seru Waitres itu yang perlahan pergi dari hadapan mereka.

Tak lama setelah itu, Waitres itu kembali dengan membawa sebuah kotak merah dan menyerahkannya pada Revaldi.

Dengan lembut Revaldi membersihkan noda darah yang ada di dahi Wanita itu, kemudian memberikan obat merah dan membalut luka di dahi Amy.

Sedangkan Amy hanya bisa mematung atas perlakuan Revaldi dan menatap Pria itu dengan ekspresi tak percaya.

"Sudah selesai", ujar Revaldi dengan tenang dan datar.

Meskipun ekspresinya tetaplah sama, namun sempat Amy lihat sekilas untaian senyum di bibir Pria itu.

"Permisi Tuan, Nyonya. Ini pesanannya..", seru Waitres tadi yang membuyarkan lamunan Amy.

Lagi-lagi perlakuan lembut Revaldi padanya membuatnya sekali lagi tertegun. Pasalnya dengan sigap Pria itu menata rapi pesanan makanan Mereka di depannya.

Dan ya, pandangan Wanita itu tertumbuk pada Jasmine tea yang ada di depannya kini. Mata Amy membelalak terkejut dan tidak menyangka bahwa Revaldi ternyata masih mengingat jelas minuman kesukaannya itu.

"Hey, kenapa bengong? Atau masih ada yang sakit", seru Revaldi yang tengah melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Amy.

Seketika wajah Wanita itu semakin memerah tatkala mendapati jaraknya dengan Revaldi yang begitu dekat.

Tiba-tiba saja jantungnya kembali berdetak tidak beraturan dan lagi-lagi muncul sekelebat bayangan masa lalu yang sulit dilupakannya itu.

1
Zainuri Zaira
andi sllu menghilangkan jgn sengaja biar ara celaka
Zainuri Zaira
bingung bacax
Caca4851c
Terimakasih/Smile//Pray/
Iolanthe
Happy banget!
🔍conan
Gemesin banget nih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!